Thursday, August 16, 2007

Minoes

Minoes
Annie M. G. Schmidt
R. Indira Ismail (Terj.)
GPU, Juli 2007
200 Hal.

Tibbe adalah seorang pemuda yang bekerja sebagai wartawan di koran Killendoornse Courant. Sebenarnya sih, tulisan-tulisan Tibbe cukup bagus, karena memang Tibbe berbakat dalam hal tulis-menulis. Tapi sayang, Tibbe orang yang pemalu, tulisan-tulisannya hampir selalu berkisar tentang kucing. Oleh karena itu, meskipun bagus, menurut pemimpin redaksi koran itu, tulisan Tibbe kurang layak untuk masuk dalam koran. Tibbe harus mencari sesuatu yang baru dan menarik, kalau tidak, ia akan dipecat.

Tibbe bingung, ia memang menyukai kucing, dan menganggap berita tentang kucing selalu menarik baginya. Ternyata, kucing memang memberinya jalan keluar. Di tengah kebingungannya, ia melihat seorang perempuan muda yang bersikap aneh, karena tiba-tiba saja ia memanjat pohon tapi tidak berani turun. Semakin aneh lagi, karena Tibbe melihat perempuan bernama Minoes itu bertingkah seperti kucing.

Ternyata, Minoes memang ‘mantan’ kucing. Tiba-tiba saja ia berubah wujud jadi manusia. Maka itu, ia masih bisa berkomunikasi dengan bahasa kucing dengan para kucing yang berkeliaran di kota itu. Karena tidak punya tempat tinggal, ia bingung harus ke mana. Si Burik, kucing liar, memberi saran untuk tinggal di tempat Tibbe, yang juga memiliki seekor kucing bernama Fluff.

Tiba-tiba saja Minoes muncul di atap tempat tinggal Tibbe. Tadinya Tibbe keberatan dengan keberadaan Minoes. Tapi, ketika Minoes menyampaikan berita-berita yang bisa jadi bahan tulisan untuk Tibbe, Tibbe pun ‘mengangkat’ Minoes menjadi sekretarisnya. Minoes mendapatkan berita-berita itu dari obrolannya dengan para kucing, seperti kucing pabrik parfum, kucing sekolah, kucing gereja dan masih banyak lagi, yang tergabung dalam Kantor Berita Kucing.

Suatu hari, Si Burik yang baru melahirkan itu, mengalami kecelakaan. Setelah diusut, kecelakaan itu melibatkan orang penting di kota itu, bernama Meneer Ellemeet. Meneer Ellemeet dikenal sebagai orang yang berpengaruh dan punya berbagai macam kedudukan penting. Bahkan, ia baru saja diangkat sebagai Ketua Perlindungan Binatang.

Tapi, sebenarnya, Meneer Ellemeet tidaklah sebaik dan sehebat yang dikira orang. Belum lagi kasus Si Burik terselesaikan, ada berita baru yang menyatakan bahwa Meneer Ellemeet terlibat dalam kecelakaan dengan tukang ikan sebagai korban.

Para saksi sudah disuap agar tidak buka mulut. Tibbe menuliskan berita ini di koran, tapi langsung mendapatkan kritik pedas dan komentar sinis dari para pembaca yang mengenal sosok Meneer Ellemeet sebagai tokoh masyarakat yang baik hati. Gak ada yang percaya sama berita yang ditulis Tibbe.

Tibbe dipecat. Bukan itu saja, ia pun diusir dari tempat tinggalnya oleh induk semangnya yang pengagum Meneer Ellemeet.

Minoes dan rekan-rekan kucingnya berusaha mencari jalan untuk membantu Tibbe. Berhasilkah Minoes? Minoes sendiri sedang menghadapi dilema apakah ingin tetap jadi manusia atau kembali menjadi kucing.

Salah satu yang menarik dari buku ini adalah ilustrasinya Carl Holliander. Gue bukan penggemar kucing (malah cenderung sebel ngeliat kucing dan mendengar kucing yang mengeong-ngeong), tapi, gara-gara baca buku ini, gue jadi ngebayangin tiap ada kucing lagi mengeong, kira-kira ada berita apa hari ini? Satu lagi, gue inget dulu juga ada cerita Disney yang judulnya ‘Kucing Ningrat’. Jarang-jarang kucing jadi ‘tokoh utama’, selama ini kaya’nya kebanyakan anjing yang selalu diceritain sebagai ‘sahabat manusia.’

1 comments:

Aleetha said...

Ferina ga suka kucing yah...wah...
Kadang emang sih mereka tuh manjanya minta ampun.

hehehe...ada di sini ada minoes yah, dia bisa menerjemahkan bahasa para kucing untuk kita. ^_^

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang