I’ll Give
You the Sun
Walker Books, 2015
429 pages
Gue jarang membaca kisah tentang
anak kembar – kecuali serial St. Claire. Kalo itu sih cerita tentang anak
kembar yang kaya’nya tanpa masalah atau problem yang rumit. Tapi di buku ini,
gue menemukan dunia anak kembar yang sedikit bikin pusing.
Buku ini diceritakan secara
bergantian oleh Noah dan Jude – Noah yang berumur 14 tahun dan ketika Jude
berumur 16 tahun.
Noah – tipe-tipe anak lelaki yang
penyendiri, suka melukis dan berimajinasi. Dalam narasinya, suka diselipkan
kalimat ide dari lukisan atau potongan adegan dalam kehidupan yang tiba-tiba
muncul di benaknya. Berbeda dengan Jude, saudari
kembarnya yang gaul.
Di usia remaja, usia di mana terjadi
sedikit ‘pemberontakan’ dalam diri Jude. Semakin diatur sama ibunya, semakin
Jude menunjukkan sifat berlawanan.
Kedekatan mereka ‘terganggu’ oleh
rasa kecewa yang ada di dalam diri Noah dan Jude. Diawali dengan Noah yang
kecewa karena Jude mendekati cowok yang dia sukai. Lalu, adanya ‘kompetisi’
yang diadakan ibu mereka, tanpa sengaja membuat jarak di antara mereka.
Ini gara-garaya, konon arwah Nenek
mereka yang baru meninggal, berpesan bahwa Noah dan Jude harus masuk sekolah
seni. Maka ibu mereka mengajak Noah dan Jude ke museum lalu membuat sketsa, dan
akan dipilih siapa yang dirasa paling berbakat. Di sinilah Jude merasa bahwa
ibu mereka lebih berpihak pada Noah. Jude merasa dilupakan.
Mungkin bakal dibuat bingung antara
narasi Noah 14 tahun dan Jude 16 tahun. Apa yang terjadi di rentang dua tahun
itu, akan mengerucut menjadi sebuah titik di mana pembaca akan jelas apa
sebenarnya yang sedang terjadi. Menjawab berbagai pertanyaan kenapa Noah jadi ‘berantakan’,
koq malah Jude yang masuk sekolah seni, siapa si English guy yang keren itu
atau si pemahat yang misterius.
Buku yang diceritakan secara
bergantian begini, selalu berhasil membuat gue penasaran. Satu kejadian dengan berbagai
sudut pandang, yang bikin berbagai dugaan jadi sebuah kesimpulan. Ketika
membaca bagian Noah, gue ikutan merasa sendiri dan kesepian, berasa ikut
bermimpi bareng Noah. Ketika bagian Jude – yang cenderung lebih kelam, gue
merasa ikutan meresa hopeless, atau
gelisah atau merasa bersalah, pengen berbaikan lagi dengan Noah.
Tokoh-tokohnya juga likeable. Noah
si pemimpi – duh gue pengen gitu bisa bikin sketch kaya’ Noah. Atau Jude yang
percaya sama hal-hal yang rada mistis. Gue suka hubungan antara Noah dan Jude, dengan
hubungan yang gak terlalu harmonis, tapi mereka tetap saling melindungi,
biarpun hanya dari jarak jauh.
Ooo.. gak ketinggalan Granma
Sweetwine, dengan bible-nya yang berisi hal-hal superstitious, yang punya
panggilan sayang untuk Tuhan. J
Submitted for:
Lucky No. 15 Reading Challenge –
kategori: Cover Lust
New Author Reading Challenge 2015
Project Baca Buku Cetak 2015