A Tale Dark & Grimm
Adam Gidwitz @ 2010
Khairi Rumantati (Terj.)
Penerbit Atria – Cet. II, Oktober 2011
226 hal.
(Sewa di ReadingWalk)
Gue selalu tertarik untuk membaca novel yang
diadaptasi dari dongeng-dongeng yang biasa saya dengar atau baca waktu kecil.
Bahwa ending-nya tak selalu happily ever after, atau perjalanan sang tokoh yang
tak sekedar naik ke menara yang tinggi lalu menyelamatkan sang putrid. Atau
tokoh yang selama ini dikenal baik, justru menyimpan sifat buruk. Ada beberapa
buku jenis ini yang pernah gue baca, contohnya The Book of Lost Thing – John
Connoly, Sisters Red – Jackson Pearce atau The Sisters Grimm – Michael Buckley.
Nah, di dalam A Tale Dark & Grimm tokoh utama
ada Hansel dan Gretel. Di cerita dongeng yang kita kenal, Hansel dan Gretel
tersesat di hutan, dan tergiur melihat rumah dari roti bertabur cokelat
warna-warni, di mana ternyata sudah menunggu nenek sihir yang konon gemar
memakan anak-anak.
Buku ini diawali dengan kakek dari Hansel dan
Gretel – raja dari Kerajaan Grimm yang mangkat. Sebelum meninggal ia berpesan
kepada pelayannya yang setia untuk membimbing Putera Mahkota yang akan segera
menjadi raja. Raja berpesan agar jangan membuka satu kamar yang berisi lukisan
putri yang sangat cantik. Karena jika sampai Pangeran melihat lukisan itu, ia
akan jatuh cinta dan akan membuat nyawanya terancam.
Tapi, dasar ya, pangeran ini masih muda, masih belum bijaksana, jadi maksa-maksa si pelayan untuk buka kamar itu. Dan inilah awal segala malapetaka….
Ya, singkat kata, si pangeran menikah dengan
putri cantik ini dan melahirkan si kembar Hansel dan Gretel. Tapi, ada saja
yang harus dikorbankan untuk bisa hidup tenang dan sejahtera.
Hansel dan Gretel kecewa dengan kedua orang
tuanya dan memilih untuk kabur. Mulailah petualangan mereka – bertemu dengan
nenek sihir di dalam rumah roti, pindah lagi bertemu dengan sepasang suami
istri yang mendambakan anak perempuan, berpisah karena Hansel yang ditangkap
pemburu, bertemu Iblis dan akhirnya memburu naga demi menyelamatkan Kerajaan
Grimm.
Ok, pertama, ini memang gak cocok untuk
anak-anak. Terlalu kelam, gelap. Nanti diceritain begini pada takut lagi. Banyak
adegan yang mengerikan, seperti adegan potong jari, pemenggalan kepala,
pembunuhan… yah, banyak darah deh.
Lalu, kedua, yang rada ngeselin adalah selingan
dari narrator di tengah-tengah cerita. Mungkin maksudnya biar rada ‘lucu’
tapi buat gue ini ngeselin. Gak usah
pake selingan-selingan garing begitu kaya’nya lebih pas.
Sekuel dari buku ini adalah In a Glass Grimmly - yang mengadaptasi Jack and the Beanstalk
0 comments:
Post a Comment