Friday, December 14, 2012

Detektif Imai dan Teka-Teki Lukisan Berantai




Detektif Imai dan Teka-Teki Lukisan Berantai (Detektif Imai #3)
Dyah P. Rini
Penerbit Buah Hati - Cet. I, Juni 2012
250 hal.
(Sewa di ReadingWalk)

Keberhasilan Indonesia Permai, atau yang akrab dipanggil Imai, membuat si detektif cilik ini tak lagi dipandang sebelah mata. Bahkan pihak sekolah menyediakan sebuah ruang yang tak terpakai untuk dijadikan markas Imai dan teman-temannya.

Keluarga Imai sedang dirundung duka. Kakek Imai ditemukan tewas di Belanda, lalu galeri tempat lukisan kakek Imai terbakar. Kakek Imai adalah Wengi Waranggana seorang pelukis terkenal. Naluri detektif Imai berkata, ada banyak hal yang tak wajar dibalik tewasnya sang kakek.

Meski ditentang oleh Ibunya, Imai bertekad untuk menyelidik hal ini. Imai masih dibantu oleh teman-temannya, Kaisar, Nino, Lila dan Biru. Imai sampai terbang ke Yogyakarta untuk melakukan penyelidikan di rumah kakeknya di sana.

Tapi, ternyata pembunuh ini tidak main-main, Imai dan teman-temannya yang masih remaja ini turut menjadi incaran. Apa sih motif si pembunuh ini sampai jauh-jauh terbang ke Belanda, lalu tiba-tiba adai di Yogya, bahkan menguntit pula sampai ke Jakarta?

Membaca buku seri Detektif Imai untuk yang kedua kalinya, kembali gue diajak bernostalgia ke saat-saat membaca seri Lima Sekawan. Sekali anak-anak ini main terlibat dalam kasus, mereka gak akan pernah berhenti. Ada aja masalah yang mengikuti mereka, sampai-sampai nyawa mereka sendiri jadi taruhannya.

Imai adalah gambaran anak yang aktif, ceria tapi juga keras kepala. Di sekolah, Imai yah, termasuk golongan popular juga, tapi bukan dalam arti ‘positif’. Imai cenderung jadi  bahan olokan kelompok Kings and Queens. Pandya masih jadi musuh besarnya. Bahkan di novel ini, kasus yang Imai selidiki berhubungan dengan Pandya.

Tak hanya sibuk dengan urusan kasusnya, layaknya remaja lain, Imai juga mengalami saat-saat suka sama cowok, takut kehilangan Kaisar, sahabatnya yang akan segera masuk SMA atau bertengkar dengan Ibunya karena sebal dianggap anak kecil.

Yang menarik lagi dari buku ini, di setiap ending cerita, selalu terselip misteri lain, yang akan berlanjut di buku berikutnya.

2 comments:

Oky said...

Aku belum pernah baca buku detektif cilik karya lokal. Jadi pengen deh, coba Reading Walk buka gerai di Jogja juga :P

ferina said...

hehehe.. ntar disampein deh ke Mbak Yasmin :)

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang