Harun dan Samudera Dongeng (Harun and the
Sea Stories)
Salman Rushdie @ 1990
Anton
Kurnia & Atta Verin (Terj.)
Penerbit
Serambi – Cet. I, September 2011
224
hal.
(Gramedia
Plasa Semanggi)
Harun tinggal di sebuah kota bernama Alifbay,
sebuah kota yang sedih. Semua yang ada di sana menebarkan kesedihan. Makan ikan
jadi sedih, asap yang keluar dari pabrik membuat kota semakin murung.
Harun adalah anak seorang pendongeng, bernama
Rasyid Khalifa. Dongeng yang diceritakan Rasyid adalah dongeng yang gembira dan
ceria. Bayangkan di tengah-tengah penduduk kota yang muruh, muncul sedikit
keceriaan dari seorang Rasyid Khalifa. Maka itu, ia sering disebut Raja Omong
Kosong.
Suatu hari, petaka ‘singgah’ di rumah Harun.
Ibunya pergi, melarikan diri bersama suami tetangga mereka. Rasyid Khalifa
dirundung kesedihan, hingga saat ia harus mendongeng, tak sepatah kata pun yang
keluar dari mulutnya.
Meski begitu, masih ada yang mengundang Rasyid
Khalifa untuk mendongeng. Namun Harun khawatir dengan ayahnya. Bagaimana jika
ayahnya tidak mampu mendongeng. Hukuman berat pastilah menanti mereka.
Suatu malam, Harus bertemu dengan Jin Air bernama
Jikka, yang memasok aliran dongeng dari Samudera Dongeng. Sesuatu telah ‘menyumbat’
aliran itu, hingga ayah Harun tak bias mendongeng lagi.
Maka, malam itu, dimulailah sebuah petualangan
yang menakjubkan dengan misi membuka kembali sumbat aliran di Samudera Dongeng.
Di sinilah dongeng yang ‘sebenarnya’ dimulai. Muncul
teman-teman baru Harun, selain Jikka si Jin Air, ada Tappi – burung bulbul
mesin, Tukang Kebun Terapung dan Cerewet. Ada pasukan Halaman, Kitab dan Bab. Ada pertempuran antara Negara Guppe dan Chup.
Gue pikir cerita ini akan lebih mudah untuk
‘dicerna’ dibandingkan dengan Midnight Children yang sampai sekarang masih
belum berhasil gue tuntaskan. Yah, ini kan termasuk cerita anak-anak, kali-kali
aja gitu kata-katanya lebih ‘bersahabat’. Hehehe.. ternyata gak juga ya…
lumayan lama gue menyelesaikan buku yang gak terlalu tebal ini, dan, harus
bolak-balik untuk bisa menangkap cerita di dalam buku ini. Ada dongeng di dalam
dongeng. Butuh imajinasi yang ‘tinggi’.
Buat gue, sebenarnya nih.. ini cerita yang indah…
tentang kasih sayang seorang anak pada ayahnya. Dan, satu lagi yang keren nih…
di awal cerita, ada sebuah puisi yang setiap baitnya merupakan inisial dari
nama anak Salman Rushdie. Anton Kurnia dan Atta Verin berhasil menerjemahkan
dengan indah, dan gak merubah huruf awalnya.