Monday, July 15, 2013

Wedding Night






Wedding Night
Sophie Kinsella @ 2013
Bantam Press
394 hal

Setelah sekian lama menjalin hubungan dengan Richard, Lottie pun bertanya-tanya kapan Richard akan melamarnya. Tapi, pada satu titik, ia merasa, Richard perlu sedikit ‘pancingan’ untuk mengajukan lamaran yang romantis, maka Lottie pun berinisiatif untuk ‘melamar’ Richard. Di sebuah acara makan siang, Lottie pun merasakan tanda-tanda itu. Tapi, apa daya, ternyata, Lottie harus kecewa. Acara makan siang yang romantis itu bukan ditujukan Richard untuk melamar Lottie, tapi untuk menyampaikan maksud yang lain. Lottie kecewa dan malah memutuskan untuk meninggalkan Richard.

Di tengah-tengah kegalauan, datanglah sosok dari masa lalu Lottie, Ben Parr – kekasih masa remaja Lottie. Ben menawarkan romantisme yang dibayangkan Lottie. Ben mengajak Lottie menikah, padahal mereka tak pernah bertemu selama belasan tahun! Tapi, tampaknya Lottie tak peduli. Ia mulai merasa yakin bahwa Ben adalah  belahan jiwanya. Dan Lottie pun menerima lamaran Ben. Meskipun Lottie gak tahu seperti apa Ben sekarang, apa pekerjaannya, latar belakangnya dan lain-lain. Persiapan pernikahan dilakukan dengan terburu-buru dan setelah itu mereka langsung terbang ke Yunani, berbulan madu ke tempat pertama kali mereka bertemu.

Sementara Fliss, kakak Lottie, kalang kabut dengan rencana mendadak adiknya tersebut. Fliss dan Lorcan, teman Ben, berusaha menggagalkan rencana pernikahan itu. Tapi terlambat. Maka dengan segala upaya, Fliss mencari cara untuk menggagalkan malam pertama yang sudah direncanakan begitu romantis oleh Lottie dan Ben.

Kalau boleh jujur…, gue rada kecewa dengan buku Sophie Kinsella kali ini. Tokoh Lottie menurut gue terlalu ‘konyol’. Memang kata Fliss, saat lagi patah hati, Lottie sering mengambil tindakan yang aneh, spontan dan drastis. Tapi, dari awal – ketika ia mulai menyiapkan cincin, terus berkhayal terlalu jauh – gue jadi rada kurang ‘simpatik’ dengan Lottie. Belum lagi, semua kegiatan yang sangat pribadi juga diceritain ke Fliss. Lottie jadi gak ubahnya Becky Bloomwood, lucu di awal, tapi lama-lama jadi ‘gak asik lagi.

Lalu, tokoh Fliss – yang dalam kondisi pemulihan setelah pasca perceraian – menurut gue terlalu berlebihan mencampuri urusan pribadi adiknya. Meskipun dengan tujuan melindungi Lottie, tapi kalau sampai harus ‘menggagalkan’ malam pertama kaya’nya udah di luar batas kali ya.

Dan… pernah gak sih, ketika baca sebuah buku, di tengah-tengah ngerasa pengen ‘ngebanting’ buku itu? Nah, itulah yang gue rasakan ketika membaca buku ini. Saat-saat di mana Lottie dan Ben were about to do ‘that’… muncullah berbagai gangguan hasil rekayasa Fliss… dan ini gak hanya sekali adegan begini muncul. Yang membuat gue bertanya-tanya, ‘sampai kapan nih adegan ini diulang terus?’

Sementara Ben, menjadi lelaki yang paling ngeselin sepanjang buku ini. Menurut gue, dia egois dan makin ke belakang, keliatan makin gak peduli sama Lottie. Seolah yang ada di otaknya hanyalah the big ‘S’.

Padahal, prolog dari seorang pria bernama Arthur cukup menjanjikan, lho… tapi sayang ‘dirusak’ oleh adegan yang berulang-ulang itu.

Ma’af ya, tante Sophie, cukup dua bintang aja kali ini.

5 comments:

alvina vanila said...

ga jadi beli dehhh XD

astrid said...

huaaah...kinsella kayaknya akhir2 ini semakin menurun kualitasnya ya fer..sayang bangeeet...tokohnya predictable banget... ntar gue pinjem aja deh yg ini huahaha...

ferina said...

@Orybun: hehehe pinjem aja, Vin :)

@Astrid: iya, gue sebel banget baca buku ini.. boleh, kasih tau aja kapan mau pinjem.

-Indah- said...

Dan… pernah gak sih, ketika baca sebuah buku, di tengah-tengah ngerasa pengen ‘ngebanting’ buku itu?

huehehehe.. pernaaahh.. tapi komik sih, popcorn 25 kalau ngga salahh.. ngga cuman pengen banting, tapi tuh komik akhirnya gua robek2 and mukanya si iwasaki gua tempelin gambar okita, huahahahahaha :)) padahal gua pencinta buku lho, boro2 sampai ngerobek, wong lecek aja berasa sayaang bangets :p

ferina said...

@indah: ouch.. sadis amat dirimu :)

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang