Thursday, October 31, 2013

Bunheads



 
Bunheads
Sophie Flack @ 2011
Poppy – October 2012
300 hal
(Books & Beyond – Cibubur Junction)

Banyak yang tanya, apakah novel ini sama dengan serial tv Bunheads yang tayang di Star World? Jawabannya, adalah gak. Sama-sama bercerita tentang dunia balet, tapi film tersebut bukan berdasarkan novel ini.

Ini bercerita tentang Hannah Ward, seorang ballerina di Manhattan Ballet Company. Adalah impian masa kecilnya untuk menjadi ballerina. Sejak kecil ia sudah ikut kursus balet di Boston, sebelum akhirnya di usia 14 tahun ia pindah ke New York dan masuk ke Manhattan Ballet Company. Bayangkan di usianya yang begitu belia, Hannah sudah harus berpisah dengan kedua orang tuanya. Tapi, ketika itu, hal tersebut tak jadi masalah. Bagi Hannah, ia sudah selangkah lebih maju dalam mewujudkan impiannya.

Tiada hari diisi tanpa latihan keras, belum lagi olahraga tambahan demi menjaga berat badan agar tetap ideal untuk ukuran ballerina. Meskipun berteman dekat, di antara para ballerina ada persaingan yang ketat.

Ketika mimpi masa kecil terwujud, tapi ternyata penuh pengorbanan yang nyaris gak sepadan, haruskah kita tetap bertahan atau malah kembali ke realita yang lebih normal? Mimpi Hannah memang menjadi seorang ballerina, tapi itu harus dibayarnya dengan kehilangan kehidupan dalam pergaulan, ia nyaris gak punya teman selain teman-temannya di Manhattan Ballet Company. Ketika teman-teman seusianya sibuk bergaul sana-sini, sekolah, Hannah harus bekerja keras, agar bisa ‘terlihat’ oleh para pelatih dan mendapatkan promosi sebagai soloist.

Dunia yang Hannah kenal hanyalah ‘ballet’ dan untuk itu ia harus menjaga dirinya sendiri agar tetap disiplin. Namun, ketika berkenalan dengan Jacob dan menjalin hubungan yang lebih dekat, Jacob membuka mata Hannah akan adanya sebuah dunia lain di luar ballet. Dan, membuat Hannah bertanya-tanya, apa yang selama ini ia lakukan hingga ia malah terkadang seolah menyiksa dirinya sendiri. Hannah merasa ini saatnya ia membuat sebuah pilihan – bertahan di Manhattan Ballet Company, atau keluar dan melakukan hal-hal lain yang baru dan lebih membuatnya tenang?
 
via Pinterest

Gue ‘lega’, karena novel ini tidak berpusat pada kehidupan percintaan Hannah dan Jacob, tapi lebih ke kehidupan Hannah sebagai ballerina. Jacob memang gak terlalu banyak tampil di dalam buku ini, tapi peranannya cukup besar dalam membawa perubahan dalam kehidupan Hannah.

 Penampilan para ballerina yang lemah lembut dan gemulai, ternyata ketika layar sudah diturunkan begitu keras. Persaingan yang ketat di antara para teman sesama ballerina, menjaga tubuh agar tetap ‘rata’ dan kurus, latihan keras sampai berdarah-darah. Dengan pola makan yang nyaris ‘gak normal – makannya hanya snack bar, sayur-sayuran, minum diet coke, nyari gak menyentuh karbohidrat - metabolisme para ballerina rada terhambat. Hannah sendiri baru mendapatkan menstruasi pertamanya di usia 18 tahun, dan begitu payudaranya mulai muncul seiring dengan masa pubertas, salah seorang pelatih malah memperingati Hannah untuk memesan ‘undergarment’, agar tidak menggangu bentuk tubuh secara keseluruhan yang nantinya akan mempengaruhi gerak.

Dan buat gue, gambaran tentang apa yang ada di balik layar seorang ballerina tampak begitu ‘nyata’. Istilah-istilah gerakan ballet yang gak gue mengerti, kegiatan di ruang latihan, penata rias dan busana – gue membayangkan seorang ballerina yang bertubuh kurus – nyaris seperti papan, kehebohan di belakang panggung menjelang latihan, harap-harap cemas melihat papan pengumuman – apakah namanya akan mendapatkan peran penting.

Ini adalah buku pertama Sophie Flack, yang dulunya juga seorang ballerina. Ia pernah belajar ballet di Boston Ballet School. Makanya, seluk-beluk dunia ballet bisa digambarkan denganbegitu baik.

Wednesday, October 30, 2013

The Unlikely Pilgrimage of Harold Fry





The Unlikely Pilgrimage of Harold Fry
Rachel Joyce @ 2012
Black Swan - 2013
383 hal
(Times Travel – Terminal 2 Changi Airport, Singapore)

Harold Fry, seorang pria berusia 60 tahun, menikmati masa-masa pensiun di rumah yang sudah ia tempati bersama istrinya, Maureen, sejak ia menikah di Kingsbridge. Kehidupan yang tenang, terlihat dari luar tampak harmonis. Meskipun tidak demikian dengan kondisi yang dialami oleh pasangan senja ini. Mereka sudah tidur berpisah kamar sejak lama, pembicaraan di antara mereka terkesan basa-basi, seperti hanya sebuah kebiasaan dan tanpa emosi.

Sepucuk kartu pos yang datang di pagi hari dari mantan rekan kerja Harold bernama Queenie Hennessy. Isi yang singkat, mengabarkan bahwa Queenie sedang sekarat tapi membuat Harold terkejut. Yah, mengingat mereka sudah lama tidak saling bertukar kabar. Ia pun memutuskan untuk segera mengirimkan kartu pos balasan. Di hari yang sama ia pergi ke menuju kotak surat terdekat. Tapi, dalam perjalanannya, tiba-tiba ia memutuskan untuk pergi menemui Queenie di Berwick dengan berjalan kaki. Ada sesuatu yang harus Harold sampaikan secara langsung kepada Queenie. Tanpa persiapan apa pun, hanya dengan pakaian yang melekat di badan, membawa uang yang secukupnya, tak membawa telepon seluler, peta atau pun perlengkapan lainnya.

Harold mengabarkan Maureen tentang rencananya ini. Tapi, yah, mendapat sambutan yang dingin, meskipun dalam hati, Maureen juga terkejut. Perjalanan yang harus ditempuh Harold sangat jauh. Pada awalnya, ketika uang masih cukup, ia akan menginap di penginapan yang ia temui, makan secukupnya. Tapi lama-lama, Harold memilih untuk tidur dalam kantong tidur di alam terbuka, makan dari apa yang ia temui di sekitarnya. Badan lelah, kaki lecet dan terluka.  

Perjalanan ini membawa banyak perubahan pada Harold dan Maureen. Di usia yang senja, menempuh perjalanan dengan berjalan kaki ke sebuah kota yang letaknya di perbatasan antara Inggris dan Skotlandia. Harold dan Maureen sama-sama banyak merenung tentang hubungan mereka, tentang apa yang terjadi dalam kehidupan pernikahan mereka, tentang anak mereka, David. Harold juga bilang, dengan berjalan kaki, ia bisa melihat sekitarnya, yang mungkin terlewati jika kita berjalan terburu-buru atau dengan kendaraan.

Harold adalah tipe orang yang gak tegaan dan sangat sopan. Ia akan menjawab apa pun pertanyaan orang, memenuhi permintaan orang lain, dan ia gak suka jadi pusat perhatian. Masa lalunya yang membentuk pribadi Harold menjadi seperti ini. Dalam perjalanan, Harold bertemu dengan banyak orang yang simpati dan banyak menawarkan bantuan untuk Harold. Tapi, ada juga orang-orang yang ingin menemani Harold tapi malah membuat ‘rusuh’ Ia senang mendapatkan teman seperjalanan, tapi pada akhirnya justru kesendirian yang membuat ia tenang. Publikasi besar-besaran malah dinikmati oleh orang lain.

Tokoh Harold Fry, adalah tokoh yang mampu membuat pembaca simpati. He was such a sweet old man. Dia gak mau mengecewakan orang, membuat orang gak enak, dan sepertinya nih, bakalan manis banget kalau sama perempuan. Liat aja, di perjalanan, ia sempat membeli berbagai souvenir untuk Queenie dan Maureen. Padahal kalo dipikir-pikir, udah deh, waktu ada tawaran buat naik mobil atau kendaraan lain biar cepat sampai, kenapa juga gak diterima. Gak perlu nyusah-nyusahin diri sendiri. Tapi, bukan itu yang dicari sama Harold, perjalanannya seolah jadi perjalanan rohani yang memberi inspirasi pada banyak orang. Banyak yang mengira bahwa Harold dan Queenie mempunya hubungan romantis, hingga Harold keukeuh melakukan perjalanan panjang itu.

Buku ini sederhana, tapi kaya’nya ada sesuatu yang bikin hati rasanya adem dan hangat pas bacanya (aih… apa sih ini kalimat gue?) Tentang seseorang yang begitu ngebela-belain jalan kaki… jauh… demi kalimat yang simple, tapi bakal bikin hidupnya damai setelah misinya tuntas. Ada banyak yang bisa dipelajari dari sosok Harold Fry ini, tentang sabar – ini udah pasti, karena kalo gak sabar, gak bakalan deh, perjalanan dari ujung ke ujung itu selesai, dan gak akan ia memilih jalan kaki kalau gak sabaran. Tentang mema’afkan dan berdamai dengan masa lalu. Tentang cinta dalam pernikahan yang senantiasa harus dijaga. Lalu, seperti yang Harold bilang, terkadang karena terlalu sibuk, banyak hal-hal kecil di sekitar kita yang terlewati.

Selain itu, gue suka dengan ilustrasi sederhana yang mengawali setiap bab.  

Tau gak sih, tadinya ya, waktu baca sinopsis di cover  belakang, gue bikin ini bakal jadi novel science fiction atau fantasi atau yang rada absurd, soalnya ditulis, “When Harold Fry leaves home one morning to post a letter, with his wife hovering upstairs, he has no idea that he is about to walk from one end of the country to the other.” Hihihi… kurang ‘nyimak’ ini judulnya. Tapi, gue menutup buku ini dengan puas. Maklum, kalo baca buku yang masuk ke dalam nominasi award apa gitu, suka ‘parno’ duluan, takut kalo bukunya bikin ngantuk dan berakhir aneh. Hehehe.. 

The Unlikely Pilgrimage of Harold Fry menjadi salah satu buku yang masuk nominasi Man Booker Prize 2012, dan ini adalah  novel pertama Rachel Joyce.

Tuesday, October 29, 2013

Frankie vs Bajak Laut Perompak




Frankie’s Magic Football #1: Frankie vs The Pirate Pillagers
(Frankie vs Bajak Laut Perompak)
Nina Andiana (Terj.)
GPU, Oktober 2013
80 hal.
Untuk usia 6 tahun ke atas
(via @HobbyBuku)

Frank Lampard - seorang pemain bola asal Inggris, yang tergabung dalam klub Chelsea (yah.. ini sih sumber yang gue dapat dari om Wiki, berhubung gue gak terlalu ‘akrab’ dengan dunia persepakbolaan).

Dan ternyata, selain jago bermain bola, Frank Lampard juga menulis buku untuk anak-anak, sebuah seri berjudul Frankie’s Magic Football. Buku ini sudah ada 3 seri, dan semoga terus ada lanjutannya sih. Seri pertama, Frankie vs The Pirate Pillagers sudah diterjemahkan oleh Gramedia Pustaka Utama.

“The idea for Frankie’s Magic Football came from reading bedtime stories to my daughters. Adventure stories are their favorite and I wanted to combine my love for football with something that I could read to them, that they would love too.

Frankie’s Magic Football reminds me of the stories that I used to like to read. Frankie’s friends also remind me of the mates that I used to kick a football about with when I was young, as well as some of the players I’ve met during my career.”


Tokoh utama, anak kecil bernama Frankie, tentu saja jagoan main bola. Teman-temannya adalah Charlie, si penjaga gawang, ke mana-mana selalu memakai sarung tangan kiper, Louise dan Max, anjing Frankie.

Suatu hari, di pasar malam, Frankie mengadu keberuntungan memasukkan bola ke dalam ember, dan tentu saja Frankie berhasil. Hadiahnya adalah sebuah bola sepak tua. Meskipun agak aneh, tapi Frankie tenang-tenang aja.

Petualangan dimulai, ketika mereka sedang bermain bola itu di taman dengan gawang berbentuk sebuah kapal bajak laut, bola itu tidak sengaja masuk ke dalam lubang, dan ketika Frankie dan teman-temannya ingin mengambil bola tersebut, mereka malah tersedot ke dalam sebuah terowongan panjang, dan muncul di kapal bajak laut itu. Para bajak laut perompak, Kapten Cropper, pemilik The Jolly Striker, Rolf dan Scarlett, mengira mereka ingin mencuri harta karun.

Agar bisa lepas dari kapal bajak laut itu, Frankie, Charlie, Louise dan Max, harus menjadi sebuah tim sepak bola, mengatur strategi agar bisa mengalahkan tim The Jolly Striker. Kalau mereka kalah, wah, mereka bakalan terdampar di sebuah pulau terpencil.

Menarik membaca sebuah tulisan dari seseorang yang profesi utamanya bukan penulis, tapi ia berbagi tentang dunia yang ia kenal kepada anak-anak, agar anak-anak jadi tertarik.  Cerita tentang persahabatan dan kerja sama. Font-nya yang besar-besar pas untuk anak-anak. Dan pas banget juga buat Mika yang suka bola – meskipun sempet protes karena isinya (nyaris) tulisan semua hehehe… 

Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam event Fun Year With Children’s Literature yang dihost oleh B’zee

 

Monday, October 28, 2013

The Wonderful Story of Henry Sugar and Six More



The Wonderful Story of Henry Sugar and Six More
Roald Dahl @ 1977
Puffin - 2011
213 hal.

Selama ini, gue hanya tau Roald Dahl itu nulis buku anak-anak, seperti Mathilda, Charlie & The Chocolate Factory, The Twits, BFG dan lain-lain (yah, karena ini yang baru ada terjemahannya). Tapi, ternyata, buku Roald Dahl itu banyak banget, dan ini gue tau setelah ikutan quiz di @HobbyBuku. Salah satunya adalah buku The Wonderful Story of Henry Sugar – yang merupakan kumpulan tulisan, fiksi dan non-fiksi. Thank you, Dewi, yang udah  mau dititipin buku ini.

Seperti halnya cerita-cerita Roald Dahl yang lain, pastilah terselip sebuah kisah yang ‘ajaib’. Meskipun ternyata, buku ini masih lebih ‘normal’ dibandingkan buku untuk anak-anak yang udah gue baca. Keajaiban dan segala hal yang absurd dalam buku ini masih lebih diterima.

Di dalam buku ini, beberapa cerita Roald Dahl ‘menekankan’ biar gak jadi orang yang serakah, misalnya di dalam cerita The Boy Who Talked with Animals, The Mildenhall Treasure dan The Wonderful Story of Henry Sugar.

Roald Dahl juga bercerita tentang ‘bullying’ di The Swan. Ini bener-bener bikin gue gemes. Kacau banget, dan kasus seperti ini banyak terjadi di masa-masa sekarang.

Yang menarik adalah tulisan Lucky Break- di sini Roald Dahl bercerita awal mulanya beliau menjadi seorang penulis. Ini mirip-mirip memoar singkat. Dan, ada tips-tips untuk yang mau jadi penulis. Kata Roald Dahl, tulis aja sedikit apa yang ada di kepala kamu, gak harus jadi satu cerita penuh, yang sedikit itu bakalan berguna suatu hari nanti.

Dan seandainya, Roald Dahl tidak bertemu dengan C.S Forester, mungkin A Piece of Cake – karya perdana Roald Dahl ini tidak akan pernah diterbitkan, dan kita gak akan pernah mengenal karya-karya Roald Dahl yang lain.

Well, as always, gue gak begitu bisa nulis ‘review’ kalo dari kumpulan cerpen or kumpulan tulisan. Tokoh-tokoh dalam buku ini semua tampak ‘normal’, gak ada yang ajaib macam pasangan The Twist, gak ada tokoh-tokoh yang jahatnya keterlaluan seperti Mrs. Trunchbull. Kalo mau dibilang rada ‘nyentrik’, adalah Henry Sugar, yang dengan kemampuannya ‘melihat tanpa melihat’ itu, mencoba menjadi seorang Robin Hood.

Tapi ya, gue agak bingung nih, mau masukin buku ini ke kategori anak-anak atau dewasa ya? Pesan moralnya sih oke buat anak-anak, tapi untuk cerita, rasanya masih terlalu berat. Bahkan, sejujurnya, ada bagian-bagian, di mana gue merasa bosan dengan cerita yang rada berputar-putar.

Dan… di dalam edisi ini, aku ‘kehilangan’ ilustrasinya Quentin Blake yang buat gue udah jadi salah satu ciri khas di buku-bukunya Roald Dahl.

Friday, October 25, 2013

Sapphire Battersea




Sapphire Battersea
Nick Sharratt (ilustrasi)
Debby Deasy Natalia (Terj.)
GPU – Oktober 2012
464 Hal
Untuk usia 11 tahun ke atas

Hetty Feather sudah memasuki usia 14 tahun, sudah saatnya ia meninggalkan Foundling Hospital dan bekerja sebagai pelayan. Hetty Feather pada akhirnya bertemu dengan ibunya, Ida Battersea yang selama ini ternyata bekerja sebagai pelayan di Foundling Hospital, dan nama asli Hetty adalah Sapphire Battersea. Dan ini adalah sebuah rahasia kecil di antara mereka. Meskipun pada akhirnya bocor, dan Ida harus keluar dari Foundling Hospital.

Hetty bercita-cita ingin menerbitkan memoarnya, agar ia bisa mengumpulkan uang untuk bisa hidup bersama ibunya. Tapi sayang, Miss Smith menganggap memoar Hetty terlalu berlebihan dan tak layak untuk diterbitkan. Tapi Hetty tak patah semangat. Biar pun banyak yang mencela, ketika ia ingin dipanggil dengan nama Sapphire Battersea.

Hetty akhirnya bekerja di rumah seorang penulis bernama Mr. Buchanan. Hetty pun berniat mendekati Mr. Buchanan demi melancarkan jalan untuk menerbitkan memoarnya. Tapi sayangnya, justru Hetty lagi-lagi kecewa dengan sikap Mr. Buchanan dan Hetty pun memilih pergi dari rumah itu dan berkelana sendiri. Sikap yang berani untuk anak seusia itu.

Sikap Hetty yang polos, punya kemauan dan baik hati, memudahkan ia untuk mendapatkan teman baru yang mau membantunya, sebuah keluarga yang baik hati, menampung Hetty di tempat liburan mereka, tapi tentu saja ketika liburan selesai, mereka pun harus berpisah. Hetty mencari pekerjaan agar bisa mendapatkan uang dan tempat tinggal,

Ada saat-saat di mana gue berasa kesel gitu dengan Hetty, kadang terlalu lebay dan keras kepala, plus suka berkhayal. Lagi-lagi, gue ingat sama Anne of Green Gables.. Tapi gue salut dengan semangat juangnya.

Layaknya ABG, Hetty dengan rambut merahnya menarik perhatian Bertie, si asisten tukang daging, bahkan juga berangan-angan untuk kembali bersama dengan Jem.

Hetty juga tipe anak pemberani, ia tidak akan tinggal diam jika ada sesuatu yang salah atau ganjil. Ia berani melawan para Matron di Foundling Hospital, atau nekat keluar dari tempat kerjanya karena apa yang dilakukan Mr. Buchanan tidak sesuai dengan hati nuraninya dan yang paling akhir, ia berani bilang ke Madame Bernice karena sudah menipu orang-orang yang percaya ia bisa memanggil arwah.

Tapi, demi uang juga Hetty mau untuk melakukan sebuah pekerjaan yang menurut sebagian orang dianggap hina. Baju dari Mrs. Briskett sangat berguna menunjang penampilan Hetty sebagai Emerald Star.

Ughh… kasian gitu ngeliat Hetty yang merana, tapi untungnya Hetty tidak lantas berkeluh kesah, menangis dan meratap.

Kalau di buku pertama adalah tentang pencarian ibu kandungnya, maka di buku ketiga, Emerald Star, Hetty bertekad untuk menemukan ayah kandungnya.

Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam event Fun Year With Children’s Literature yang dihost oleh B’zee

 

A Dash of Magic




A Dash of Magic (The Bliss Bakery Trilogy #2)
Sujatrini Lisa (Terj.)
Penerbit Noura (Mizan Fantasi) – Cet. I, Agustus 2013
300 Hal.
Untuk usia 11 tahun ke atas
(via @HobbyBuku)

Rosemary Bliss, merasa sangat bersalah karena Bliss Cookery Booke jatuh ke tangan Bibi Lily Le Fay. Sejak saat itu, Calamity Falls berubah, menjadi suram, sendu dan tampa semangat. Rose bertekad untuk mendapatkan kembali buku masak tersebut. Dengan Booke, Bibi Lily yang ambisius semakin tidak terkendali. Ia memasarkan produk Bahan Sihir Lily, punya acara masak sendiri – 30 Menit Sihir Lily. Semua orang tergila-gila akan masakan Lily. Keluarga Bliss merasa ini tidak bisa dibiarkan, karena Lily akan menyalahgunakan Booke untuk kepentingannya sendiri.

Rose pun menantang Bibi Lily untuk berlaga di Gala des Gáteaux Grands – sebuah turnamen masak-memasak internasinal di Paris. Jika Bibi Lily kalah, maka ia harus menyerahkan Bliss Cookery Booke kembali ke tangan Rose.

Tapi, keluarga Bliss harus menciptakan masakan yang luar biasa untuk mengalahkan Bibi Lily dengan Bahan Sihir Lily-nya. Mereka pun pergi mengunjungi kakek buyut mereka, Balthazar Bliss yang memiliki salinan Bliss Cookery Booke tapi dalam bahasa Sassanian. Dan butuh waktu yang lama untuk menerjemahkan resep-resep dalam buku tersebut.

Bersama-sama mereka pergi ke Paris, mengumpulkan resep-resep yang mereka yakin bisa mengalahkan Bibi Lily. Tentu saja bahan-bahan yang dibutuhkan juga bukan sekedar tepung, gula, telur, tapi sejumput sihir yang akan membuat masakan tersebut jadi luar biasa. Mereka pun mencari Rahasia Senyum Monalisa, Bisikan Kekasih, Rona sang Ratu, Harapan Hantu, Hujan Murni dari Puncak Eiffel, bahkan demi mendapatkan Dentang Lonceng Notre Dame, Rose, Ty dan Sage Bliss harus berdansa dengan para gargoyle penjangan lonceng Notre Dame.

Nah, sanggupkah Rose yang dibantu Ty sebagai asistennya, mengalahkan Bibi Lily, yang dengan segala pesona dan sihirnya, tentu saja tidak akan mau menyerah begitu saja?

Di buku kedua ini, terasa lebih ‘ramai’ dengan tambahan beberapa tokoh, seperti Kakek Balthazar, Gus – si kucing dan Jacques, tikus Perancis yang membantu mereka selama di Paris. Ditambah lagi dengan kehebohan keluarga Bliss mencari bahan-bahan ajaib di sekeliling kota Paris. Tapi, yang kurang menurut gue adalah justru di bagian masak-memasaknya. Ketika Hari H kompetisi memasak, rasanya terlalu singkat diceritakan, ketegangan saat Rose memasak terlewat jadi biasa aja. Bahkan Lily pun jadi terkesan ‘biasa’ aja gitu. Yah, ini mungkin karena dia terlalu percaya diri, sementara Rose diliputi rasa gak percaya diri dan juga rasa bersalah. Selalu down sebelum bertanding. Sepertinya yang justru ditonjolkan di sini adalah kehebohan mencari bahan-bahan sihir yang mereka butuhkan.

Tapi emang sih, petulangan Rose, Ty, Sage dan Leigh,  bersama Gus dan Jacques mencari bahan-bahan ajaib itu yang memberi unsur ketegangan di dalam buku ini. Karena ini bukan bahan biasa, tentulah harus ada trik-trik tertentu dalam mendapatkannya. Meskipun kadang ngeselin dengan tingkah Ty yang selalu tebar-pesona. Yang lucu di sini juga adalah si Leigh yang baru berusia 4 tahun, yang tiba-tiba menjadi sosok yang dewasa gara-gara gak sengaja makan kue dengan Bahan Sihir Lily di dalamnya.

Meskipun rada kurang nendang di buku kedua ini, gue berharap petualangan di buku ketiga bakal lebih seru. Perebutan Bliss Cookery Booke masih belum selesai. Sihir si buku biru ini masih tetap menjanjikan. Buat gue ini adalah sebuah kisah fantasi yang berbeda, sederhana dan manis.

Posting ini dibuat untuk diikutsertakan dalam event Fun Year With Children’s Literature yang dihost oleh B’zee

 

Wednesday, October 16, 2013

Wishful Wednesday 50





Udah Rabu lagi ya? Gak berasa gara-gara kemarin libur, dan ooppss.. ternyata WW gue udah masuk yang ke 50. Semoga gue bisa tetap rajin ikutan WW ini deh… kapan lagi gue bisa masukin berbagai buku yang gue pengen, ini kan salah satu wahana kode-mengkode.

Buku yang satu ini pertama gue liat di blog-nya Annisa. Cover-nya lucu kan (teteppp.. unsur cover sangat berperan untuk masuk ke WW). Ini gara-gara baca The Unlikely Pilgrimage of Harold Fry, gue jadi tertarik dengan cerita yang tokohnya adalah orang berusia lanjut. Yang ternyata, kalau browsing di goodreads, banyak juga ya….

Tapi, hari ini, gue berbagi yang ini dulu deh:


It all starts on the one-hundredth birthday of Allan Karlsson. Sitting quietly in his room in an old people’s home, he is waiting for the party he-never-wanted-anyway to begin. The Mayor is going to be there. The press is going to be there. But, as it turns out, Allan is not… Slowly but surely Allan climbs out of his bedroom window, into the flowerbed (in his slippers) and makes his getaway. And so begins his picaresque and unlikely journey involving criminals, several murders, a suitcase full of cash, and incompetent police. As his escapades unfold, we learn something of Allan’s earlier life in which – remarkably – he helped to make the atom bomb, became friends with American presidents, Russian tyrants, and Chinese leaders, and was a participant behind the scenes in many key events of the twentieth century. Already a huge bestseller across Europe, The Hundred-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared is a fun and feel-good book for all ages.

Silahkan lihat rules di bawah ini untuk ikutan ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Monday, October 14, 2013

Crying 100 Times



Crying 100 Times (100Kai Naku Koto)
Nakamura Kou @ 2005
Khairun Nisak (Terj.)
Penerbit Haru – Cet. I, Juni 2013
256 Hal
(Gramedia Plasa Semanggi)

Hmmm.. gimana ya mau nulis review untuk buku ini. Ok, gini aja. Buku ini tentulah tentang cinta. Seorang pemuda bernama Fujii menjalin hubungan dengan gadis bernama Yoshimi. Yoshimi ini dalam imajinasi gue adalah gadis yang manis, pendiam. Dia pintar menggambar. Yoshimi lah yang meyakinkan Fujii untuk segera memperbaiki sepeda motor tuanya, agar Fujii bisa pulang ke kampung halamannya, menjenguk anjingnya yang sedang sakit keras. Anjing ini bernama Book – karena ia ditemukan di dekat perpustakaan. Book setia menemani Fujii belajar untuk masuk ke perguruan tinggi.

Saat sedang memperbaiki sepeda motor itulah, Fujii melamar Yoshimi. Wah, gue langsung terbayang adegan ini. Sementar Fujii dengan cueknya melamar Yoshimi, si Yoshimi yang sedang menunduk membersihkan sepeda motor, akan terdiam sejenak, seolah lagi ngelamu, sebelum menjawab lamaran Fujii. Setelah itu, mereka pun mengadakan ‘latihan’ berumah tangga. Yoshimi pindah ke apartemen Fujii.

Well… tampaknya kisah cinta ini akan berjalan dengan manis kan? Hmmm… gue jadi inget episode Masterchef US season 4 kemarin, waktu para kontestan diminta menyajikan makan malam untuk tamu undangan di pesta pernikahan, si Joe Bastianich bilang, “Gak semua pernikahan berakhir dengan manis kan? Ada kalanya si mempelai ditinggal oleh pasangannya di altar.” Hehehe.. emang rada kejam sih buat menggambarkan kisah dalam buku ini. Tapi, ya, maksud gue, gak semua kisah cinta berakhir dengan manis, berbunga-bunga, penuh senyum dan saling bergandengan tangan. Fujii yang tadinya merasa sebagai laki-laki yang paling bahagia, justru harus merasakan sebuah kehilangan.

Kalau katanya Fujii adalah laki-laki paling bahagia di dunia, dalam buku ini gak akan keliatan seperti itu. Gue malah membayangkan Fujii dan Yoshimi adalah dua orang yang baru saling kenal, sopan banget (yah, kalo gak mau dibilang kaku sih). Apa orang Jepang emang kaku-kaku ya? Harusnya Book bisa jadi tokoh yang menambah keceriaan dalam buku ini. Sayangnya, Book lebih sebagai tokoh pelengkap, meskipun ada benang merahnya juga sih kalau mau ditarik lebih jauh. Intinya tentang ikhlas kali ya… 

 Alur ceritanya lambat banget, malah cenderung datar. Tapi bersabarlah sedikit, maka pelan-pelan kita akan mengenal Fujii dan Yoshimi, dan mencoba merasakan rasa sedih dan tertekan yang dirasakan sama Fujii. Kalau ini ditulis sama orang Indonesia, pasti drama-nya lebih mengharu-biru, bikin hati teriris-iris, perih. Apa orang Indonesia yang suka mendramatisir segala sesuatu?

Tentang 'latihan' sebelum menikah digambarkan dengan halus oleh Nakamura Kou. Bahkan untuk 'kissing' pun mereka malu-malu. Bener-bener pasangan yang imut-imut. 

Gue suka dengan cover-ya yang pinky ini. Cocok dengan cerita yang manis, meski berakhir tragis. Tapi ya, bahkan di cover-nya pun terlihat sepi.

O ya, kalo diinget-inget, mungkin ini setipe dengan Nicholas Sparks, yang demen banget cerita tentang kisah cinta dengan pasangan yang salah satunya mengidap penyakit keras.

Thursday, October 10, 2013

Cat among the Pigeons





Cat among the Pigeons (Kucing di Tengah Burung Dara)
Agatha Christie @ 1959
Ny. Suwarni (Terj.)
GPU – Cet. VI, November 2002
360 hal
(Goody bag acara KuBuGil)

Ramat, sebuah kerajaan kecil di Timur Tengah, mengalami kudeta. Pangeran Ali tewas dalam kecelakaan pesawat bersama sahabatnya, Robert Rowilson. Dicurigai pesawat itu sudah disabotase. Pangeran Ali sendiri sudah mengetahui bahwa keadaan tidaklah aman, ada orang-orang yang mengincar nyawanya. Untuk itu, ia minta Bob untuk membawanya keluar dari Ramat dengan pesawat. Tapi, sebelumnya, ia menitipkan sekantung permata kepada Bob.

Sementara itu, Meadowbank, sebuah sekolah perempuan yang terkenal di Inggris, memulai tahun ajaran baru. Kepala sekolah, Bu Bulstrode, didampingi Bu Chadwick menyambut para murid yang didampingi orang tuanya. Murid-muridnya berasal dari kalangan keluarga kaya, bahkan seorang putri dari Ramat juga bersekolah di sini. Putri Shaista, sepupu dari Pangeran Ali. Tak hanya murid-murid yang baru, tapi juga ada guru baru, tukang kebun dan sekretaris Bu Bulstrode. Meadowbank juga sedang membanggakan Paviliun Olahraga mereka yang baru.

Tapi, siapa sangka justru dua pembunuhan terjadi di Paviliun Olahraga baru ini, dan kejadian juga menimpa guru olahraga yang baru bernama Bu Stringer. Yah, memang sih, beliau bukan guru yang disukai, baik di antara para murid maupun di antara rekan sesama guru.

Pihak kepolisian setempat disibukan dengan mencari motif di balik pembunuhan itu. Apalagi kemudian, setelah Bu Stringer, pembunuhan dengan korban dari pihak guru kembali terjadi. Orang tua murid mulai menjemput anak-anak mereka pulang.

Apakah pembunuhan ini berkaitan dengan keberadaan Putri Shaista – yang bilang ia takut diculik, yang secara tak langsung juga berkaitan dengan permata yang hilang yang dicari oleh banyak pihak?

Bagi yang menantikan Hercule Poirot, mungkin akan agak sedikit kecewa, karena Poirot baru muncul menjelang akhir cerita. Jadi sedikit deh aksi-aksinya Poirot. Meskipun ketika ia muncul, langsung bergerak cepat dengan berbagai pertanyaan yang cenderung bikin orang bingung. Berutung seorang murid bernama Julia Upjohn, anak dari seorang mantan spionase, menghubungi Hercule Poirot, jadi kasus pembunuhan ini bisa segera terungkap. Gue malah jadi berharap seandainya Adam, si tukang kebun itu dapat peran yang lebih dalam atau jadi ‘bintang’ dalam buku ini.

Satu lagi nih, tokoh yang membuat gue ‘kagum’, adalah sosok Nyonya Upjohn, yang jadi kunci di dalam cerita ini. Kenapa gue kagun, kaya’nya ibu satu ini adalah orang yang ‘nyentrik’. Mantan spionase, seneng banget cerita panjang lebar terus pergi ke Anatolia naik bis. Bikin ribet orang lain karena bingung gimana menghubunginya… maklum deh, belum ada telepon genggam di cerita ini.

Lagi-lagi, Agatha Christie memikat gue dengan alur cerita yang seru. Menebak-nebak siapa pembunuh – yang selalu dari tokoh yang tak terduga. Karakter guru dan tokoh-tokoh lain digambarkan dengan detail, mulai dari sifat baik dan buruk, sehingga siapa pun bisa jadi tersangka. Bahkan, ada konflik lain yang tak terduga juga muncul di dalam kisah kali ini.

Wednesday, October 09, 2013

Wishful Wednesday 49



Wah, asyik, Wishful Wednesday hari ini adalah edisi giveaway. Hmmm… kira-kira buku apa ya  yang lagi gue pengen ya? Baiklah, karena ini adalah edisi ulang tahun Yofel, jadi gue mau pilih buku untuk Mika juga deh.

Mika itu sukanya sama mobil – seneng sama Cars dan Hotwheels, atau bola. Dan untuk buku, Mika lagi suka sama seri GeronimoStilton, si tikus yang kerja jadi editor, sering terlibat berbagai petualangan, tapi aslinya penakut – takut sama nyaris hampir segala macem, takut naik pesawat, naik kapal laut, takut gelap dan lain-lain.

Yang bikin menyenangkan baca buku ini adalah gambar yang warna-warni, lalu berbagai font yang digunakan untuk menandai beberapa kata-kata. Dan, suka ada sejarah dari sebuah peristiwa di dunia – jadi ya, sedikit banyak ada pengetahuannya juga.

Selain seri Geronimo Stilton ada juga seri Thea Stilton (ini adik perempuannya Geronimo), seri Creepella von Cacklefur (salah satu teman Geronimo yang tinggal di kastil yang spooky), seri Cavemice (cerita Geronimo tapi setting jaman ‘batu’), dan juga seri Kingdom of Fantasy (ini seri untuk anak yang rada gedean, karena bukunya juga lebih tebal). Ada juga yang graphic novel-nya.

Seri Geronimo Stilton sendiri udah sampai nomor 55. Mika udah punya beberapa seri, termasuk yang Thea Stilton dan graphic novel-nya. Hihihi, niatnya sih mau ngumpulin satu per satu, gak harus berurutan, karena so far sih Mika belum bosen. Dan gue pun seneng bacanya. Bikin mata jadi segar ngeliat warna-warna cerah dan juga ceritanya lucu.

Ini nih yang masuk ke WW kali ini:


Rancid rat hairs, the cat pirates are coming to town! They're planning on stealing New Mouse City's Statue of Liberty and taking it back to Cat Island. They think it's completely made of gold! My friends and I are determined to protect our city's precious symbol. But can we stop these fearsome felines?

Kalau seadainya gue menang nih (semoga …), buku-buku Geronimo Stilton ada di Gramedia koq, atau di toko buku online seperti bookdepository atau opentrolley

Pesan sponsor: Kalau gak ada judul ini, boleh juga judul yang lain, lho..

Thank you, Astrid, untuk edisi giveaway-nya dan selamat ulang tahun untuk Yofel… hope you will have a wonderful journey in life and be a great boy for mommy and daddy … *kiss kiss*

Ikut ngerayain ulang tahun-nya Yofel yuk dengan berandai-andai di Wishful Wednesday tapi, liat rules-nya dulu ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Friday, October 04, 2013

What Happened to Goodbye




What Happened to Goodbye
Sarah Dessen @ 2011
Susan Meliana Husen (Terj.)
Elex Media Komputindo – 2013
474 hal
(via @Hobbybuku)

Tadinya McLean Sweet memiliki kehidupan yang ‘sempurna’. Ayah dan ibu yang harmonis. Mereka memiliki sebuah restoran, terkadang kala ayahnya sibuk dengan urusan restoran, ibunya akan mengajak Mclean ‘melarikan’ diri ke sebuah pantai, menginap di hotel murah dan bersenang-senang berdua. Nama Mclean diambil dari seorang pelatih dari sebuah klub basket yang sangat digilai-gilai ayahnya.

Tapi itu dulu… sebelum ibu Mclean bertemu dengan seorang pelatih basket bernama Peter Hamilton dan akhirnya memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan kehidupan yang sempurna itu. Mclean membuat pilihan untuk ikut bersama ayahnya. Berpindah-pindah tempat, mencari restoran lokal yang berpontensi untuk bisa lebih dikembangkan. Dan basket, olahraga yang dulu sangat ia cintai, seolah jadi sebuah hal yang harus ia hindari demi menjaga perasaan ayahnya dan melupakan masa lalu yang pahit.

Dan di tempat-tempat baru itu, Mclean memutuskan untuk ‘berganti identitas’ – entah itu jadi Beth, Liz, Eliza dengan kepribadian yang berbeda-beda. Sehingga ia bisa sedikit melupakan masa lalu dan menjadi seseorang yang berbeda.

Tapi, di tempat persinggahan mereka yang terakhir di Lakeview, Mclean bertemu dengan seorang pemuda yang genius, yang punya orang tua kaku, bernama Dave Wade. Di sini, Mclean akhirnya memutuskan untuk tetap menjadi ‘Mclean’. Di kota ini pula, Mclean bertemu teman-teman baru, yang terbuka menceritakan masa lalu dan kepahitan mereka. Meski ada ketakutan di dalam diri Mclean, kalau saat ia sudah mulai merasa nyaman, tau-tau tiba saatnya untuk kembali pergi.

Perceraian pastinya memberi dampak pada seorang anak – meskipun kalo kata orang tuanya, tidak ada masalah dengan si anak, tapi mereka berdua yang bermasalah. Dan cara seorang anak untuk mengatasi perubahan itu berbeda-beda. Di dalam kasus Mclean, ia memilih untuk berganti identitas. Gak berarti dia jadi seolah memiliki masalah kepribadian ganda, hanya saja ia gak mau orang lain tau masa lalunya, yang ujung-ujungnya bergosip karena masalah skandal itu. Maklum deh, Peter Hamilton itu termasuk orang yang terkenal.

Selain itu, masalah ibunya yang ingin kembali dekat dengan Mclean juga menganggu dia. Karena pada satu sisi, Mclean masih tetap menyalahkan ibunya atas apa yang terjadi dalam keluarga mereka. Dan Mclean seolah tak memberi kesempatan pada ibunya untuk memperbaiki hubungan mereka.

Yang gue suka dari buku-buku Sarah Dessen adalah tema seorang remaja dengan berbagai permasalah yang rumit, remaja yang sedang mencari jati diri dan terkadang dianggap ‘remeh’ oleh orang tua. Kadang sih, orang tua itu masih menganggap remaja sebagai anak kecil, sementara sebenarnya mereka sedang dalam proses menuju kedewasaan (uhuk…)

Ada bagian dalam buku ini yang terkesan datar. Konflik di restoran, hubungan Mclean dengan teman-teman barunya, bahkan, hubungan Mclean dengan Dave yang ‘dipajang’ di bagian belakang cover juga terkesan biasa-biasa aja. Tertutup dengan masalah pribadi Mclean, terutama dengan ibunya. Ending cerita, cukup manis, meskipun rada kurang nendang. Terlalu banyak konflik di tengah-tengah cerita, tapi pas ending koq kaya’nya cepet banget.

O ya.. yang sangat mengganggu di dalam buku ini, adalah begitu banyak typo yang bertebaran di sepanjang cerita.

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang