Tuesday, August 18, 2009

How the World Makes Love

How the World Makes Love... And What It Taught a Jilted Groom
(Petualangan Keliling Dunia Sang Pecundang Cinta)

Franz Wisner @ 2009
Berliani M. Nugrahani (Terj.)
Serambi, Cet. I – Juni 2009
495 Hal.

Karena gue ‘jatuh cinta’ sama buku Honeymoon with My Brother, gue pun menanti ‘sekuel’-nya dengan tidak sabar. Makanya, begitu buku kedua ini terbit, gue segera menamatkan beberapa buku di rumah, dan membaca buku ini.

Buku ini diawali dengan Franz Wisner yang masih ‘menjomblo’. Masih mencari-cari ‘karakter’ pasangan yang cocok dengan dirinya setelah berbagai peristiwa, perjalanan yang dilaluinya. Ternyata, Franz ‘ketagihan’ jalan-jalan. Ia pun mengajak Kurt, adiknya, untuk kembali ‘berbulan madu’. Tapi, kali ini, bukan hanya sekedar jalan-jalan, tapi mencari apa arti cinta, bagaimana bentuk cinta di berbagai penjuru dunia. Dengan warisan dari La Rue, nenek mereka, Franz dan Kurt kembali berkeliling dunia, berusaha menemukan cinta.

Mereka berkunjung ke Brasil, negara favorit Franz, yang katanya seksi itu. Lalu, ke India, di mana cinta ditentukan oleh perjodohan. Di mana kalo janda, perawan tua atau orang tua tunggal adalah hal yang sangat buruk, ada di halaman paling akhir di kolom kontak jodoh. Atau ke Mesir, yang eksotis, tempat perempuan jarang punya andil dalam menentukan pasangan hidup mereka. Gak ketinggalan juga ke Ceko dan Nikaragua.

Yang paling kocak menurut gue, waktu Franz di Afrika Selatan, tempat di mana, pemandu wisata dan para turis sering jatuh cinta. Gak perlu bertampang keren, yang penting macho dan pemberani.

Di sela-sela perjalanannya keliling dunia, Franz menyempatkan diri untuk kembali ke Amerika. Ia sempat kencan beberapa wanita, tapi ternyata, satu yang menarik hatinya, yaitu si aktris-hippie bernama Tracy. Menjalin hubungan dengan Tracy adalah sebuah langkah baru yang cukup besar. Tracy, adalah tipe wanita yang mungkin berbeda dari kriteria Franz yang lama, selain itu, Tracy juga memiliki anak laki-laki berusia tiga tahun bernama Calvin. Tapi, ternyata ada rasa nyaman ketika Franz berada dekat Tracy.

Tracy-lah yang menjadikan perjalan ke Selandia Baru menjadi perjalanan yang paling romantis, tempat Franz menyadari akan cinta sejatinya.

Tulisan di buku kedua ini lebih ‘bervariasi’. Sekilah sempat ada kesinisan Franz tentang cinta – yah, mengingat dia pernah ditinggalin tunangannya hanya beberapa hari menjelang pernikahan mereka. Tapi, makin lama, makin ke belakang, tulisannya jadi kocak, apalagi membaca berbagai percakapan-percakapan Franz dengan penduduk setempat di negara-negara yang ia datangi. Hmmm… sayang, Indonesia gak masuk daftar kunjungannya kali ini.

Kurt, jarang diikutsertakan dalam buku ini, hanya di beberapa perjalanan, Kurt tampil sekilas. Untuk menjawab pertanyaan pembaca, Kurt pun menulis di beberapa lembar terakhir buku ini.

Di akhir buku ini juga ditulis beberapa definisi ‘cinta’ yang Franz dapatkan dari perjalanannya. Cinta itu ternyata gak rumit koq… Gue jadi berpikir, buku ini pasti lebih keren kalo ada foto-fotonya...

1 comments:

~PakKaramu~ said...

Salam ramadan al mubarak

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang