Tuesday, April 28, 2015

Secret Daughter


Secret Daughter

William Morrow – 2010
346 pages

Dahanu, India
Seorang perempuan bernama Kavita, berjuang menghadapi persalinannya. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi, bayi perempuan yang akan segera lahir itu harus segera ‘disingkirkan’. Bayi ini adalah anak kedua Kavita dan Jasu, tapi lagi-lagi perempuan. Jasu bersikap masa bodoh, dan tak peduli apa yang akan dilakukan Kavita terhadap bayi tersebut.

3 hari setelah dilahirkan, Ashu – bayi perempuan itu, diserahkan ke panti asuhan di Mumbai.

Setahun kemudian, Kavita mengandung lagi, kali ini laki-laki dan disambut dengan suka cita oleh Jasu dan keluarganya. Perlakukan mereka terhadap Kavita sangat berbeda dibanding ketika Kavita mengandung anak perempuan.

Amerika
Sementara itu, Somer dan Khrisnan, pasangan dokter ini, menghadapi masalah. Lagi-lagi, Somer keguguran dan divonis tidak akan bisa mengandung lagi karena mengalami ‘menopause dini’.

DI tengah keputusasaan, Khrisnan menawarkan alternatif untuk mengadopsi anak dari India. Dengan birokrasi yang berbelit-belit, akhirnya, seorang anak perempuan resmi diadopsi oleh Somer dan Khrisnan.

Masalah budaya, adat istiadat, kepercayaan dan social menjadi isu di dalam buku ini. Pertama, bahwa anak laki-laki dinilai lebih ‘berharga’ dibanding anak perempuan. Anak laki-laki diharapkan menjadi tulang punggung dan kebanggaan keluarga, yang akan membawa keluarganya ke arah yang lebih baik. Sementara, anak perempuan dianggap bawa ‘sial’ – yang nantinya akan nyusahin, terutama saat akan menikah. Dalam budaya India, pihak calon mempelai perempuanlah yang harus membayar mahar. Dan semakin tua umur perempuan, semakin sulit mendapatkan calon menantu yang layak. Maka itu, banyak jabang bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup, dibuang atau diserahkan ke panti asuhan.

Dalam hal Somer, sebagai perempuan Amerika, tentu saja sulit untuk menerima atau menyerap budaya India. Terkadang ia merasa ada jarak antara dirinya dan Asha, yang otomatis lebih mirip dengan Khrisnan yang memang berasal dari India.

Tapi gue salut dengan keluarga Khrisnan, yang meskipun orang India yang sangat menghargai tradisi dan budaya, bisa menerima Somer dan tak membahas masalah infertilitas Somer.

Yang membuat gue agak terganggu, adalah terlalu banyak cerita dari berbagai sudut pandang – ada Kavita, Asha, Somer, Khrisnan, Jasu. Gue mungkin masih bisa lebih menikmati kalau yang bercerita adalah Kavita, Somer dan Asha. Biar lebih fokus dan ‘terasa’ dramanya.


Submitted for:

Lucky No. 15 Reading Challenge – kategori: It’s Been There Forever
New Author Reading Challenge 2015
Project Baca Buku Cetak 2015


 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang