Thursday, March 25, 2010

The White Tiger

The White Tiger
Aravind Adiga @ 2008
Rosemary Kesauly (Terj.)
Penerbit Andi - 2010
360 Hal.

Balram Halwai, pemuda India berasal dari kalangan yang kurang mampu. Desanya dikuasai oleh para tuan tanah yang serakah. Sebenarnya ia anak yang cerdas. Balram – yang nama aslinya adalah Munna – menjadi satu-satunya murid yang cerdas di antara murid lain yang tidak mendapatkan ‘hasil’ apa-apa dari sekolah karena gurunya tukang mabuk dan penidur. Ia pun mendapatkan julukan ‘The White Tiger’ atau ‘Harimau Putih’.

Tapi, karena kondisi ekonomi, Balram terpaksa putus sekolah. Bersama kakaknya, ia bekerja di sebuah kedai teh menjadi pelayan. Meskipun begitu, ia selalu mengamati berbagai kebobrokan yang ada di sekitarnya.

Balram pun hijrah ke Delhi. Ia memaksa seorang supir taksi untuk mengajarinya mengendarai mobil. Setelah mahir, Balram datang dari satu rumah ke satu rumah lainnya untuk menawarkan diri menjadi supir Sampailah ia ke sebuah rumah mewah, yang ternyata milik salah satu tuan tanah di Desa Balram. Salah satu anak Si Bangau (ia memberi julukan untuk setiap tuan tanah), bernama Ashok baru saja datang dari Amerika bersama istrinya, Pinky Madam.

Karena Si Bangau dan Si Luwak (anak si Bangau yang lain) kenal dengan Balram, maka ia pun dijadikan supir untuk Ashok. Sebagai pegawai, ia dituntut memberikan pengabdian penuh pada tuannya. ‘Title’nya memang sebagai supir, tapi Balram harus selalu siap untuk jadi tukang masak, pelayan, tukang pijit dan lain-lain. Sampai-sampai, ia merasa lebih mengenal tuannya dibandingkan orang tuanya sendiri.

Balram dengan setia mengantarkan Mr. Ashok dan Si Luwak ke kantor pemerintahan untuk menyuap para menteri, ke mall mengantar Mr. Ashok dan Pinky Madam (sementara ia membayangkan apa yang ada di dalam mall megah itu. Ia juga mendengar setiap pertengkaran Mr. Ashok dan Pinky Madam yang tidak betah di India.

Tapi, meskipun ia sangat setia pada tuannya, ada rasa iri dan ingin membuat perubahan pada dirinya sendiri. Ia ingin maju, tapi kalau tidak ada uang, tidak akan pernah bisa. Politik kotor yang bermain, membuat yang miskin semakin miskin dan membuat yang kaya semakin makmur. Balram tidak bisa menahan diri untuk tidak berkhianat pada tuannya.

Seperti berapa buku yang berlatar India yang gue baca, misalnya buku Vikas Swarup, menggambarkan budaya korupsi dan memeras orang yang kurang mampu. Kemiskinan membuat korupsi jadi ‘halal’. Di sini digambarkan bagaimana subsidi untuk sekolah dijadikan barang dagangan oleh guru sekolah Balram. Perkara kejahatan bisa diputarbalikan dengan uang. Polisi bisa diajak ‘bekerja sama’ asal ada uang. Cerita dalam buku ini disampaikan dalam sebuah ‘surat’ yang ditulis Balram untuk Perdana Menteri Cina yang akan berkunjung ke India. Balram akhirnya mampu punya perusahaan sendiri.

Gue nyaris bosan membaca buku ini. Biasa deh.. minim percakapan. Penuh kesinisan. Hampir aja gue ganti ke buku yang lain. Cuma, kalo gue ganti ke buku yang lain, buku ini pasti gak akan pernah gue sentuh lagi. Dan, setelah gue terusin baca, ternyata gue makin penasaran. Biar kadang bikin ngantuk, gue pelan-pelan berusaha menamatkan buku ini. Hmmm… apa buku-buku yang dapet penghargaan selalu ‘membosankan’, ya?

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang