Friday, May 18, 2007

Tiga Sekawan Wright (The Wright 3)

Tiga Sekawan Wright (The Wright 3)
Blue Balliet
Brett Helquist (Ilustrasi)
Edrijani (Terj.)
Qanita, Cet. I – Maret 2007
356 Hal.

Sebuah rumah bersejarah terancam akan dihancurkan. Robie House nama rumah itu. Dibangun oleh Frank Llyod Wright. Dewan Kota berecana akan merubuhkan rumah itu, karena sudah tidak ada dana lagi untuk merawat, apalagi merenovasi rumah itu. Padahal Robie House merupakan sebuah karya seni yang hebat, yang menyimpan banyak simbol misterius.

Miss Hussey, guru Petra, Calder dan Tommy, adalah salah satu yang tidak mendukung perubuhan rumah itu. Ia mengorganisir sebuah demonstrasi yang pesertanya adalah murid-murid kelasnya untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka atas rencana itu.

Petra dan Calder, beserta Tommy Segovia – kawan lama Calder, berusaha menyelidiki misteri di balik Robie House. Tommy, yang sempat cemburu dengan kedekatan Calder dengan Petra, menemukan sebuah ikan batu giok ketika sedang menggali di halaman Robie House. Ikan batu giok itu diduga memiliki nilai tinggi yang jika dijual bisa membantu renovasi dan perawatan Robie House.

Tapi, rupanya ada yang tidak setuju dengan rencana mereka. Robie House yang dikabarkan kosong itu, ternyata sering terlihat ada orang yang mondar-mandir di dalamnya, dan mengintip dari balik jendela. Apakah rumah itu berhantu? Atau itu hanya perbuatan orang-orang yang ingin menghambat usaha mereka?

Yang pasti akibat terlibat dalam kasus ini, Tommy pun akhirnya mau menerima Petra sebagai temannya dan menamakan kelompok mereka sebagai The Wright 3 atau Tiga Sekawan Wright.

Satu yang menarik dari buku ini, adalah sebuah simbol yang digunakan Petra untuk menulis di dalam buku catatannya agar temuan mereka tidak bisa dimengerti orang lain. Simbol ini menggunakan deret Fibonacci yang memang ternyata membingungkan. Selain itu, Calder masih tetap setiap bermain-main dengan Pentomino-nya. Tiga Sekawan Wright sendiri punya kode rahasia yang hanya dimengerti oleh mereka bertiga.

(Fiuhhhh… akhirnya selesai juga baca buku ini. Sempat membosankan… karena mungkin gue belum ‘akrab’ dengan tokoh-tokohnya. Atau emang ceritanya yang lambat ya?)

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang