The Hunger Games
Suzanne Collins @ 2008
Hetih Rusli (Terj.)
GPU – Cet. 1, Oktober 2009
408 Hal.
The Hunger Games, adalah sebuah reality show yang dibuat oleh penguasa Panem, untuk mengingatkan para warganya akan tragedi yang pernah menerima mereka. Semacam sebuah bentuk hukuman, sebuah peringatan bahwa sedikit saja ada upaya pemberontakan, maka mereka akan segera dihancurkan.
Panem, yang mempunya pusat kota bernama Capitol, adalah sebuah negara yang dulunya Amerika Utara. Upaya pemberontakan pernah dilakukan yang berujung pada pembagian wilayah menjadi 13 Distrik. Tapi, sekali lagi, untuk memberi peringatan, Distrik ke 13 dihancurkan. Tersisa 12 Distrik, yang ‘berkubang’ dalam kemiskinan.
Setiap tahun, diadakan Hari Pemungutan, di mana semua warga berharap-harap cemas, apakah ada di antara anak-anak mereka yang terpilih untuk ikut dalam The Hunger Games. Hunger Games, sebuah acara di mana dari setiap distrik dipilih sepasang anak – laki-laki dan perempuan – untuk ‘bertarung. Mereka akan ‘bermain’ habis-habisan, hanya satu pemenangnya, yang artinya akan mereka harus saling membunuh untuk jadi pemenang. Distrik yang menang, biasanya akan dibanjiri hadiah dan lebih makmur dibanding distrik lainnya. Ironisnya, di hari itu, justru semua warga tampil maksimal, mengenakan busana terbaik mereka.
Katniss Everdeen, tahun ini harus ikut berlaga dalam Hunger Games. Sebenarnya, bukan dia yang terpilih, melainkan adiknya, Primrose Everdeen. Tapi, sebagai anak tertua dan biasa bertanggung jawab, maka ia tidak mau mengorbankan adiknya. ‘Mendampingi’ Katniss adalah Peeta Mellark, yang di masa kecil Katniss, pernah menjadi ‘pahlawan’ baginya.
Mereka dipersiapkan dengan sangat maksimal, seolah ini adalah pertandingan yang sangat ‘mulia’, sangat ditunggu-tunggu. Padahal, bisa jadi, ketika anak mereka terpilih, itu adalah kali terakhir mereka bertemu dengan anak-anak mereka. Akhirnya mulailah pertarungan para peserta, mencari keselamatan diri sendiri, untuk jadi pemenang meski itu artinya harus membunuh. Panitia penyelengara 'menciptakan' sebuah arena yang penuh dengan kejutan, jika berhasil menghindar dari para peserta, belum tentu selamat dari bencana yang dibuat oleh panitia. Dan, demi mendapatkan sponsor yang mungkin akan membantu para peserta, dibuatlah skenario sedemikian rupa, agar peserta disukai penonton, yang nantinya bisa 'mengundang' sponsor.
Gue membeli buku ini karena ‘terpengaruh’ pas baca review di blog ini. Well.. thank you, Astrid, karena ternyata gue suka bukunya. Meskipun, gue agak ‘terkejut’ karena tau ini buku anak-anak. Gue yakin ‘harusnya’ buku ini penuh ‘darah’, tapi, yang gue suka, pertarungan berdarah-darah itu gak digambarkan secara detail, kecuali tokoh-tokoh utamanya, yang lain tidak terlalu banyak dibicarakan bagaimana mereka akhirnya tewas.
Ketebak sih, siapa yang bakal menang. Karena gak mungkin dong tokoh utamanya yang harus tewas, nanti ceritanya jadi sad ending. Tapi, karena ini trilogy, ending-nya pun dibuat menggantung. Seolah meskipun menang, gak berarti si pemenang lolos dari The Hunger Games.
Membaca buku ini, perasaan gue sama seperti kalo gue baca Maximum Ride, meskipun tempo-nya gak secepat Maximum Ride, tingkat ketegangan cukup tinggi. Dan gue jadi inget sama film The Condemned, tujuan reality show-nya sama, satu pemenang dengan cara apapun, tapi pesertanya kalo di film itu para narapidana yang udah pasti akrab dengan hal bunuh-membunuh, tapi, kalo di buku pesertanya adalah anak-anak. – ada yang memang sudah dipersiapkan oleh para Distriknya – terutama Distrik yang sering menang, ada yang hanya mengandalkan pengalaman sehari-hari seperti Katniss dan Peeta.
Gue sering mencoba membayangkan seperti apa keadaan sebuah cerita yang gue baca. Dari awal, gue membayangkan Distrik 12 sebagai wilayah yang sepi, kumuh dan suram. Dalam bayangan gue, Katniss, berwajah pucat dengan pakaian yang lusuh dan muka yang kotor.
Semoga sekuelnya segera terbit terjemahannya.
Suzanne Collins @ 2008
Hetih Rusli (Terj.)
GPU – Cet. 1, Oktober 2009
408 Hal.
The Hunger Games, adalah sebuah reality show yang dibuat oleh penguasa Panem, untuk mengingatkan para warganya akan tragedi yang pernah menerima mereka. Semacam sebuah bentuk hukuman, sebuah peringatan bahwa sedikit saja ada upaya pemberontakan, maka mereka akan segera dihancurkan.
Panem, yang mempunya pusat kota bernama Capitol, adalah sebuah negara yang dulunya Amerika Utara. Upaya pemberontakan pernah dilakukan yang berujung pada pembagian wilayah menjadi 13 Distrik. Tapi, sekali lagi, untuk memberi peringatan, Distrik ke 13 dihancurkan. Tersisa 12 Distrik, yang ‘berkubang’ dalam kemiskinan.
Setiap tahun, diadakan Hari Pemungutan, di mana semua warga berharap-harap cemas, apakah ada di antara anak-anak mereka yang terpilih untuk ikut dalam The Hunger Games. Hunger Games, sebuah acara di mana dari setiap distrik dipilih sepasang anak – laki-laki dan perempuan – untuk ‘bertarung. Mereka akan ‘bermain’ habis-habisan, hanya satu pemenangnya, yang artinya akan mereka harus saling membunuh untuk jadi pemenang. Distrik yang menang, biasanya akan dibanjiri hadiah dan lebih makmur dibanding distrik lainnya. Ironisnya, di hari itu, justru semua warga tampil maksimal, mengenakan busana terbaik mereka.
Katniss Everdeen, tahun ini harus ikut berlaga dalam Hunger Games. Sebenarnya, bukan dia yang terpilih, melainkan adiknya, Primrose Everdeen. Tapi, sebagai anak tertua dan biasa bertanggung jawab, maka ia tidak mau mengorbankan adiknya. ‘Mendampingi’ Katniss adalah Peeta Mellark, yang di masa kecil Katniss, pernah menjadi ‘pahlawan’ baginya.
Mereka dipersiapkan dengan sangat maksimal, seolah ini adalah pertandingan yang sangat ‘mulia’, sangat ditunggu-tunggu. Padahal, bisa jadi, ketika anak mereka terpilih, itu adalah kali terakhir mereka bertemu dengan anak-anak mereka. Akhirnya mulailah pertarungan para peserta, mencari keselamatan diri sendiri, untuk jadi pemenang meski itu artinya harus membunuh. Panitia penyelengara 'menciptakan' sebuah arena yang penuh dengan kejutan, jika berhasil menghindar dari para peserta, belum tentu selamat dari bencana yang dibuat oleh panitia. Dan, demi mendapatkan sponsor yang mungkin akan membantu para peserta, dibuatlah skenario sedemikian rupa, agar peserta disukai penonton, yang nantinya bisa 'mengundang' sponsor.
Gue membeli buku ini karena ‘terpengaruh’ pas baca review di blog ini. Well.. thank you, Astrid, karena ternyata gue suka bukunya. Meskipun, gue agak ‘terkejut’ karena tau ini buku anak-anak. Gue yakin ‘harusnya’ buku ini penuh ‘darah’, tapi, yang gue suka, pertarungan berdarah-darah itu gak digambarkan secara detail, kecuali tokoh-tokoh utamanya, yang lain tidak terlalu banyak dibicarakan bagaimana mereka akhirnya tewas.
Ketebak sih, siapa yang bakal menang. Karena gak mungkin dong tokoh utamanya yang harus tewas, nanti ceritanya jadi sad ending. Tapi, karena ini trilogy, ending-nya pun dibuat menggantung. Seolah meskipun menang, gak berarti si pemenang lolos dari The Hunger Games.
Membaca buku ini, perasaan gue sama seperti kalo gue baca Maximum Ride, meskipun tempo-nya gak secepat Maximum Ride, tingkat ketegangan cukup tinggi. Dan gue jadi inget sama film The Condemned, tujuan reality show-nya sama, satu pemenang dengan cara apapun, tapi pesertanya kalo di film itu para narapidana yang udah pasti akrab dengan hal bunuh-membunuh, tapi, kalo di buku pesertanya adalah anak-anak. – ada yang memang sudah dipersiapkan oleh para Distriknya – terutama Distrik yang sering menang, ada yang hanya mengandalkan pengalaman sehari-hari seperti Katniss dan Peeta.
Gue sering mencoba membayangkan seperti apa keadaan sebuah cerita yang gue baca. Dari awal, gue membayangkan Distrik 12 sebagai wilayah yang sepi, kumuh dan suram. Dalam bayangan gue, Katniss, berwajah pucat dengan pakaian yang lusuh dan muka yang kotor.
Semoga sekuelnya segera terbit terjemahannya.
4 comments:
jadi pengen baca buku ini. agak-agak kejem gitu ngga sih ceritanya..?
eh aku follow ya blognyaaa. :)
kejam sih.. tapi gak digambarkan secara vulgar, koq.. jadi tetap enjoy bacanya.
thanks for following :)
fer...kata gramedia sekuelnya terbit juli, hahaha...gak sabar deh. mudah"an tetep seru ya. oiya, kata org" emang mirip condemned ya..tapi eniwei untuk ukuran buku anak/remaja mah termasuk seru ya =) glad you like it!
seru banget...!!
Post a Comment