Monday, August 06, 2007

Century

Century
Sarah Singleton
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – 2007
248 Hal.

Mercy dan adiknya, Charity, tinggal di sebuah rumah bernama Century dalam musim dingin panjang yang sepertinya tidak akan pernah berakhir. Mereka tinggal bersama ayah mereka, Trajan Verga, dan dua orang pelayan – Aurelia dan Galatea yang masih terhitung kerabat mereka. Sedangkan ibu mereka, Thecla, sudah meninggal. Di sekitar rumah mereka, tidak ada rumah-rumah lain. Mereka benar-benar hidup sendiri.

Keluarga Verga menjalani ritme kehidupan yang aneh. Mereka menjalani hari-hari yang ‘terbalik’. Mereka bangun ketika matahari terbenam dan tidur menjelang fajar. Seperti layaknya anak-anak normal, Mercy dan Charity juga belajar di bawah pengawasan Galatea. Sementara Aurelia lebih banyak mengurus dapur. Mercy dan Charity juga berjalan-jalan di luar rumah, hanya saja semua itu dilakukan di malam hari.

Mercy memiliki kelebihan, yaitu bisa melihat hantu. Tapi, tidak satu pun hantu itu bisa membuatnya takut. Sampai di satu malam, Mercy berjalan-jalan ke kolam di dekat rumahnya. Di kolam yang membeku itu, ia melihat hantu wanita yang seolah ingin mengatakan sesuatu. Berbeda dengan biasanya, kali ini Mercy merasa ketakutan.

Sejak saat itu, di kepala Mercy timbul berbagai pertanyaan. Selain masalah hantu wanita di kolam es itu, Mercy menemukan sekuntum bunga snowdrop di bantalnya, bunga tanda musim semi tiba, sebuah musim yang sudah lama tidak pernah ia jumpai. Ditambah lagi dengan kemunculan laki-laki misterius bernama Claudius, yang mengatakan bahwa Mercy bisa bebas dan bisa melihat ibunya lagi. Mulailah Mercy bertanya-tanya kepada Trajan dan juga Galatea tentang ibunya. Karena ia merasa, ia tidak ingat kapan ibunya meninggal, bahkan kenangan tentang ibunya pun sudah memudar dari ingatannya. Tapi, Trajan dan Galatea bersikap tertutup, menghindar dari pertanyaan-pertanyaan Mercy.

Mercy semakin merasa banyak kejanggalan dalam rumah mereka. Sampai akhirnya, berkat ‘tuntunan’ hantu gadis kecil yang sering dilihatnya, Mercy menemukan sebuah pintu yang akan menuju kepada sebuah jawaban misteri rumah mereka. Ternyata ada labirin-labirin yang menyelubungi rumah mereka, dan Mercy harus mematahkan sebuah mantra untuk bisa membebaskan mereka semua. Mercy harus menulis ulang kisah hidup mereka, seperti yang sudah dilakukan Trajan.

Ada alasan kenapa Trajan menulis sebuah kisah yang membuat mereka ‘tersembunyi’ dari dunia luar. Keluarga Verga ini bisa dibilang kaya’ Highlander, mereka bisa hidup ‘abadi’, kecuali karena terbunuh. Atau.. bisa juga kaya’ vampire, minus darah, karena mereka hidup di malam hari. Karena alasan ‘berbeda’ dengan orang biasa-lah, Keluarga Verga pindah dari Italia – yang mereka sebut negara lama - ke Inggris. Dengan harapan tidak ada yang memperhatikan perbedaan mereka. Masalah sebenarnya berawal ketika Claudius jatuh cinta pada Marietta yang ‘orang biasa’.

Kalau dipikir-pikir, Claudius dan Trajan seperti seorang ‘psikopat’ yang gak mau kehilangan apa yang mereka miliki… terutama karena cinta sih… misalnya Claudius yang ingin mengambil ‘roh’ Marietta agar Marietta bisa hidup abadi, juga Trajan yang langsung ‘down’ karena kematian Thecla. Kesannya egois banget.

Waktu ngeliat cover-nya, gue jadi inget cerita ‘The Ghost Writer’. Agak membingungkan di awal, soalnya, kita gak tahu asal mula kenapa keluarga Verga selalu hidup di malam hari. Dan… seperti biasa… selalu gak comfort kalo baca cerita yang ada hantu-hantu melayang-layang… ehh.. pake ditambah hantu di dalam kolam itu. Hehehe… tapi.. tetap aja, pengen baca. Sempet pengen berhenti di tengah jalan.. tapi, penasaran juga sih…

2 comments:

ijul said...

allo mbak, numpang nanya nih (pertanyaan iseng sih), apa sih enaknya baca macam century, glonggong, the floods de-el-el gitu? maaf, tapi kenapa ya aku dari judul dan covernya gitu nggak tertarik sama sekali. aku malah mantep kalo disuruh baca novel metropop (fave: cewek matre), padahal aku cowok loh mbak? aku ini emank segmented banget. hanya interest ama novel2 fiksi ringan dengan gaya bahasa keseharian yang dipadu dialog masa kini. susah ebtul kalo disuruh baca novel berat yang gaya bahasanya masih penuh kiasan, jadul gitu, ada tips ngga mbak biar bisa enjoy misalnya buat baca burng2 manyar atau para priyayi atau anak semua bangsa gitu?

ferina said...

mas yuliyono, aku kalo baca, terkadang suka gak milih. kalo aku liat sinopsis di cover belakangnya bagus, aku bakal langsung tertarik dan pengen baca. tapi, kadang kecewa juga, kalo 'promosi' gak sebagus isinya. satu lagi, yang pengaruh adalah cara penulisan. kalo cara nulisnya enak dibaca, gak bikin kening berkerut, pasti lancar tuh, bacanya. jadi, gak peduli, mau chicklit, metropop, atau novel sejarah kaya' glonggong, novel anak-anak.. hayuuu aja dibaca.. dinikmati aja..

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang