Tuesday, December 30, 2008

Book of the Year 2008

Tampaknya udah waktunya memilah buku-buku yang jadi favorit di tahun 2008. Semenjak ada Mika, sepertinya waktu gue untuk baca agak berkurang (tapi.. hehehe.. tetap tidak diikuti dengan berkurangnya frekwensi membeli buku). Waktu baca biasanya kalo lagi di mobil atau kalau Mika tidur. Udah gitu, gue juga jadi rada males untuk nulis tentang buku yang gue baca di blog. Makanya, blog buku gue di tahun 2008 agak sepi.

Nah, buku-buku yang jadi favorit gue rata-rata adalah buku yang punya 'arti' tertentu buat gue, yang terjemahannya enak dibaca, atau kalo pun bahasa inggris, yang gak terlalu memusingkan. Di antaranya:

1. Chocolat
2. The Penderwicks
3. Maximum Ride (1 & 2)
4. The Alchemyst
5. The Book of Lost Things
6. Ways to Live Forever
7. The Space between Us
8. My Sister Keeper
9. I was a Rat
10. The Food of Love

Ini 'terpilih' di antara buku-buku yang sedikit itu... malah jadi bingung.. :) Target tahun depan... mmm... seperti biasa, membaca buku-buku yang udah lama dibeli, yang selama ini hanya jadi penghias lemari buku... tapi... mmm, kalo ada buku baru, pasti tergoda juga... :)

Wednesday, December 24, 2008

Vanishing Act (Hati yang Hilang)

Vanishing Act (Hati yang Hilang)
Jodie Picoult
Gita Yuliani (Terj.)
GPU, November 2008
528 Hal.

Delia Hopkins, seorang polisi bagian Search and Rescue, yang tugasnya mencari dan mengembalikan orang-orang hilang kepada keluarga mereka. Tinggal di New Hampshire, bersama ayahnya, Andrew Hopkins, yang mengelola sentra manula dan dikenal sebagai warga kota yang baik. Delia mempunya satu orang putri, bernama Sophie, hasil dari hubungannya dengan Eric, tunangannya yang sudah menjadi temannya sejak kecil.

Satu hari, ketika polisi datang mencari – dan bahkan menangkap ayahnya – Delia mendapati dirinya bernasib sama dengan orang-orang yang ditolongnya selama ini. Ternyata, ia adalah korban ‘penculikan’ yang dilakukan oleh ayahnya sendiri.

Selama 28 tahun, Delia ‘menerima’ bahwa dirinya bukanlah dirinya yang sebenarnya. Nama aslinya adalah Bethany Matthews. Ketika berusia 4 tahun, ia pergi bersama ayahnya yang sudah bercerai dengan ibunya, dan tidak pernah ‘dikembalikan’ lagi ke rumah ibunya. Andrew – yang bernama asli Charles – mengganti identitas mereka berdua dan pergi ke sebuah kota di mana tidak ada satu pun yang mengenal mereka.

Andrew pun ditangkap. Delia minta Eric, yang seorang pengacara, untuk membela ayahnya.

Drama mulai bergulir. Demi kepentingan persidangan, Delia pun pindah ke Arizona, tempat ayahnya akan diadili, tempat di mana penculikan itu dulu terjadi. Delia bertemu dengan ibunya, Elise.

Delia bergulat mencari identitas masa lalunya, sementara ia juga harus berdebat dengan dirinya sendiri, apakah harus mema’afkan ayahnya yang sudah menculiknya – apa pun itu alasannya, atau, harus mema’afkan ibunya yang karena salahnya ia ‘diculik’ oleh ayahnya.

Berbagai fakta yang dianggap akan meringankan Andrew dicari oleh Eric. Yang terkadang justru mengundang pertanyaan yang jawabannya sangat bias.

Kaya’nya khas Jodie Picoult untuk mengemas novelnya dengan menceritakan isinya dari sudut pandang setiap tokoh yang terlibat. Jadi, gak hanya tentang kebimbangan Delia, tapi juga gimana Andrew harus bertahan di penjara yang ‘ganas’. Atau, cerita tentang Elise yang menurut aku ‘eksotis’. Lalu, Eric, yang mantan pecandu alkohol.

Gue jadi sempat bertanya-tanya, sejauh mana ya, kita bisa membenarkan sesuatu ketika kita melakukan sebuah kesalahan dengan alasan untuk ‘kebaikan’?
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang