Thursday, May 17, 2007

The Magdalen

The Magdalen
Prisoner of God: Neraka di Rumah Tuhan
Marita Conlon-McKenna
Retno Wulandari (Terj.)
Dastan Books, Cet. I – Maret 2007
536 Hal.

1944, Perang Dunia II tengah berkecamuk. Warga Irlandia berharap, pemerintah mereka tidak memutuskan untuk bergabung dengan sekutu dalam perang itu. Dan doa mereka terkabul. Di sebuah daerah bernama Connamara, tepatnya di desa Carraig Beag, seorang gadis bernama Esther Doyle tengah berjuang membantu persalinan ibunya, melahirkan anak yang ketujuh. Perjuangan yang luar biasa bagi Majella di usianya yang sudah kepala empat. Bayi perempuan itu lahir dengan kondisi yang tidak sesehat kakak-kakaknya. Bayi itu dipanggil Nonnie.

Esther tumbuh jadi gadis yang cantik. Ia terpaksa berhenti dari sekolah karena ayahnya meminta ia membantu ibunya merawat Nonnie yang memang membutuhkan perhatian ekstra, dan juga membantu segala urusan rumah tangga lain sementara saudara-saudara laki-laki dan ayahnya pergi melaut mencari ikan.

Badai dalam keluarga Doyle datang ketika ayah mereka ditemukan meninggal setelah menghilang beberapa hari saat sedang melaut di tengah cuaca yang tidak bersahabat. Tanggung jawab pun beralih ke kakak tertua, Gerard.

Di masa remajanya, seperti yang lainnya, Esther kerap datang ke acara pesta dansa yang diadakan di bar setempat. Di sebuah pesta dansa, Esther berkenalan dengan seorang pemuda pendatang yang bekerja di peternakan tetanggganya. Esther tidak bisa menolak pesona Conor dan ia pun menyerahkan dirinya pada pemuda itu.

Bencana datang lagi. Kali ini, Nonnie kecil mereka yang jadi korban. Majella menyalahkan Esther atas peristiwa ini karena menganggap Esther lalai menjaga Nonnie yang menjadi tanggung jawabnya. Belum habis rasa bersalah Esther akibat kejadian itu, ia mendapati dirinya hamil tapi harus menyimpannya sendiri karena Conor tidak mau bertanggung jawab.

Tapi, kehamilan itu tidak dapat disembunyikan terlalu lama. Akhirnya Majella pun mengetahuinya dan mengutuk puterinya karena sudah membawa aib bagi keluarga Doyle.

Tanpa punya pilihan lain, Esther terpaksa menyetujui usul bibinya untuk bersembunyi sementara di sebuah biara, yang disebut pusat rehabilitasi bagi para pendosa. Tempat itu dikenal dengan nama Magdalen Laundry. Nama tempat itu diambil dari nama Maria Magdalena.

Magdalen Laundry dikelola oleh beberapa biarawati. Tempat itu bagaikan penjara atau bahkan lebih buruk. Tidak ada yang namanya kasih sayang di tempat ini. Semua perempuan yang senasib dengan Esther diharuskan bekerja di binatu seharian, diberi makan seadanya, bahkan terkadang mereka harus mengais-ngais tong sampah untuk mencari makanan. Mereka bekerja tanpa diberi upah. Tidak ada tempat bagi mereka untuk melupakan dosa yang telah mereka perbuat. Sikap para biarawati sama sekali tidak bersahabat. Belum cukup dengan perlakuan buruk yang mereka terima, bayi-bayi ‘haram’ yang lahir dari rahim mereka ‘direnggut’ dari ibunya dan diserahkan ke panti asuhan untuk diadopsi.

Di tengah kerinduan pada keluarga yang sudah ‘membuang’nya dan dalam keadaan hamil, Esther berusaha menerima keadaannya yang baru dan menjadikan penghuni Magdalen Laundry sebagai keluarganya yang baru.

Kisah ini diangkat dari sebuah kejadian nyata. Di mana, sejak abad pertengahan abad ke-19 sampai tahun 1996, di Irlandia memang banyak terdapat pusat rehabilitasi untuk para perempuan yang terbuang dari keluarganya. Magdalen Laundry terakhir ditutup pada tanggal 25 September 1996.

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang