Mehrunnisa: The Twentieth Wife
Indu Sundaresan @ 2002
Hikmah, Cet, I - Maret 2008
551 Hal.
Ternyata dalam hal urusan cerita cinta, India gak hanya punya cerita tentang ‘Taj Mahal’. Di buku ini, adalah kisah cinta orang tua pasangan Mumtaz Mahal dan Shah Jahan.
Mehrunnisa hampir saja kehilangan orang tua kandungnya yang merasa tak sanggup merawatnya karena kemiskinan yang mereka derita. Ghias Beg adalah bangsawan asal Persia yang melarikan diri karena terlilit hutang di negaranya sendiri. Bersama anak-anaknya dan istri yang sedang hamil tua, ia berniat mencari kehidupan baru di India. Untung saja, ia bertemu dengan orang yang baik yang berniat menjadi orang tua angkat Mehrunissa.
Keluarga Ghias Beg pun akhirnya tiba di India dan keberuntungan segera berpihak pada Ghias Beg yang mendapat kepercayaan dari Sultan Akbar yang bijak. Sejak kecil, Mehrunnisa sudah ‘terobsesi’ untuk menjadi seorang putri. Ia ingin menjadi permaisuri bagi Pangeran Salim, sang Putra Mahkota.
Tapi, tentu saja, meskipun mereka cukup dekat dengan keluarga raja, tidak semudah itu berjodoh dengan anggota keluarga kerajaan. Karena biasanya pernikahan di keluarga kerajaan bernuansa politik. Sebuah peristiwa di hari pernikahan Pangeran Salim yang pertama membuat Mehrunnisa dekat dengan Ruqayya, permaisuri Sultan Akbar.
Mehrunnisa menjadi pendatang tetap di zenana. Tapi, karena perempuan tidak boleh menampakkan diri begitu saja di depan laki-laki, Mehrunnisa harus mencuri-curi kesempatan untuk melihat Pangeran Salim.
Beberapa pertemuan tak disengaja antara Pangeran Salim dan Mehrunnisa ternyata meninggalkan kesan yang mendalam di hati Pangeran Salim. Tapi, tentu saja, meskipun mereka saling jatuh cinta, pernikahan bukanlah hal yang bisa ditentukan sendiri, tapi, Sultan-lah yang membuat keputusan. Mehrunnisa dinikahkan dengan seorang prajurit bernama Ali Quli.
Tahun-tahun berlalu, pemberontakan dan pengkhianatan sekitar perebutan takhta sultan berulang kali terjadi. Baik yang dilakukan Pangeran Salim terhadap Sultan Akbar, atau yang dilakukan Pangeran Khusrau terhadap Pangeran Salim, ayahnya.
Pertemuan antara Mehrunnisa dan Pangeran Salim, yang sudah jadi Sultan Jahangir, terjadi di sebuah pesta pertunangan. Hati mereka berdua kembali bergolak. Sultan Jahangir berharap ia bisa memilih sendiri permaisuri yang ia inginkan tanpa harus berbau-bau politik. Tapi, Jagat Gosini, permaisuri yang sah, tentu saja tidak akan tinggal diam ketika ada perempuan lain yang mengancam kedudukannya.
Indu Sundaresan melakukan banyak riset untuk mewujudkan cerita ini. Mehrunnisa memang benar ada dalam sejarah India, meskipun tidak terlalu menonjol. Tapi, kalo membaca penuturan Indu Sundaresan, Mehrunnisa yang asli adalah ‘perempuan keras’, setelah ia menjadi permaisuri, banyak perubahan yang dilakukannya semasa pemerintahan Sultan Jahangir. Sementara Mehrunnisa yang di buku ini terkesan ‘bandel’, cerdas, tapi tetap tak berdaya ketika ia berada dalam lembaga pernikahan yang mewajibkannya tunduk pada suami.
Masih ada juga cerita tentang kekerasan dalam rumah tangga *gerammmm*…
Mungkin agak berlebihan ya.. anak umur hmmmm… 8 tahun kalo gak salah, tapi udah terobsesi jadi permaisuri. Kesannya ambisius banget. Dan.. ckckckck…, anak sama bapak – Pangeran Khusrau sama Pangeran Salim, sama-sama berontak… kena karma tuh Pangeran Salim…
Gue sih, cukup menikmati baca buku ini. Meskipun sempat gak tahan, begitu udah bagian cinta-cintaan menjelang bagian akhir. Lanjutan kisah cinta yang eksotis ini yang judulnya ‘The Feast of Roses’, konon bakal diterbitkan juga oleh Penerbit Hikmah, yang mengisahkan kehidupan Mehrunnisa setelah menjadi permaisuri.
Tapi, semoga aja gak mengecewakan. Karena kalo udah sekuel gitu, suka dipaksain, dan malah jadi ngebosenin. Dan, gara-gara baca buku ini, gue jadi pengen baca novel tentang ‘Taj Mahal’ (ada dua judul tuh…) Hahaha… malah menambah ‘daftar dosa’ baru…
Indu Sundaresan @ 2002
Hikmah, Cet, I - Maret 2008
551 Hal.
Ternyata dalam hal urusan cerita cinta, India gak hanya punya cerita tentang ‘Taj Mahal’. Di buku ini, adalah kisah cinta orang tua pasangan Mumtaz Mahal dan Shah Jahan.
Mehrunnisa hampir saja kehilangan orang tua kandungnya yang merasa tak sanggup merawatnya karena kemiskinan yang mereka derita. Ghias Beg adalah bangsawan asal Persia yang melarikan diri karena terlilit hutang di negaranya sendiri. Bersama anak-anaknya dan istri yang sedang hamil tua, ia berniat mencari kehidupan baru di India. Untung saja, ia bertemu dengan orang yang baik yang berniat menjadi orang tua angkat Mehrunissa.
Keluarga Ghias Beg pun akhirnya tiba di India dan keberuntungan segera berpihak pada Ghias Beg yang mendapat kepercayaan dari Sultan Akbar yang bijak. Sejak kecil, Mehrunnisa sudah ‘terobsesi’ untuk menjadi seorang putri. Ia ingin menjadi permaisuri bagi Pangeran Salim, sang Putra Mahkota.
Tapi, tentu saja, meskipun mereka cukup dekat dengan keluarga raja, tidak semudah itu berjodoh dengan anggota keluarga kerajaan. Karena biasanya pernikahan di keluarga kerajaan bernuansa politik. Sebuah peristiwa di hari pernikahan Pangeran Salim yang pertama membuat Mehrunnisa dekat dengan Ruqayya, permaisuri Sultan Akbar.
Mehrunnisa menjadi pendatang tetap di zenana. Tapi, karena perempuan tidak boleh menampakkan diri begitu saja di depan laki-laki, Mehrunnisa harus mencuri-curi kesempatan untuk melihat Pangeran Salim.
Beberapa pertemuan tak disengaja antara Pangeran Salim dan Mehrunnisa ternyata meninggalkan kesan yang mendalam di hati Pangeran Salim. Tapi, tentu saja, meskipun mereka saling jatuh cinta, pernikahan bukanlah hal yang bisa ditentukan sendiri, tapi, Sultan-lah yang membuat keputusan. Mehrunnisa dinikahkan dengan seorang prajurit bernama Ali Quli.
Tahun-tahun berlalu, pemberontakan dan pengkhianatan sekitar perebutan takhta sultan berulang kali terjadi. Baik yang dilakukan Pangeran Salim terhadap Sultan Akbar, atau yang dilakukan Pangeran Khusrau terhadap Pangeran Salim, ayahnya.
Pertemuan antara Mehrunnisa dan Pangeran Salim, yang sudah jadi Sultan Jahangir, terjadi di sebuah pesta pertunangan. Hati mereka berdua kembali bergolak. Sultan Jahangir berharap ia bisa memilih sendiri permaisuri yang ia inginkan tanpa harus berbau-bau politik. Tapi, Jagat Gosini, permaisuri yang sah, tentu saja tidak akan tinggal diam ketika ada perempuan lain yang mengancam kedudukannya.
Indu Sundaresan melakukan banyak riset untuk mewujudkan cerita ini. Mehrunnisa memang benar ada dalam sejarah India, meskipun tidak terlalu menonjol. Tapi, kalo membaca penuturan Indu Sundaresan, Mehrunnisa yang asli adalah ‘perempuan keras’, setelah ia menjadi permaisuri, banyak perubahan yang dilakukannya semasa pemerintahan Sultan Jahangir. Sementara Mehrunnisa yang di buku ini terkesan ‘bandel’, cerdas, tapi tetap tak berdaya ketika ia berada dalam lembaga pernikahan yang mewajibkannya tunduk pada suami.
Masih ada juga cerita tentang kekerasan dalam rumah tangga *gerammmm*…
Mungkin agak berlebihan ya.. anak umur hmmmm… 8 tahun kalo gak salah, tapi udah terobsesi jadi permaisuri. Kesannya ambisius banget. Dan.. ckckckck…, anak sama bapak – Pangeran Khusrau sama Pangeran Salim, sama-sama berontak… kena karma tuh Pangeran Salim…
Gue sih, cukup menikmati baca buku ini. Meskipun sempat gak tahan, begitu udah bagian cinta-cintaan menjelang bagian akhir. Lanjutan kisah cinta yang eksotis ini yang judulnya ‘The Feast of Roses’, konon bakal diterbitkan juga oleh Penerbit Hikmah, yang mengisahkan kehidupan Mehrunnisa setelah menjadi permaisuri.
Tapi, semoga aja gak mengecewakan. Karena kalo udah sekuel gitu, suka dipaksain, dan malah jadi ngebosenin. Dan, gara-gara baca buku ini, gue jadi pengen baca novel tentang ‘Taj Mahal’ (ada dua judul tuh…) Hahaha… malah menambah ‘daftar dosa’ baru…
2 comments:
Hai salam kenal ya
Kalo mau baca Taj Mahal mending yg punya John Shors aja lebih bagus daripada yg Timeri
Linda
boleh minta ebook gratis ngak dari archives lemari bukuku...thanks yoo...
kalo boleh tolong email ke i_ihui@yahoo.com
thank banget ya
muach....
Post a Comment