Secret
Daughter
William Morrow – 2010
346 pages
Dahanu,
India
Seorang perempuan bernama Kavita,
berjuang menghadapi persalinannya. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi, bayi
perempuan yang akan segera lahir itu harus segera ‘disingkirkan’. Bayi ini
adalah anak kedua Kavita dan Jasu, tapi lagi-lagi perempuan. Jasu bersikap masa
bodoh, dan tak peduli apa yang akan dilakukan Kavita terhadap bayi tersebut.
3 hari setelah dilahirkan, Ashu –
bayi perempuan itu, diserahkan ke panti asuhan di Mumbai.
Setahun kemudian, Kavita mengandung
lagi, kali ini laki-laki dan disambut dengan suka cita oleh Jasu dan keluarganya.
Perlakukan mereka terhadap Kavita sangat berbeda dibanding ketika Kavita
mengandung anak perempuan.
Amerika
Sementara itu, Somer dan Khrisnan,
pasangan dokter ini, menghadapi masalah. Lagi-lagi, Somer keguguran dan divonis
tidak akan bisa mengandung lagi karena mengalami ‘menopause dini’.
DI tengah keputusasaan, Khrisnan
menawarkan alternatif untuk mengadopsi anak dari India. Dengan birokrasi yang
berbelit-belit, akhirnya, seorang anak perempuan resmi diadopsi oleh Somer dan
Khrisnan.
Masalah budaya, adat istiadat,
kepercayaan dan social menjadi isu di dalam buku ini. Pertama, bahwa anak
laki-laki dinilai lebih ‘berharga’ dibanding anak perempuan. Anak laki-laki
diharapkan menjadi tulang punggung dan kebanggaan keluarga, yang akan membawa
keluarganya ke arah yang lebih baik. Sementara, anak perempuan dianggap bawa ‘sial’
– yang nantinya akan nyusahin, terutama saat akan menikah. Dalam budaya India,
pihak calon mempelai perempuanlah yang harus membayar mahar. Dan semakin tua
umur perempuan, semakin sulit mendapatkan calon menantu yang layak. Maka itu,
banyak jabang bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup, dibuang atau diserahkan
ke panti asuhan.
Dalam hal Somer, sebagai perempuan
Amerika, tentu saja sulit untuk menerima atau menyerap budaya India. Terkadang
ia merasa ada jarak antara dirinya dan Asha, yang otomatis lebih mirip dengan
Khrisnan yang memang berasal dari India.
Tapi gue salut dengan keluarga
Khrisnan, yang meskipun orang India yang sangat menghargai tradisi dan budaya,
bisa menerima Somer dan tak membahas masalah infertilitas Somer.
Yang membuat gue agak terganggu,
adalah terlalu banyak cerita dari berbagai sudut pandang – ada Kavita, Asha,
Somer, Khrisnan, Jasu. Gue mungkin masih bisa lebih menikmati kalau yang
bercerita adalah Kavita, Somer dan Asha. Biar lebih fokus dan ‘terasa’
dramanya.
Submitted for:
Lucky No. 15 Reading Challenge –
kategori: It’s Been There Forever
New Author Reading Challenge 2015
Project Baca Buku Cetak 2015