Wednesday, April 03, 2013

The Diary of Amos Lee #3




The Diary of Amos Lee: I’m Twelve, I’m Tough, I Tweet (Aku Sudah Dua Belas Tahun, Aku Hebat Aku Punya Twitter!)
Adeline Foo
Stephanie Wong (Ilustrasi)
Tessa Febiani (Terj.)
Penerbit Buah Hati – Cet. I, Mei 2012
170 hal.
Untuk usia 10 tahun ke atas
(Rental @ReadingWalk)

Sekarang Amos Lee udah 12 tahun. Masih rajin nulis diarynya di toilet. Tapi di tahun ini, Amos Lee semakin sibuk. Di sekolah, selain sibuk dengan klub renangnya, Amos juga jadi penulis untuk majalah digital bernama ‘Poop Fiction’… hehehe.. terkesan ‘jijay’ kah? Yah.. ini memang terinspirasi dari ‘that poop’. Dasar anak-anak ya, di iphone-nya (well.. anak 12 tahun udah pake iphone nih.. hihihi… ), di-install aplikasi untuk mengukur kadar ‘pup’-nya….

Tapi, menurut gue nih, meskipun berhubungan sama hal tersebut, apa yang ditulis Amos Lee sangat informatif dan kreatif. Amos menulis asal mula toilet, lalu sejak kapan toilet tissue digunakan, bagaimana para astronot menyelesaikan ‘urusan’ mereka saat ada di luar angkasa atau bahkan sejarah pakaian dalam.

Nah, selain ngurusin ‘Poop Fiction’ ini, Amos juga disibukkan dengan kontes ‘Tween Idol’ di sekolahnya. Dasar nih si Amos juga anak yang ‘haus’ dengan kepopuleran, Amos pun mendaftarkan diri untuk mengikuti kontes ini. Saingan Amos tentu saja Michael. Tapi yang tak disangka-sangka, ternyata Alvin, sahabatnya sendiri, juga ikut mendaftarkan diri. Hmmm.. Amos sempat merasa ‘dikhianati’.

Untuk ‘mendongkrak’ popularitasnya, salah satu caranya adalah dengan membuat account Twitter. Setiap hari, Amos terus memantau berapa jumlah follower-nya dan berapa jumlah follower Michael. Jika Amos dan Michael bersaing di dunia maya, Alvin justru melakukan berbagai kegiatan sosial untuk mencari dukungan.

Tapi, kesibukan Amos di dunia maya dengan Poop Fiction-nya membuat ia tertinggal di cabang renang. Ia pun harus mengundurkan diri dari klub renang, meskipun itu artinya ia kalah bersaing dengan Michael.

Tak ketinggalan, sang ibu yang juga ‘menggerecoki’ Amos di Twitter. Salah ejaan atau salah pemakaian kata, bakal langsung di-retweet sama ibunya.

Amos juga mulai memasuki masa-masa puber, saat mukanya penuh jerawat dan ia harus rajin-rajin membersihkan muka, termasuk di sekolah. Amos juga memberi kontribusi di blog ibunya dengan membuat tulisan tentang masa-masa puber seorang anak laki-laki.

Gue lebih suka buku ketiga ini dibandingkan buku yang pertama. Mungkin karena apa yang ditulis Amos gak hanya tentang apa yang ia alami sehari-hari, tapi  juga pengetahuan-pengetahuan yang unik bin ajaib yang ditulis.

Persaingan antar sahabat bukan tak mungkin, tapi toh, Amos juga lebih dewasa menyikapinya. Gak harus jadi musuhan, bahkan justru berlapang dada ketika harus kalah. Pengaruh usia juga kali ya. Bahkan, dengan Michael, ‘musuh’nya itu, ketika membawa nama sekolah, gak ada yang namanya musuhan, tapi tujuan mereka hanya satu yaitu bekerja sama untuk menang di pertandingan renang.

Tulisan Adeline Foo kali ini mengikuti perkembangan di kalangan anak-anak – di saat-saat mulai puber atau  kehebohan dunia twitter.

Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam event Fun Year With Children’s Literature yang dihost oleh B’zee


0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang