Al Capone
Does My Shirts
Puffin Books
April 2006
288 hal.
Aduh ya ampunnn… udah lama banget
sejak terakhir gue nulis blog ini. Entah kenapa mood nulis, bahkan mood baca
rada menurun. Satu buku bisa lama banget gue selesain. Dan kalo pun udah
selesai baca, ya udah, balikin lagi ke rak buku, terus lupa mau di-share di
blog.
Mumpung lagi agak lowong dan
agak-agak pengen santai dikit, gue mencoba mengingat-ingat beberapa buku
terakhir yang gue baca.
Baca buku kategori anak memang
selalu menyenangkan, gak harus melulu bercerita tentang hal-hal yang happy
sepanjang buku, tapi juga cerita segala kerumitan dalam dunia anak yang kadang
bikin gue ngerasa, masalah yang gue hadapi belum seberapa dibanding yang ada di
dalam cerita.
Al Capone Does My Shirts – judulnya
menggoda banget, selain cover-nya yang merah cerah. Siapa yang gak tau Al
Capone, seorang gangster Amerika yang sangat berbahaya. Ia terlibat dalam
berbagai kriminal – sebut aja penyelundupan minuman keras, penggelapan pajak,
bahkan prostitusi. Tapi, ia juga bagai Robin Hood, di mana ia menggunakan uang
illegal untuk membantu berbagai berbagai kegiatan amal. Al Capone juga diduga
mendalangi sebuah pembunuhan masal di hari Valentine. Ia pun ditahan di penjara
Alcatraz, sebuah penjara yang sangat ketat, dikenal dengan sebutan The Rock.
Okelah … ini bukan buku tentang Al
Capone. Ini tentang Moose, anak laki-laki berusia 12 tahun yang harus pindah ke
Pulau Alcatraz karena ayahnya mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga penjara.
Tentu saja pindah ke pulau, jauh dari pusat kota, menjadi hal yang menyebalkan
buat Moose. Kebayang betapa membosankannya , ia harus meninggalkan teman-teman
lama-lamanya, masuk ke sekolah yang baru, beradapatasi lagi. Belum lagi, ia harus menemani kakak
perempuannya, Natalie yang mengidap sindrom autis. Ayahnya sibuk bekerja,
sementara ibunya juga mencurahkan seluruh perhatian untuk Natalie. Tentu saja
sebagai ibu, ia berharap Natalie bisa menjadi gadis ‘normal’, berkomunikasi
dengan baik. Hal ini kadang membuat Moose merasa terabaikan, dan ingin sedikit
merasakan kebebasan tanpa harus dibebani tugas untuk menjaga Natalie.
Di tempat baru ini, Moose mulai berkenalan dengan
beberapa anak sebaya – ada yang menjadi teman, dan ada satu anak perempuan yang
ngeselin dan merasa sangat berkuasa hanya karena dia anak sipir Penjara
Alcatraz. Dan mulailah Moose ‘terlibat’ dalam sebuah kegiatan yang melibatkan
nama Al Capone untuk menarik perhatian. Melihat narapidana di Alcatraz, apalagi
yang sekaliber Al Capone menjadi keinginan tersendiri bagi para anak-anak itu.
Karena melihat narapidana adalah hal yang terlarang di Alcatraz. Maka sekecil apa pun hal-hal yang berhubungan
dengan narapidana menjadi hal yang menarik untuk anak-anak itu. Jadi
dihembuskanlah desas-desus bahwa baju-baju mereka akan dicuci oleh Al Capone.
Karuan saja, meskipun antara percaya dan tak percaya, teman-teman baru Moose
tergoda untuk merelakan uang mereka demi agar baju mereka dicuci oleh Al
Capone.
Gak kebayang gimana rasanya tinggal
di lingkungan penjara. Apakah akan mengerikan, takut atau gak nyaman? Tapi
katanya, justru di sinilah tempat yang paling aman. Ya, liat aja, para
narapidana kan terkunci dengan ketat di balik jeruji, dengan penjagaan yang
super ketat. Konon katanya lagi, pagar-pagar tak terkunci, anak-anak juga bebas
bermain sampai batas-batas yang
ditentukan. Hanya saja, para perempuan – anak-anak atau dewasa, harus
berpakaian tertutup. Karena kan .. .mmm.. ada banyak narapidana pria yang
bertahun-tahun gak liat perempuan, jadi ya jaga-jaga aja deh… jadi, the most
scariest place in the world, justru tempat yang paling aman. Belum lagi, ternyata
fasilitasnya juga lengkap – kantor pos, sekolah, toko kelontong dan fasilitas
penunjang lain. Gambaran ini membuat gue mendapatkan banyangan seperti apa
keadaan keluarga Moose.
Satu lag yang menarik, buku ini gak
hanya bercerita tentang petualangan Moose di Alcatraz, tapi juga sekelumit
kisah tentang keluarga yang salah satu anggotanya pengidap sindrom autis.
Bagaimana sang ibu yang berusaha keras agar Natalie bisa mendapatkan pendidikan
atau terapi yang bisa membantunya keluar dari dunianya sendiri, bagaimana ayah
Moose yang bekerja keras atau Moose yang menyayangi kakaknya, tapi juga kadang
emosi dan frustasi hingga ingin menjauh dari kakaknya.
Gennifer Choldenko mengangkat kisah seputar keluarga yang tinggal di Alcatraz.
Di bagian akhir cerita, ada beberapa wawancara dengan anak-anak yang dulu
tinggal di sana. Dan Al Capone Does My Shirts adalah salah satu buku dari 3
seri Al Capone at Alcatraz.
Submitted for:
Lucky No. 15 Reading Challenge –
kategori: Freebies Time
New Author Reading Challenge 2015
Children Literature Project
Project Baca Buku Cetak 2015
0 comments:
Post a Comment