Kick Andy: Kumpulan Kisah Inspiratif
Gantyo Koespradono @ 2008
Penerbit Bentang, Cet. I – Maret 2008
274 Hal.
Buku ini bukan merupakan biografi seorang Andy F. Noya tentang perjalanan karirnya sebagai seorang wartawan. Juga bukan rahasia dapur Kick Andy, salah satu acara talk show di Metro TV di mana Andy F. Noya bertindak sebagai host-nya. Kisah di balik layar Kick Andy hanya diceritakan sedikit saja di bagian awal buku ini. Buku ini memang merupakan beberapa kisah yang pernah tampil di acara Kick Andy yang disiarkan setiap hari Kamis malam.
Kick Andy pada awalnya diciptakan karena pimpinan Metro TV ingin memaksimalkan kemampuan Andy Noya, yang meskipun punya suara biasa-biasa saja, tapi mampu menggali informasi yang ‘disembunyikan’ narasumber. Maka diputuskan untuk membuat sebuah acara talk show dengan format menggabungkan bentuk talk show model Oprah Winfrey dan Larry King. Tapi, sempat ada kekhawatiran, siapa yang akan menonton acara ini?
Tapi, ternyata Kick Andy mampu merebut hati pemirsa televisi di tengah-tengah banyaknya acara sejenis yang lebih menghibur. Karena, coba aja liat, Kick Andy mungkin bisa dibilang ‘garing’ jika dibanding sama Dorce Show, Ceriwis atau Lepas Malam. Tapi, toh, Kick Andy menawarkan sesuatu yang berbeda. Andy Noya bisa juga membuat penontonnya tertawa dengan pertanyaan-pertanyaan simple tapi mampu membangkitkan emosi tamu Kick Andy.
Kick Andy menampilkan tamu-tamu yang berbeda dari talk show lain yang kebanyakan mengundang selebritis. Kick Andy tak hanya mengundang para seleb, tokoh politik, tapi juga orang-orang ‘biasa’ yang mungkin tak pernah kita kenal sebelumnya, seperti Ibu Rabiah – sang Suster Apung, Kiyati, yang mencari ibu kandungnya setelah terpisah selama 30 tahun.
Kick Andy juga mengundang tamu-tamu yang kontroversial, seperti Hercules – preman Tanah Abang, Xanana Gusmao atau Mayor Alfredo.
Kisah-kisah lain dalam buku ini antara lain adalah tentang Anggun C. Sasmi yang memilih jadi warga negara Perancis, Sri Sultan Hamengkubuwono X yang menolak dicalonkan jadi gubernur, pasangan gay yang menikah, anak-anak yang berada dalam LP Anak Tangerang dan masih banyak lagi.
Sesuai motonya, Kick Andy mengajak pemirsa untuk menonton dengan hati, bukan untuk cari gossip terbaru.
Buat gue, gak terlalu istimewa membaca buku ini dibanding menonton langsung acara Kick Andy di televisi. Kesannya datar aja. Banyak kalimat-kalimat yang ditulis berulang kali. Misalnya, tentang Ibu Rubiah yang terpaksa memakai cairan infus yang kadaluarsa (ditulis di hal. 252 dan 254). Bahkan cerita tentang Tiara Lestari yang terpaksa tiduran di atas batu karang selama satu jam, ditulis 2 kali di halaman yang sama (hal. 233)
Gantyo Koespradono @ 2008
Penerbit Bentang, Cet. I – Maret 2008
274 Hal.
Buku ini bukan merupakan biografi seorang Andy F. Noya tentang perjalanan karirnya sebagai seorang wartawan. Juga bukan rahasia dapur Kick Andy, salah satu acara talk show di Metro TV di mana Andy F. Noya bertindak sebagai host-nya. Kisah di balik layar Kick Andy hanya diceritakan sedikit saja di bagian awal buku ini. Buku ini memang merupakan beberapa kisah yang pernah tampil di acara Kick Andy yang disiarkan setiap hari Kamis malam.
Kick Andy pada awalnya diciptakan karena pimpinan Metro TV ingin memaksimalkan kemampuan Andy Noya, yang meskipun punya suara biasa-biasa saja, tapi mampu menggali informasi yang ‘disembunyikan’ narasumber. Maka diputuskan untuk membuat sebuah acara talk show dengan format menggabungkan bentuk talk show model Oprah Winfrey dan Larry King. Tapi, sempat ada kekhawatiran, siapa yang akan menonton acara ini?
Tapi, ternyata Kick Andy mampu merebut hati pemirsa televisi di tengah-tengah banyaknya acara sejenis yang lebih menghibur. Karena, coba aja liat, Kick Andy mungkin bisa dibilang ‘garing’ jika dibanding sama Dorce Show, Ceriwis atau Lepas Malam. Tapi, toh, Kick Andy menawarkan sesuatu yang berbeda. Andy Noya bisa juga membuat penontonnya tertawa dengan pertanyaan-pertanyaan simple tapi mampu membangkitkan emosi tamu Kick Andy.
Kick Andy menampilkan tamu-tamu yang berbeda dari talk show lain yang kebanyakan mengundang selebritis. Kick Andy tak hanya mengundang para seleb, tokoh politik, tapi juga orang-orang ‘biasa’ yang mungkin tak pernah kita kenal sebelumnya, seperti Ibu Rabiah – sang Suster Apung, Kiyati, yang mencari ibu kandungnya setelah terpisah selama 30 tahun.
Kick Andy juga mengundang tamu-tamu yang kontroversial, seperti Hercules – preman Tanah Abang, Xanana Gusmao atau Mayor Alfredo.
Kisah-kisah lain dalam buku ini antara lain adalah tentang Anggun C. Sasmi yang memilih jadi warga negara Perancis, Sri Sultan Hamengkubuwono X yang menolak dicalonkan jadi gubernur, pasangan gay yang menikah, anak-anak yang berada dalam LP Anak Tangerang dan masih banyak lagi.
Sesuai motonya, Kick Andy mengajak pemirsa untuk menonton dengan hati, bukan untuk cari gossip terbaru.
Buat gue, gak terlalu istimewa membaca buku ini dibanding menonton langsung acara Kick Andy di televisi. Kesannya datar aja. Banyak kalimat-kalimat yang ditulis berulang kali. Misalnya, tentang Ibu Rubiah yang terpaksa memakai cairan infus yang kadaluarsa (ditulis di hal. 252 dan 254). Bahkan cerita tentang Tiara Lestari yang terpaksa tiduran di atas batu karang selama satu jam, ditulis 2 kali di halaman yang sama (hal. 233)