Friday, September 14, 2012

Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa



Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa
Prisca Primasari @ 2012
Gagas Media – Cet. I, 2012
292 hal
(Gramedia Plasa Semanggi)

Florence melarikan diri dari rumah gara-gara gak mau dipertemukan dengan lelaki yang akan dikenalkan dengan dirinya itu. Yah, kata orang tuanya sih hanya perkenalan, tapi bukan gak mungkin mengarah ke yang namanya perjodohan.

Di Stasiun SaintLazare, Paris, Florence menemukan seorang pria yang dengan baiknya memberikan tas baru yang masih dalam bungkus untuk Florence. Yup, lagi lari-lari heboh, tas Florence putus. Nama pria itu adalah Vinter Vernalae. Pria dengan wajah muram dan tangan penuh bekas guratan.

Sebagai gantinya, Florence mau diajak Vinter ke rumah temannya bernama Zima di Honfleur. Florence harus tampil dalam sebuah pentas mini di rumah Zima. Zima ini juga pria yang gak kalah aneh. Punya nama sesuai dengan musim, seperti Four Seasons-nya Vivaldi. Zima juga adalah orang yang sulit untuk puas akan sesuatu. Karena penyakit yang dideritanya, ia tak bisa lagi menikmati pertunjukan seni di luar. Maka itu, ia selalu mengundang seniman ke rumahnya. Tapi, kalau mereka tampil jelek, mereka tidak akan dibayar.

Yah, singkat kata, sih, mungkin ketebak ya, gimana jalan cerita antara Vinter dan Florence… hehehe..

Florence dan Vinter sama-sama suka karya klasik. Florence ini gadis serba bisa, baca puisi oke, ngelukis jago apalagi main piano. Sedangnya keahlian Vinter lebih unik lagi, yaitu pemahat es. Sesuai banget sama nama dan karakternya yang dingin.

Tapi, kalo dipikir-pikir, koq kesannya Florence ini lugu banget ya? Mau aja gitu diajak-ajak sama orang yang baru dikenal dan ke tempat orang yang belum dikenal pula. Padahal, dia punya pengalaman buruk sama laki-laki.

Dan, buat gue karakter yang mencuri perhatian adalah Zima. Si pria pemarah dan aneh, tapi sebenarnya dia baik hati. Seorang pecinta seni, makanya dia marah banget kalo ada yang tampil asal-asalan. Di rumahnya, dia punya panggung mini, lengkap dengan kostum dan properti lainnya.

Tapi, apa juga coba yang membuat gue akhirnya tertarik untuk beli dan baca novel ini? Pertama, tentu saja cover-nya yang cantik itu, membuat jiwa romantis gue muncul.. hehehe.. Kedua, gue pernah membaca buku karya Prisca Primasari yang berjudul Éclair dan gue suka karena tokohnya yang gak biasa. Tokohnya bukan orang Indonesia dan settingnya waktu itu di Rusia. Kali ini setting-nya di Perancis. Dan kalo aja gue gak liat tanggal yang ada di awal bab, gue bakal mengira waktunya ada di abad 19. Soalnya, meskipun di Perancis, bukan mengambil Paris sebagai kota utama. Jadi gak berasa modern-nya.

Inilah yang membuat gue suka sama buku cantik ini.

3 comments:

Astrid said...

covernya baguuuuuusssss...tapi agak janggal juga ya baca buku lokal dengan setting di luar, hmm hmmm...mungkin itu yang malah bikin unik?

Maya Floria Yasmin said...

mmm... aku pernah baca satu kali bukunya prisca primasari yang judulnya will & julliet, settingnya di Amrik.. kayaknya dia suka ngambil setting di luar negeri yah.. hehe

ferina said...

@Astrid: makanya gue beli... suka sama cover-nya dulu, baru isi ceritanya :D

@Maya: mungkin juga ya.. bisa jadi ini ciri khas dia

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang