Maximum Ride#1: Angel Experiment (Maximum Ride#1: Eksperimen Malaikat)
James Patterson @ 2005
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – April 2008
536 Hal.
Suatu hari, di pagi yang cerah, suasana di sebuah rumah dimulai dengan ceria. 6 orang anak tertawa dan saling melakukan keisengan membuat semuanya terlihat normal. Tidak ada yang aneh pada diri Max, Fang, Nudge, Gasman, Iggy dan si kecil, Angel. Mereka tampak seperti anak-anak pada umumnya. Tapi… ketika pagi itu dirusak oleh makhluk yang sangat mengerikan, semua jadi tidak normal lagi.
Ke-enam anak itu adalah makhluk rekayasa dari sebuah Sekolah yang misterius. Mereka adalah anak-anak yang sejak bayi sudah dijadikan bahan percobaan dengan menyuntikkan gen burung ke dalam tubuh mereka. Orang tua mereka juga misterius, ada yang sudah meninggal, ada yang tidak tahu kalau anak mereka masih hidup, ada yang menyerahkannya dengan sukarela Intinya, mereka tidak ada yang mengetahui siapa orang tua mereka dan apa alasannya mereka berenam harus ada di Sekolah yang mengerikan itu.
Sekelompok Pemusnah – anak-anak rekayasa seperti mereka, namun berwujud mengerikan seperti serigala – mengejar mereka berenam dan menjadikan hidup mereka tidak lagi nyaman dan tenang.
Pagi itu jadi rusak, Angel diculik. Max, sebagai anak yang paling tua, merasa bertanggung jawab dan bertekad menyelamatkan Angel dari tangan para Pemusnah.
Kembali ke Sekolah bagaikan mimpi buruk. Mereka harus kembali ke tempat yang pernah sangat menyiksa mereka. Buruknya lagi, mereka harus sakit hati ketika orang yang sangat mereka percaya ternyata tetaplah bagian dari Jas Putih.
Ketika berada dalam penyekapan, ternyata Angel mendengar potongan-potongan informasi tentang keberadaan orang tua mereka. Dari sinilah, Max dan teman-teman bertekad mencari orang tua mereka.
Mereka ‘terbang’ sampai ke New York. Tapi, tetap saja, para Pemusnah mengincar mereka. Bukan sekali mereka nyaris kehilangan nyawa mereka.
Ending buku ini masih ‘misterius’, karena memang akan ada sekuelnya. Ceritanya memang menegangkan tapi, ketenangan Max pembuat gue ikutan tenang, gak dag-dig-dug, meskipun ending setiap bab bikin penasaran dan selalu penuh kejutan. Ciri khas James Patterson yang selalu menggiring pembaca untuk ikutan sport jantung dengan bab-bab yang pendek. Gue juga jadi ‘menunggu-nunggu’ akankah ada kisah romantis antara Max dan Fang?
Buku yang asyik banget… One of my favorites…
Baca buku ini, gue langsung inget sama ‘When the Wind Blows’ dan ‘The Lake House’, yang sama-sama punya tokoh bernama Max, sama-sama berasal dari Sekolah dan mempunyai gen burung dalam tubuhnya. Tapi kata Pak James nih, buku ini serupa tapi tak sama. Gue jadi pengen baca lagi dua buku itu, soalnya udah lupa sih, gimana ceritanya.
James Patterson @ 2005
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – April 2008
536 Hal.
Suatu hari, di pagi yang cerah, suasana di sebuah rumah dimulai dengan ceria. 6 orang anak tertawa dan saling melakukan keisengan membuat semuanya terlihat normal. Tidak ada yang aneh pada diri Max, Fang, Nudge, Gasman, Iggy dan si kecil, Angel. Mereka tampak seperti anak-anak pada umumnya. Tapi… ketika pagi itu dirusak oleh makhluk yang sangat mengerikan, semua jadi tidak normal lagi.
Ke-enam anak itu adalah makhluk rekayasa dari sebuah Sekolah yang misterius. Mereka adalah anak-anak yang sejak bayi sudah dijadikan bahan percobaan dengan menyuntikkan gen burung ke dalam tubuh mereka. Orang tua mereka juga misterius, ada yang sudah meninggal, ada yang tidak tahu kalau anak mereka masih hidup, ada yang menyerahkannya dengan sukarela Intinya, mereka tidak ada yang mengetahui siapa orang tua mereka dan apa alasannya mereka berenam harus ada di Sekolah yang mengerikan itu.
Sekelompok Pemusnah – anak-anak rekayasa seperti mereka, namun berwujud mengerikan seperti serigala – mengejar mereka berenam dan menjadikan hidup mereka tidak lagi nyaman dan tenang.
Pagi itu jadi rusak, Angel diculik. Max, sebagai anak yang paling tua, merasa bertanggung jawab dan bertekad menyelamatkan Angel dari tangan para Pemusnah.
Kembali ke Sekolah bagaikan mimpi buruk. Mereka harus kembali ke tempat yang pernah sangat menyiksa mereka. Buruknya lagi, mereka harus sakit hati ketika orang yang sangat mereka percaya ternyata tetaplah bagian dari Jas Putih.
Ketika berada dalam penyekapan, ternyata Angel mendengar potongan-potongan informasi tentang keberadaan orang tua mereka. Dari sinilah, Max dan teman-teman bertekad mencari orang tua mereka.
Mereka ‘terbang’ sampai ke New York. Tapi, tetap saja, para Pemusnah mengincar mereka. Bukan sekali mereka nyaris kehilangan nyawa mereka.
Ending buku ini masih ‘misterius’, karena memang akan ada sekuelnya. Ceritanya memang menegangkan tapi, ketenangan Max pembuat gue ikutan tenang, gak dag-dig-dug, meskipun ending setiap bab bikin penasaran dan selalu penuh kejutan. Ciri khas James Patterson yang selalu menggiring pembaca untuk ikutan sport jantung dengan bab-bab yang pendek. Gue juga jadi ‘menunggu-nunggu’ akankah ada kisah romantis antara Max dan Fang?
Buku yang asyik banget… One of my favorites…
Baca buku ini, gue langsung inget sama ‘When the Wind Blows’ dan ‘The Lake House’, yang sama-sama punya tokoh bernama Max, sama-sama berasal dari Sekolah dan mempunyai gen burung dalam tubuhnya. Tapi kata Pak James nih, buku ini serupa tapi tak sama. Gue jadi pengen baca lagi dua buku itu, soalnya udah lupa sih, gimana ceritanya.
0 comments:
Post a Comment