Susanna Sees Stars
Mary Hogan @ 2006
Simon & Schuster - 2006
247 Hal.
Layaknya para ABG, Susanna Barringer tergila-gila dengan segala hal yang berbau selebritis. Sebuah hal yang tidak didukung oleh orang tuanya yang rada-rada hippie. Ayah Susanna adalah seorang ilmuwan, ibunya seorang manager di sebuah pertokoan besar.
Di liburan musim panas kali ini, Susanna yakin ia akan segara menjemput impiannya. Ketika ia diterima sebagai pegawai magang di majalah Scene, Susanna yakin ini adalah awal karirnya yang cemerlang dan sebuah kesempatan untuk bertemu dengan selebritis yang selama ini hanya ia lihat di majalah.
Susanna menyiapkan dirinya dengan sesempurna mungkin, bersiap-siap dengan segala ide-ide cemerlang yang ia yakin akan membuat bos-nya, Nell Wickham, melihat potensi dirinya yang tersembunyi.
Semangat Susanna yang mengebu-gebu di awal, lama-lama luntur. Nell, si boss, hanya memerintah dia melakukan hal-hal sepele banget dan gak ada hubungannya sama kerjaan, seperti beli kopi di Starbucks, beli bunga yang harus lain-lain setiap hari, ngajak anjingnya jalan-jalan, terus, nyari eyeshadow kuning yang harus sama dengan kelopak bunga.
Kadang Susanna udah gr duluan kalo dipanggil Nell ke ruang meeting, ternyata dia hanya disuruh membeli kopi pesanan seluruh peserta meeting di Starbucks. Keinginannya untuk bertemu selebritis idolanya seolah pupus begitu saja. Bahkan, ketika ia menyebutkan nama Randall Sanders sebagai idolanya, Susanna malah jadi bahan tertawaan. Susanna butuh Plan B.
Bersama Amelia, sahabatnya, Susanna menyusun sebuah rencana. Ia harus mencari berita yang akan membuat Nell akhirnya melirik potensi dirinya.
Sekilas gue merasa buku ini mirip The Devil Wears Prada dalam versi remaja. Susanna mirip Andrea yang awalnya nyaris tidak dilirik boss-nya yang sama-sama dijuluki ‘Anna Wintour Wannabe’, sering disuruh-suruh hal yang gak jelas gak hanya oleh boss-nya, tapi juga dimanfaatkan rekan sekerjanya, tapi endingnya bisa nunjukin kalo dia juga bisa ‘berguna’. Ternyata masih ada lanjutan kisah si Susanna Barringer ini, tapi rasanya gue gak terlalu tertarik untuk membaca kisah berikutnya. Satu-satunya yang gue suka adalah covernya.
Mary Hogan @ 2006
Simon & Schuster - 2006
247 Hal.
Layaknya para ABG, Susanna Barringer tergila-gila dengan segala hal yang berbau selebritis. Sebuah hal yang tidak didukung oleh orang tuanya yang rada-rada hippie. Ayah Susanna adalah seorang ilmuwan, ibunya seorang manager di sebuah pertokoan besar.
Di liburan musim panas kali ini, Susanna yakin ia akan segara menjemput impiannya. Ketika ia diterima sebagai pegawai magang di majalah Scene, Susanna yakin ini adalah awal karirnya yang cemerlang dan sebuah kesempatan untuk bertemu dengan selebritis yang selama ini hanya ia lihat di majalah.
Susanna menyiapkan dirinya dengan sesempurna mungkin, bersiap-siap dengan segala ide-ide cemerlang yang ia yakin akan membuat bos-nya, Nell Wickham, melihat potensi dirinya yang tersembunyi.
Semangat Susanna yang mengebu-gebu di awal, lama-lama luntur. Nell, si boss, hanya memerintah dia melakukan hal-hal sepele banget dan gak ada hubungannya sama kerjaan, seperti beli kopi di Starbucks, beli bunga yang harus lain-lain setiap hari, ngajak anjingnya jalan-jalan, terus, nyari eyeshadow kuning yang harus sama dengan kelopak bunga.
Kadang Susanna udah gr duluan kalo dipanggil Nell ke ruang meeting, ternyata dia hanya disuruh membeli kopi pesanan seluruh peserta meeting di Starbucks. Keinginannya untuk bertemu selebritis idolanya seolah pupus begitu saja. Bahkan, ketika ia menyebutkan nama Randall Sanders sebagai idolanya, Susanna malah jadi bahan tertawaan. Susanna butuh Plan B.
Bersama Amelia, sahabatnya, Susanna menyusun sebuah rencana. Ia harus mencari berita yang akan membuat Nell akhirnya melirik potensi dirinya.
Sekilas gue merasa buku ini mirip The Devil Wears Prada dalam versi remaja. Susanna mirip Andrea yang awalnya nyaris tidak dilirik boss-nya yang sama-sama dijuluki ‘Anna Wintour Wannabe’, sering disuruh-suruh hal yang gak jelas gak hanya oleh boss-nya, tapi juga dimanfaatkan rekan sekerjanya, tapi endingnya bisa nunjukin kalo dia juga bisa ‘berguna’. Ternyata masih ada lanjutan kisah si Susanna Barringer ini, tapi rasanya gue gak terlalu tertarik untuk membaca kisah berikutnya. Satu-satunya yang gue suka adalah covernya.
2 comments:
iya covernya lucu fer =) kayanya setelah prada, emang banyak novel sejenis ya...
iya ya... dulu Bridget Jones sukses, juga banyak yang ikutan
Post a Comment