Tuesday, February 02, 2010

The Girl who Played with Fire

The Girl who Played with Fire
Stieg Larson @ 2006
Nurul Agustina (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - Desember 2009
904 Hal.

Melihat ketebalan buku ini yang ‘luar biasa’, gue nyaris mengurungkan niat gue untuk membaca sekuel dari Blomkvist & Salander Trilogy. Tapi, gue jadi penasaran, karena – lagi-lagi terpengaruh komentar orang – katanya, buku ini lebih seru dari yang pertama. Ya.. ya.. ya… kalo dilihat dari tebalnya sih, semoga memang benar begitu.

Buku ini bercerita tentang misteri latar belakang kehidupan seorang Lisbeth Salander, gadis yang bisa dibilang aneh, gak pedulian sama orang, jago computer, punya ingatan fotografis dan berkepribadian yang rumit banget. Berkat kemampuannya itu, Lisbeth berhasil ‘mengantongi’ uang yang sangat banyak untuk ukuran gadis seperti dirinya. Ia menghilang tiba-tiba dari Swedia. Pergi ke luar negeri. Menjauh dari Swedia nyaris selama dua tahun. Lisbeth juga memilih untuk menjauh dari Mikael Blomkvist.

Dua tahun berlalu sejak mereka bekerja sama, Mikael Blomkvist terus mencari Lisbeth yang seolah lenyap ditelan bumi. Lisbeth tidak pernah menjawab email, telepon, bahkan di apartemennya pun tidak ada. Hubungan mereka berdua akan benar-benar terputus jika saja kasus yang melibatkan Lisbeth tidak ada.

Mikael Blomkvist sedang bekerja sama dengan wartawan bernama Dag Svensson untuk menerbitkan sebuah buku dan artikel tentang kasus perdagangan wanita di Swedia. Dag dibantu istrinya, Mia, seorang kriminolog. Mereka berdua meminta Millenium untuk menerbitkan naskah mereka.

Sementara, Lisbeth masih terobsesi untuk membuat walinya, Bjurman, tersiksa. Tapi, ternyata, Bjurman sendiri memilik rencana tersendiri untuk membuat Lisbeth bertekuk lutut dan menyerah.

Sebagai hacker, tentu saja Lisbeth punya akses ke dalam kompter Blomkvist, sehingga dia tahu apa yang sedang dikerjakan Blomkvist. Dari sana, Lisbeth menemukan sebuah nama yang menghubungkannya dengan masa lalunya.

Tiba-tiba saja, Dag, Mia dan Bjurman ditemukan tewas tertembak di apartemen mereka masing-masing. Sebuah pistol ditemukan di tempat kejadian, dengan sidik jari Lisbeth yang tertera di sana. Jadilah Lisbeth sebagai tersangka utama dan menjadi buron, karena keberadaannya sangat sulit ditemukan.

Blomkvist yakin, Lisbeth tidak bersalah. Tapi, entah bagaimana membuktikannya, karena Lisbeth begitu tertutup dan penuh teka-teki.

Cerita yang rumit banget. Masih seputar pelecehan terhadap perempuan, kali ini lebih focus ke perdagangan perempuan. Sebuah nama, tapi jarang ada yang tahu wujud orang ini, berhubungan dengan masa lalu Lisbeth yang ditutup rapat-rapat, bahkan jadi ‘Top Secret’. Wow… siapa sih sebenernya Lisbeth Salander ini?

Semakin lama, semakin ke belakang, jujur, gue semakin cape’ baca buku ini. Lambat banget. Terlalu banyak orang dengan detail yang panjang. Sampai-sampai gue sering melewatkan beberapa halaman. Ya, kalo penasaran, sih, ya pasti. Keping-keping informasi, muncul pelan-pelan, gak bikin terlalu sport jantung.

Lisbeth Salander jadi layaknya seorang superhero, superwoman, atau Robin Hood cewek. Dia memang gak bersih, tapi dia punya keyakinan sendiri dengan sudut pandang sendiri, kadang beda sama orang pada umumnya. Dia membereskan dosa-dosa orang yang memang pantas mendapatknya, tapi dengan cara yang bertentangan dengan hukum.

3 comments:

Astrid said...

wah...duluan nih fer, haha..aku malah belum nyari bukunya, agak males setelah baca yg pertama, tapi kalo gak diterusin kok tanggung ya...kayanya masih tetep slow dan bertele" ya? hue..

ferina said...

iya, astrid, masih tetap slow dan bertele-tele. sebenernya males tapi penasaran. yang ketiga kaya'nya masih tetap berkutat sama si Lisbeth, masih tetap saling balas dendam.

sid said...

Mbak, saya mau beli buku ini, gimana caranya ya?

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang