Dark Places (Tempat Gelap)
Gillian Flynn @ 2009
Dharmawati (Terj.)
GPU 2015
472 hal.
25 tahun yang lalu, sebuah
pembunuhan keji terjadi di Kinnakee, Kansas. Korbannya adalah seorang ibu dan
dua perempuan. Mereka tewas dengan cara yang sangat keji dan sadis. Korban yang
selamat, Libby Day, yang ketika itu berusia 7 tahun, bersaksi bahwa Ben Day,
kakak laki-lakinya yang sudah membunuh ibu dan dua saudara perempuannya. Banyak
yang menduga, mereka dijadikan korban untuk pemujaan setan.
Libby Day jadi terkenal, banyak
orang yang bersimpati. Mereka memberikan bantuan secara moril dan materil.
Beranjak dewasa, Libby menjadi pribadi yang cenderung malas, tertutup dan masa
bodoh. Ia bergantung pada uang hasil bantuan orang-orang, Ketika uang itu mulai
menipis, mau tak mau, ia harus mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya
sendiri. Tapi, karena mala situ, ia tak tertarik pada pekerjaan apa pun atau
bahkan untuk mencari pekerjaan.
Secara kebetulan, datang tawaran
dari sebuah perkumpulan rahasia bernama Klub Bunuh. Kasus ini menarik bagi
sekelompok orang-orang, yang sebagian besar percaya bahwan Ben tak bersalah.
Mereka juga bersedia membayar mahal untuk benda-benda yang berasal dari
keluarga Day.
Meskipun awal pertemuan tidak
berjalan dengan lancar, tapi justru membawa Libby kepada suatu hal yang baru.
Ia malah berusaha mencari jawaban dari apa yang sudah terjadi di malam itu.
Penyelidikan itumembawa Libby ke berbagai pelosok, mencari jejak dan membuat
Libby memberanikan diri untuk membuka kembali kenangan masa lalunya.
Awal cerita rada lamban,
berselang-seling antara Libby di masa sekarang, dan penuturan Ben dan Patty –
ibu Libby, pada tanggal 2 Januari 1985, hari di mana terjadi kejadian tragi
situ. Ben dan Patty ‘menggambarkan’ keadaan di rumah mereka, sejak pagi hingga
tengah malam.
Jujur aja, sejak awal ketika
bagaimana korban digambarkan, gue udah harap-harap cemas, setiap membaca bagian
Ben dan Patty, karena setiap judul bab ditulis dalam hitungan jam, gue pun jadi
deg-degan ketika waktu semakin menunjukkan tengah malam, menjelang detik-detik kejadian.
Dan gue ‘jijay’ banget sama Diondra, pacarnya Ben, yang super jorok.
Suasana di dalam buku ini suraaammmm
banget. Keluarga yang berantakan, ibu yang bingung, anak yang gak keurus,
(mantan) suami yang pemabuk, teman-teman yang tukang teler.
Meskipun gak ‘sesarap’ Gone Girl,
tapi buku ini yang tetap bikin penasaran. Ada satu bagian yang gue merasa, koq
biasa aja, ketika Libby berhadapan dengan sang pembunuh. Gue merasa, sering
banget sering ngeliat ini di film atau baca di buku-buku lainnya.
Yang pasti, setelah dua kali baca
buku Gillian Flynn, pastikan ‘jantung’ sehat, emosi kuat dan jangan bad mood,
karena buku-bukunya beliau ini cenderung membuat pembaca emosi jiwa dan ikutan
sinting.