Monday, September 20, 2010

Thirteen Reasons Why

Thirteen Reasons Why
Jay Asher @ 2007
Razorbill – 2010
288 hal.

Hidup Clay Jansen tidak akan sama lagi, sejak ia menerima sebuah paket berisi kaset-kaset rekaman suara Hannah Baker. Hannah Baker ditemukan meninggal dunia, ia bunuh diri dengan minum obat-obatan. Dalam kotak itu, ada 6 kaset, yang masing-masing berisi sebuah kisah, cerita tentang orang-orang, teman-teman sekelas Hannah Baker, yang sedikit banyak memberi andil bagi Hannah Baker sampai akhirnya ia nekat bunuh diri.

Hannah Baker, adalah murid baru di sekolah Clay. Ia termasuk anak yang cantik dan cukup menarik perhatian para cowok, termasuk Clay. Tapi, Clay, sosok anak yang baik-baik, ia takut-takut untuk mendekati Hannah meskipun mereka sempat kerja bareng di sebuah bioskop. Sampai akhirnya di sebuah pesta – pesta yang bakal disebut-sebut Hannah sepanjang cerita ini, pesta yang bisa dibilang juga jadi salah awal dari beberapa kejadian.

Clay terkejut ketika mendengar satu-persatu nama teman-temannya dan apa hubungan mereka dengan Hannah. Hannah tampaknya mempersiapkan semuanya dengan detail, sampai ia juga membuat sebuah peta, di mana terdapat tanda-tanda tempat yang berhubungan dengan kisah yang sedang ia tuturkan.

Sambil menunggu, kapan namanya akan disebut, Clay mendatangi tempat-tempat yang disebutkan Hannah dalam kasetnya.

Hannah kecewa dengan teman-temannya. Selama ini dia percaya, atau at least mencoba untuk percaya, tapi ternyata mereka membuatnya kecewa. Rasa kecewa yang semakin dalam terpendam, malah membuat berpikir betapa hidup ini sangat tidak adil, bahkan Hannah juga kecewa pada dirinya sendiri karena tidak mampu berbuat sesuatu untuk menyelamatkan kehidupan seseorang.

Buat gue, buku ini termasuk yang kategori ‘pengen segera dituntaskan karena penasaran’. Awalnya, gue bertanya-tanya, ada apa dengan Hannah, sampai segitu desperado-nya pengen bunuh diri. Dan, yang menarik lagi buat gue, sambil ‘mendengarkan’ ceritanya Hannah, gue juga bisa langsung tau reaksi Clay pas di saat dia mendengarkan kaset itu. Karena biasanya, yang sering gue liat nih, kalo orang lain cerita itu terdiri dari bab sendiri, dan adakala reaksi orang lain yang mendengarkan, akan dibuat satu bab sendiri. Di buku ini, semua digabung dalam ‘sekali baca’. Dan kadang-kadang, apa yang ada di pikiran Clay sama Hannah seolah jadi ‘nyambung’.

3 comments:

Astrid said...

gw suka buku ini fer, meski alesan Hannah kalo dipikir" terlalu "biasa" ya, utk harus bunuh diri..tapi kayanya di amerika masalah teenage suicide ini emang lebih umum daripada di kita. oh, and i love clay! =)

ferina said...

hehehe.. jangan2 di sini aja yang gak terlalu kedengeran soal teenage suicide.

i love clay too... tapi, kenapa dia digambarkan 'terlalu' baik.. harusnya ada 'cacat' dikit biar Clay lebih panik :)

Febri said...

ini bukunya udah ada di Indonesia ya? ada penerbit Indonesianya kah? ato nyari di buku impor. Thanks

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang