Tuesday, July 12, 2011

Weedflower

Weedflower (Bunga Liar)
Cynthia Kadohata @ 2005
Lanny Murtihardjana (Terj.)
GPU – Oktober 2008
272 hal.

Menjadi orang asing di suatu tempat tidaklah mudah. Apalagi berada di negara yang sedang berkonflik dengan negara asalnya. Sumiko, si gadis Jepang, selalu merasa tersisih di Amerika. Kala itu, Jepang dan Amerika berada di pihaknya yang berseberangan dalam Perang Dunia II. Di sekolah, ia tidak punya teman. Kegembiraan karena pertama kali menerima undangan ulang tahun dari teman sekelasnya yang orang Amerika, harus berakhir dengan rasa kecewa dan marah karena ia hanya ‘diperkenankan’ masuk sampai ruang tamu dan diusir secara halus oleh nyonya rumah.

Sumiko tinggal bersama dengan keluarga Pamannya, mengelola kebun bunga potong. Orang tua Sumiko meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sumiko punya adik bernama Tak-Tak. Kakek Sumiko lah yang datang ke Amerika untuk mengadu nasib. Semuanya tampak baik-baik saja – di luar dipandang aneh oleh hakujin atau orang kulit putih. Sampai kemudian, Jepang menjatuhkan bom di Pearl Harbor, menimbulkan kemarahan dan kecurigaan dari warga Amerika.

Setiap saat, ada ketakutan bahwa mereka akan ditangkap. Dan memang benar, pada akhirnya, kakek dan paman Sumiko ditahan. Sementara keluarga yang tersisa harus meninggalkan rumah mereka dan pindah ke kamp pengungsian.

Beruntung di kamp pengungsian, mereka tidak disiksa atau melakukan kerja paksa. Mereka hidup seperti biasa, hanya tempatnya yang kurang nyaman. Tempat penampungan terakhir ini berbatasan dengan daerah reservasi suku Indian. Seorang anak yang ditemui Sumiko jelas-jelas menunjukkan sikap bermusuhan pada awalnya. Karena dianggap warga Jepang itu mengambil lahan mereka, tapi malah mendapat fasilitas yang lebih nyaman. Sumiko sendiri juga berusaha membuat dirinya senyaman mungkin di tempat penampungan, seperti membuka lahan untuk menanam bunga, bermain dengan adiknya dan beberapa teman baru, bahkan akhirnya menjalin persahabatan dengan anak suku Indian.

Pada akhirnya, Sumiko terombang-ambing, antara ingin tetap penetap di tempat penampungan itu atau keluar dari sana dan memulia hidup baru. Masalahnya tak ada jaminan apakah di luar sana akan lebih baik daripada di tempat penampungan. Sementara peperangan masih terus berlanjut.

Gue membaca beberapa buku yang berlatar belakang perang dunia, tapi biasanya selalu membuat gue ngeri. Kebanyakan sih tentang kamp pengungsian Jerman yang mengerikan di mana para tahanan berakhir di kamar gas. Tapi ini berbeda, entah karena dilihat dari sudut pandang anak-anak, semua tampak ‘baik-baik’ saja meskipun ada kesedihan.

4 comments:

Aleetha said...

Aku punya buku ini. Tapi blom ku baca. huhu. Ternyta settingnya perang dunia gitu toh.Semoga bisa masuk bacaan Juli

ferina said...

@aleetha: hehehe.. aku aja sebenernya udah lama banget punya buku ini. tapi.. baru dibaca sekarang :D

Sinta Nisfuanna said...

udah sering liat buku ini di gramed, tapi belum tergerak karena ngeliat covernya yang melankolis... ternyata ceritanya lumayan juga

ferina said...

@penikmat buku: cover-nya memang gak terlalu ok. tapi ceritanya bagus koq.
meskipun tokohnya remaja, tapi buku ini dikategorikan sebagai 'novel dewasa'.
sama seperti The Boy in the Striped Pajamas

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang