Tuesday, May 05, 2009

After the Honeymoon

After the Honeymoon
Ollie @ 2008
GagasMedia – Cet. I, 2008
242 Hal.

Jadi pengantin baru, gak berarti semuanya jadi indah. Bayangan tentang masa-masa indah sebagai pengantin baru setelah bulan madu – rumah sendiri, sarapan berdua, berangkat kerja berdua. Tapi… ternyata, tinggal berdua juga membuka pandangan baru tentang pasangan kita. Kalau yang tadinya keliatannya rajin, ternyata males bangun pagi. Yang katanya suka kopi, begitu dibikinin kopi – bahkan yang instant – tetap aja ada yang salah.

Ata dan Barra berusaha mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Tapi, ternyata semuanya berbeda dengan yang mereka bayangkan. Setiap hari, Ata yang jadi supir karena Barra trauma dan tidak pernah mau mengendarai mobil lagi. Barra ternyata juga termasuk orang yang santai, gemar handphone model terbaru. Tapi, dengan niat menjadi istri yang baik dan pengertian, Ata mencoba mengerti kegemaran dan segala kekurangan Barra.

Dibanding Barra, dalam hal pekerjaan Ata lebih baik. Baru pulang dari bulan madu, Ata sudah ditawari posisi baru yang menuntut dirinya untuk bekerja lembur. Sementara Barra dengan terpaksa menerima ajakan temannya untuk dugem, sekedar menunjukkan kalau dirinya tidak berubah meskipun sudah menikah.

Masalah mulai semakin runyam ketika Ata hamil dan memutuskan pindah ke rumah orang tuanya. Tinggal di rumah mertua membuatnya tidak nyaman. Apalagi memang, sebelum menikah, baik Ata maupun Barra, bukanlah menantu idaman.

Puncaknya, ketika Barra diam-diam mengambil tabungan milik mereka berdua. Sementara Ata berniat menyimpan tabungan itu untuk keperluan persalinan. Hubungan mereka memanas. Barra pun pergi meninggalkan Ata.

Campur tangan kedua orang tua juga terkadang bikin runyam. Anak-anak mereka pengen berbaikan, tapi orang tua malah bkin makin panas. Godaan adanya perempuan lain (atau mungkin laki-laki lain) juga mampu menggoyahkan iman di saat hubungan antar suami-istri sedang berada di ujung tanduk.

Lagi-lagi pengertian dan mampu meredam ego masing-masing, juga komunikasi, selalu jadi kunci dalam menyelesaikan masalah. Harus selalu ingat, apa sih tujuan kita ketika kita memutuskan untuk menikah. (hehehe.. curcol…)

Buku ini mungkin bisa jadi buku ‘panduan’ bagi pengantin baru. Buku panduan yang ringan dan gak penuh teori-teori. Yahhh.. meskipun tentunya kenyataan kadang gak seindah dan semudah gambaran di buku ini. Mungkin di luar sana, banyak pasangan muda yang kasusnya mirip dengan Ata dan Barra, atau mungkin mirip dengan Widi dan Jeff. Meskipun kasus Widi dan Jeff beda sama Ata dan Barra, tapi tetap aja, kuncinya sama.

Tapi… ada satu yang gak pas nih… katanya, Barra takut nyetir mobil, tapi koq, di Solo dia berani aja tuh nyetir mobil? Apa dia takut nyetir di Jakarta aja ya?

Like this book, like the cover…

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang