Thursday, May 07, 2009

Orange

Orange
Windry Ramadhina @ 2008
GagasMedia – 2008
296 Hal.

Faye Muid, gadis tomboy, seorang fotografer. Bercita-cita bikin pameran foto sendiri. Foto-foto Faye unik (katanya), punya sentuhan pribadi.

Diyan Adnan, pengusaha muda, pemilik sejumlah mall. Konon, dia beli mall sambil makan siang, atau lagi main golf.

Secara ‘kebetulan’, kedua orang tua mereka berteman baik. Orang tua Faye pemilik beberapa franchise ternama, sedangkan orang tua Adnan memiliki sejumlah pertokoan dan bisnis besar lainnya. Atas nama bisnis, para orang tua sepakat untuk menjodohkan Faye dan Diyan.

Semua segera diatur, kencan pertama, konferensi pers yang berisi sejumlah pertanyaan dan jawaban yang harus mereka berdua berikan. Faye dan Diyan tentu kaget, tapi mereka menerima perjodohan ini tanpa banyak perlawanan.

Faye berusaha keras menyukai Diyan. Sementara Diyan masih berkutat dengan masa lalunya. Ia pernah sakit hati karena ditinggal kekasinya, Rera, yang mengejar impian untuk jadi model terkenal. Meskipun, Rera ada di Paris, tapi, Diyan belum bisa melupakannya. Ia (dan juga Rera), ternyata masih berharap masih ada secuil kesempatan untuk mereka berdua.
Rera kembali ke Jakarta dalam rangka promosi produk kosmetik yang memakainya sebagai model iklan. Pada saat yang sama, Diyan dan Faye bertunangan. Meskipun berita pertunangan mereka berdua sudah sampai ke teling Rera, tapi, Rera tetap nekat menghubungi Diyan.

Selama Rera di Jakarta, Diyan diam-diam menemuinya. Faye sesungguhnya kecewa. Tapi, ia tidak bisa berharap banyak karena ia tahu Diyan tidak mencintainya.

Lalu, ada Zaki, yang ternyata adik Diyan. Tapi, Zaki ini tipe pemberontak, yang gak mau ngikutin jejak orang tuanya sebagai pengusaha. Dia memilih jalur bisnisnya sendiri. Zaki punya biro iklan bersama teman-temannya. Dan, kebetulan ia memakai jasa Faye sebagai fotografer. Zaki sama sekali gak menyangka kalau Faye akan bertunangan dengan kakaknya, karena dia tahu, Faye bukanlah tipe cewek idaman Diyan. Diam-diam, Zaki juga menaruh hati pada Faye.

Bertunangan dengan pengusaha terkenal, membuat hubungan mereka sarat dengan gosip. Faye harus belajar diam ketika ia dikejar-kejar wartawan. Dan harus belajar juga menerima tunangannya yang masih menyimpan hati pada mantan kekasihnya.

Tapi, lagi-lagi ini adalah tentang sebuah pilihan. Karena cinta toh gak bisa dipaksain, apalagi atas nama bisnis. Ternyata membuat pilihan itu, meskipun awalnya ada rasa terpaksa, tetap sulit - tetap sulit melepaskan apa yang udah ada dalam genggaman kita (wise mode: on)

Buku ini bikin gue ‘termehek-mehek’. Hahahaha… mungkin karena gue lagi PMS, makanya sifat melow dan cengeng gue jadi keluar (tapi… tenang… gak ada yang namanya banjir air mata). Gue suka sama cara mbak Windry menulis. Sebagai pembaca, gue ngerasa ‘dituntun’ pelan-pelan, setiap gue penasaran, pelan-pelan ketemu jawabannya. Berbeda genre sama novel keduanya yang sarat ketegangan dan butuh konsentrasi tinggi, buku ‘Orange’ ini bikin segar. Dan, seperti biasa ditulis dengan 'persiapan' yang lengkap - liat aja di blog-nya.

O ya, tadinya gue pikir, Rei - sepupunya Diyan yang juga asistennya - bakal jatuh cinta sama Diyan dan bikin Faye jadi mundur (hehehe, mungkin adegan ini hanya ada dalam sinetron) - eh.. tapi gak mungkin juga kan... mereka kan sepupuan... atau... Rei jadi jutek karena Faye bikin Diyan 'mangkir' dari meeting-meeting penting (lagi-lagi sinetron mode: on)

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang