Wednesday, July 31, 2013

Kembali ke St. Clare




Kembali ke St. Clare (The O’Sullivan Twins)
Enid Blyton @ 1942
Agus Setiadi (Terj.)
GPU – 1982
252 hal
(via toko buku bekas di Plasa Semanggi)

Si kembar – Pat dan Isabel O’Sullivan semangat banget untuk balik ke St. Clare, berbeda dengan kali pertama mereka masih jadi murid baru. Tahun ini mereka berdua belum naik ke kelas dua. Kenaikan kelas di St. Clare ditentukan oleh prestasi belajar mereka.

Seperti biasa, tahun baru, tentunya ada murid-murid baru juga. Ada Alison O’Sullivan – saudara sepupu mereka yang gemar banget bersolek, Margery, si gadis bertubuh besar yang berwajah muram dan Lucy, anak seorang pelukis yang dengan segera disukai oleh para murid.

Seperti biasa, di setiap tahun ada keisengan yang diperbuat oleh gadis-gadis remaja ini, ada pesta tengah malam lagi dan ada sedikit ‘kerusuhan’.

Seorang gadis yang iri hati bernama Erica, berniat melakukan balas dendam terhadap Pat karena Pat sudah melontarkan kata-kata yang menyakitkan. Ia merusak rajutan dan buku biologi Pat yang sangat dibanggakannya. Tuduhan ditimpakan terhadap Margery, yang kebetulan juga bermusuhan dengan Pat.

Dibalik keceriaan para gadis remaja itu, ada sebuah kisah mengharukan yang akan membersihkan nama Margery.

Di buku ini, gue mulai menemukan sesuatu yang bikin gue kurang ‘sreg’, misalnya Pat dan teman-temannya yang menegur dan melontarkan kata-kata kasar pada Erica di depan orang banyak, kata-kata ‘Goblok’, ‘tolol’, lumayan banyak bertebaran di buku ini.

Kalau di buku pertama gue merasa, kaya’ begini nih kisah remaja dan sekolahnya yang seharusnya, eh di buku kedua justru gue menemukan hal yang bikin gue jadi rada ‘kecewa’.

Tapi… mungkin jadi lebih ‘manusiawi’, karena gak hanya sisi positif yang ditampilkan, tapi juga sisi negatifnya. Meskipun mereka gampang marah, jengkel, mereka juga mudah mema’afkan kesalahan yang diperbuat temannya dan gak segan-segan membantu.

Di St. Clare ini juga ditekankan pentingnya bagi para siswa untuk bisa menguasai pekerjaan rumah tangga, misalnya saja menjahit sendiri pakaian yang bolong atau robek, membereskan tempat tidur, memasak air dan lain-lain. Ini pernah disebutkan oleh ibu kepala sekolah, Ms. Theobald. Berbeda dengan gambaran Georgina di seri Lima Sekawan yang gerah banget dengan statusnya sebagai perempuan, di buku ini, justru para gadis-gadis dituntut untuk menyadari perannya sebagai perempuan.


Posting ini disubmit untuk posting bareng Blogger Buku Indonesia bulan Juli dengan tema buku anak-anak.

*Ma'af telat sehari :)

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang