Thursday, August 29, 2013

Pada Suatu Hari Nanti/Malam Wabah



Pada Suatu Hari Nanti/Malam Wabah
Sapardi Djoko Damono
Bentang, Juni 2013
94 Hal/88 Hal.
(Gramedia Plasa Semanggi)

Ketika bajay BBI sedang ‘heboh’ untuk membaca puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, secara gak sengaja gue ‘menemukan’ buku ini di Gramedia Plasa Semanggi. Masih gres, fresh from the oven. Segera saja, tanpa ragu-ragu dan pikir panjang, gue membawa buku ini ke kasir.

Ada dua bagian atau tema kumpulan cerita di dalam buku ini, Pada Suatu Hari Nanti dan Malam Wabah. Mari.. mari.. gue coba untuk ‘mengupas’ satu per satu. Biar keliatan apa yang bikin dua bagian ini berbeda.


Gue membaca bagian Pada Suatu Hari Nanti terlebih dahulu, karena ternyata di bagian ini berisi kumpulan cerpen yang merupakan interpretasi SDD atas dongeng-dongeng yang sudah kita kenal selama ini… well, at least gue lumayan familiar dengan beberapa dongeng yang di’ceritakan kembali’ di sini. Ada humor yang diselipkan di dalam cerita-cerita ini.

Misalnya nih, Dongeng Rama-Sita, gue mungkin gak terlalu akrab dengan cerita-cerita pewayangan, tapi sedikit banyak gue tau, kalo Rama ini pasangannya Sita. Rama yang ganteng, gagah dan Sita yang cantik jelita dan anggun. Mereka diibaratkan bagai titisan para dewa-dewi. Di sini digambarkan Rama yang pasrah tapi cerdik, harus menghadapi Sita yang tiba-tiba jadi ‘ganjen’.

Lalu ada Ratapan Anak Tiri, yang ternyata ratapannya gak setragis yang selama ini digambarkan di sinetron; Hikayat Ken Arok, seorang preman yang terpesona sama betis seorang perempuan dan rela melakukan apa saja demi si betis itu; Pada Suatu Hari Nanti, kisah Nawang Wulan yang menanti datangnya sepucuk surat di kotak pos; Dongeng Kancil, tentang si kancil yang terlunta-lunta nasibnya karena si Juru Dongeng yang selama ini sudah memberi cap pada si kancil sebagai hewan yang tukang bohong, pencuri dan nakal.

Adalagi, Nonton Ketoprak Sampek-Kentaek, Solo, 1950 – kisah Romeo dan Juliet rasa Mandarin, atau si Malin Kundang yang mencari ibunya biar gak dikutuk dalam cerpen dengan judul yang super panjang, ‘Sebenar-benarnya Dongeng tentang Malin Kundang yang Berjuang Melawan Takdir Agar Luput dari Kutukan Sang Ibu.’

Dua cerpen yang gue gak kenal ‘asli’nya adalah Crenggi dan Ditunggu Godot.


Sementara di bagian kedua, Malam Wabah, berisi cerita-cerita yang baru, di mana di sini benda mati diberi kesempatan untuk bicara, atau cerita-cerita tentang pikiran orang-orang yang mengembara, berkelana ke mana-mana.

Beberapa cerita yang ‘nyangkut’ dan mudah dicerna adalah kisah Rumah-Rumah, ‘curahan hati’ rumah-rumah yang terbengkalai, kenapa sampai gak ada yang ngontrak – menarik nih, lalu kisah Sepasang Sepatu Tua – tentang pemilik sepatu yang cinta banget sama sepatu butut dan berdebunya, Ketika Gerimis Jatuh – ‘pergolakan batin’ seorang anak kecil yang resah karena ayahnya belum pulang, bikin terharu, Bingkisan Lebaran, tentang anak kecil yang pengen sekali-sekali pulang kampung dan ngerasa bebas, Membimbing Anak Buta – cerita seorang ibu yang nyeritain apa yang dia lihat sama anaknya yang buta – dan satu cerita lagi yang gue suka adalah Membaca Konsultasi Psikologi.

Cerita yang gue baca pas banget sama Lebaran adalah Jemputan Lebaran, tentang seorang bapak tua yang merasa sendiri di tengah kehebohan lebaran, sampai-sampai dia bertanya-tanya, apa dia juga sudah benar-benar kenal dengan lebaran?

Masih ada cerita Membunuh Orang Gila – tentang seorang pria yang tak sengaja menabrak orang gila dan justru ia merasa sangat kehilangan dan bersalah.

Sementara cerita-cerita lainnya – Membunuh Orang Gila, Daun di Atas Pagar, Rel, Suatu Hari di Bulan Desember 2002, Malam Wabah dan Gadis Jilbab di Dalam Angkot – ma’af… gak lupa dan gak ngerti .. hehehe..

Secara keseluruhan sih, gue lebih suka baca bagian Pada Suatu Hari Nanti, lebih seru membaca dongeng yang tiba-tiba jadi kisah yang ‘ajaib’, yang melenceng dan sedikit ‘kacau’. Sementara di bagian Malam Wabah, kisah Rumah-Rumah yang berkesan. Gue juga jadi inget salah satu cerita di Dongeng Sekolah Tebing – Clara Ng, tentang Rumah No. 13 yang gak pernah ada mau dipakai orang.

Wednesday, August 28, 2013

Wishful Wednesday 44




Akhirnya, lanjutan yang dinanti-nanti akan segera terbit. Dulu yang pertama, juga ikutan masuk ke WW, sekarang yang kedua, masuk juga deh. Gue suka dengan covernya yang biru, terus dengan pinggiran kertasnya yang ada glitter-glitter birunya juga.

Tapi, bukan karena penampilannya aja, melainkan juga karena ceritanya, yang gabungan antara fantasi, cerita anak/remaja dan tentu saja, ada makanannya.


Berikut sinopsisnya:

Rosemary Bliss rela melakukan apa pun untuk mendapatkan kembali Buku Resep ajaib milik keluarganya. Maka, dia menerima tantangan Bibi Lily untuk mengikuti kompetisi masak internasional di Paris. Jika Rose menang, Bibi Lily akan mengembalikan bukunya. Jika tidak, maka buku itu akan hilang selamanya. Didampingi keluarganya, kakek buyutnya, seekor kucing sarkastik, dan tikus Prancis, Rose berjuang demi menciptakan masakan spesial yang bisa membuatnya jadi pemenang. Bersama Ty dan Sage, Rose pun berkeliling Paris demi mendapatkan bahan-bahan ajaib: Rahasia Senyum Monalisa, Dentang Lonceng Notre Dame, Bisikan Kekasih, sampai Hujan Murni dari Puncak Eiffel.

Rose benar-benar tidak boleh kehilangan Bliss Cookery Booke untuk kedua kalinya!

Mau berkhayal juga, mari ikutan Wishful Wednesday dulu, liat rules-nya dulu ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Monday, August 26, 2013

The Graveyard Book



The Graveyard Book (Cerita dari Pemakaman)
Neil Gaiman @ 2008
Lulu WIjaya (Terj.)
GPU, Maret 2013
351 Hal
Untuk usia 11 tahun ke atas
(via @HobbyBuku)

Tersebutlah seorang anak bernama Nobody Owens, atau yang kemudian dipanggil dengan nama Bod. Ia anak yatim piatu yang tumbuh di sebuah pemakaman. Sejak bayi ia diasuh oleh pasangan hantu Mr. dan Mrs. Owens. Taman bermain dan sekolahnya adalah pemakaman, teman-teman dan gurunya adalah para hantu. Ia ‘terjebak’ di pemakaman ini karena orang tua dan kakaknya tewas dibunuh oleh seorang pria bernama Jack. Bod luput dari tragedi itu karena rasa ingin tahu dan berpetualang khas bayi yang menyelamatkannya. Bod dilindungi dari segala kejahatan yang masih memburunya, dilengkapi dengan pengetahuan dari para arwah yang menjaganya sampai ia kelak siap untuk meninggalkan pemakaman itu dan menghadapi dunia luar yang sesungguhnya. Bod diberikan hak istimewa hingga ia bisa melihat para arwah, berbicara bahkan menyentuh mereka. Dan lewat walinya, Silas, Bod memuaskan rasa ingin tahunya tentang dunia luar. Bod juga suka membaca. Ada banyak buku-buku yang di dalam makam, milik para ‘penghuni’ pemakaman itu.

Di pemakaman ini banyak hal yang menarik bagi Bod – ia diajarkan cara Memudar, Menghantui Mimpi, bertemu makhluk aneh bernama ghouls, berteman dengan seorang gadis yang dibunuh karena disangka penyihir, mengalami malam aneh dan misterius pada hari Tarian Kematian.

Mungkin agak terlalu gelap untuk buku bagi anak-anak. Dan harus sedikit hati-hati dengan adegan pembunuhan di awal cerita ini. Lumayan sadis menurut gue. Tapi, buat gue, sebuah kisah petualangan – jenis apa pun akan selalu menarik. Pemakaman, tempat yang selama ini selalu dikatakan sebagai tempat yang angker, menakutkan dan penuh dengan makhluk-makhluk halus, membuat anak-anak atau orang dewasa sekali pun ‘malas’ untuk lewat apalagi kalau menjelang malam.

Banyak kan kisah-kisah seputar pemakaman yang disebarluaskan turun-temurun, lengkap dengan bumbu-bumbu cerita yang pastinya makin hari bumbunya makin banyak dan bikin ‘sedap’.. hehehe.. contoh aja, kisah di kuburan Menteng, kisah pastor yang membawa kepalanya sendiri (aduh… nulis ini gue berasa horor sendiri kan?)

Tapi, di dalam The Graveyard Book ini, gue seolah ‘melihat’ sisi lain dari sebuah pemakaman. Mungkin karena sejak kecil dikelilingi hantu, Bod justru nyaris tak mengenal rasa takut sama hantu. Dan sebagai anak yang mulai tumbuh, Bod juga ingin berteman dengan manusia dan keluar dari pemakaman. Namun, dunia luar tidak lah ramah seperti di dalam pemakaman.

Di sini, pemakaman bagaikan tempat yang menarik. Bukan karena bagus dan mewah seperti San Diageo Hills, tapi dari pandangan seorang anak kecil, di tempat ini banyak hal yang ia bisa jelajahi. Bahaya, pasti… tapi semakin dilarang, semakin pengen tau, toh…

Ini adalah salah satu ‘nasihat’ dari penghuni pemakaman untuk Bod

“… Kalau kau tidak berani mempertaruhkan apa pun, tak ada hal yang akan kau peroleh di ujung hari.”

(hal. 266)

Dan rasanya, kasih sayang orang tua itu gak mengenal ‘wujud’, meskipun kalau dalam cerita ini, lebih banyak Silas yang berperan, tapi ada bagian-bagian di mana Mr. dan Mrs. Owen peduli dengan Bod. Lihatlah nyanyian Mrs. Owens untuk Bod, bagaikan sebuah doa keberhasilan bagi Bod.

“Tidurlah bayi kecilku, oh
Tidurlah hingga kau bangun
Waktu bangun, kau akan melihat dunia
Kalau aku tak keliru

Ciumlah seorang kekasih
Tarikanlah sebuah lagu
Temukan namamu
Dan harta karun yang terkubur

Hadapilah hidupmu
Kepedihannya, kenikmatannya
Jangan biarkan satu jalan pun
Tak tertempuh…”

(hal. 349 – 350)

The Graveyard Book memperoleh penghargaan Newberry Medal pada tahun 2009.

Tulisan ini dibuat untuk event:

 

Thursday, August 22, 2013

Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa





Maggie Tiojakin
GPU, Juli 2013
241 Hal.
(Gramedia Mal Ciputra)

Agak ragu awalnya membeli buku ini, selain kadang kurang sreg sama kumpulan cerpen, juga karena tulisan ‘absurd’ di covernya. Yang udah-udah, memang gue sering menemukan cerita absurd dalam kumce dan pada akhirnya gue bingung… entah penulisnya yang terlalu canggih merangkai kata-kata, atau emang gue yang gak  nyampe otaknya… Tapi, cover-nya menarik hati… jadi, gue pun luluh.

Tapi, apa yang terjadi??? Baiklah… cerita pertama, gue masih membutuhkan penyesuaian, gue sedikit kurang ‘mudeng’ dengan cerita ini. Meskipun di dalam cerpen Tak Ada Badai di Taman Eden ini, gue sekilas menangkap rasa kesepian, rindu dan rasa akan sesuatu yang jauh dari sang suami, Barney. gue mempersiapkan diri untuk lanjut ke cerita kedua dengan harapan, semoga di cerita-cerita selanjutnya, gue mulai bisa akrab dengan yang namanya si ‘absurd’ ini.

Cerita kedua ini adalah satu cerita yang ending-nya bikin gue kepo, berjudul Kristallnacht. Begitu selesai, gue bertanya, “Hah? Udah nih… jadi gimana dong? Apa yang mau dia sampaikan?” Dan.. berakhirlah cerita itu, dengan menyisakan rasa penasaran dalam diri gue.

Mungkin layaknya sebuah cerita yang absurd, tak normal atau yang tak masuk akal, cerita bisa berakhir dengan cara yang tak terduga, benar-benar melenceng dari apa yang kita ikuti ketika kita mulai membaca cerita, seperti cerita Fatima – cerita yang diawali dengan sebuah adegan seru dan menegangkan, mirip film-film action. Sebuah misi rahasia yang harus dijalankan dengan hati-hati. Bersiaplah untuk tertawa sendiri, ketika sampai di akhir cerita dan, mungkin sedikit berseru, “Sial…!” (eh.. apakah gue mulai gak normal karena tertawa baca cerita ini?)

Coba deh, apa anehnya dua orang yang lagi main online game, udah sering baca atau denger kan orang-orang yang kecanduan dengan online game sampai males makan, malas bersosialisasi sampai-sampai seolah kehidupan di dalam game itu sesuatu hal yang sangat serius. Suatu Saat Kita Ingat Hari Ini – judul yang indah, yang bisa membuat orang berpikir akan membaca cerita yang romantis, atau persahabatan yang indah.

Dan kalau gue membaca dies irae, dies illa – gue terbayang The Hunger Games, kota yang ‘hancur’ yang pemberontakan, penduduk yang bersembunyi, anak-anak yang mencuri roti demi bertahan hidup, pemerintah otoriter, yang tak segan membantai warga demi kekuasaan.

Satu lagi yang bikin gemes setelah membaca cerita ini, karena akhir cerita yang bikin pengen ‘ngamuk’ karena menggantung, Panduan Umum Bagi Pendaki Hutan Liar – apakah ini cerita macam 5cm? Dengan remaja pendaki gunung yang tampak tangguh dan penuh jiwa patiotisme? Bukan?? Ini kisah sederhana antara ayah dan anak perempuan. Yang bikin senyum-senyum, adalah sang ayah yang gak sadar anaknya mulai beranjak remaja, risih sendiri ngeliat perlengkapan pribadi anak gadisnya itu…. Ee… tapi, bukan itu sih ceritanya….

Dalam Saksi Mata, gue jadi bertanya-tanya, apa ini juga gambaran yang terjadi di dalam masyarakat? Tidak peduli, repot, ketakutan, merasa ini bukan urusannya, terserah deh, mau terjadi apa sama orang – loe-loe, gue-gue. Urusin aja masalah loe sendiri…

Kisah tragis pertama di dalam buku ini adalah Labirin yang Melingkar-lingkar dalam Sangkar – tokoh Danno yang terobsesi dengan bangunan-bangunan tua. Kenapa tragis? Baca deh, ntar spoiler lagi… yang pasti bikin kisah ini berasa jadi mistis.

Nah, dua cerita yang membuat gue pengen ‘menggetok’ kepala cowok adalah Ro-Kok dan Jam Kerja. Ini tentang halusinasi, imajinasi laki-laki, kalau lagi pikirannya kosong. Jangan pernah nyuruh laki-laki milih, daripada be-te sendiri.

Gue terkesan dengan cerita Dia, Pemberani. Cerita seorang laki-laki yang selalu tergoda untuk mencoba hal-hal yang menantang maut. Demi mencapai kesenangan, kepuasan, orang gak peduli lagi. Semakin  menantang, semakin mengasyikan.

Sebuah  kutipan indah, membuat cerita dalam Kota Abu-Abu jadi indah dan berwarna. Kalau membaca ini, jadi ingat Negeri Senja – SGA (tapi, gue gak ngebandingin lhoo.. cuma inget aja). Kutipannya adalah

--- “Duniaku sudah indah,” … “Karena ini dunia yang kutahu.” --- (hal. 67)

--- “Aku tak masalah dengan kota ini,”… “Aku nyaman di sini.” --- (hal 70)

Mungkin kepasrahan seseorang, kepuasan batin, membuat orang akan selalu  nyaman berada di mana pun – seperti Remos. Tapi, dalam diri seseorang mungkin ada jiwa petulang, rasa ingin tahu yang pada akhirnya bisa membuat kita lebih tergoda dan menemukan kenyamanan di tempat lain – seperti Greta.

#bijaksana mood:on

Puncak cerita, memang yang paling absurd  buat gue, or… maksudnya yang paling gak gue mengerti, Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa. Tapi, lagi-lagi, di tengah rasa gak mengerti gue ini, gue seolah merasakan gimana batas hidup dan mati itu tipis banget. Para astronot itu udah tau, mereka gak akan bisa selamat. Bayangkan tersesat di luar angkasa, sekeliling langit hitam...  mencekam. Kisah tragis para astronot.

Kalo gue boleh mengambil kesimpulan, gak semua cerita di dalam buku ini sesuatu yang absurd, beberapa cerita buat gue jadi satu hal yang sah-sah aja jika terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Temanya beragam – game online, rumah tangga, perang, banjir, rokok, pegawai yang bosan – sampai yang canggih tentang para astronot. Hanya saja Maggie Tiojakin mampu meracik kisah-kisah ini dengan cara yang gak biasa dan berakhir dengan sesuatu yang juga gak biasa.

Gak puas dengan 14 cerita di atas… tenang… ada kejutan lain dari Maggie….

Wednesday, August 21, 2013

Dengarlah Nyanyian Angin



Dengarlah Nyanyian Angin (Kaza No Uta O Kike)
Haruki Murakami @ 1979
Jonjon Johana (Terj.)
KPG – Cet. II, Mei 2013
119 Hal.
(Gramedia Plasa Semanggi)

‘Dengarlah Nyanyian Angin’ adalah novel pertama Haruki Murakami yang ditulis tahun 1979. Berkisah tentang tokoh ‘Aku’ yang kalau dalam pemikiran gue, adalah seseorang yang ‘gak jelas mau ngapain sih sama hidupnya. Galau dan tak menentu… Tokoh ‘Aku’ sering mampir ke sebuah bar dan duduk-duduk di sana bersama temannya, Nezumi. Minum bir, ngerokok, jalan-jalan di pantai. Rasanya novel ini penuh dengan botol bir dan asap rokok, sesekali nyium bau kentang goreng hangat, sambil diiringi musik tahun 1960-1970an.

Berkisah juga tentang hubungan Aku dan kekasih-kekasihnya, hubungan Aku dengan Nezumi, yang benci jadi anak orang kaya. Nezumi, terobsesi jadi penulis – dan ia tidak mau di dalam bukunya ada adegan seks dan kematian. Sementara kekasih-kekasih ‘Aku’ beragam karakternya – ada yang bunuh diri, ada yang melakukan aborsi, tapi gak tau siapa ayah dari bayi itu. Dan semua itu seolah ditanggapi saja dengan tanpa emosi oleh ‘Aku’.

Membaca buku Haruki Murakami, rasanya memang harus dalam kondisi otak yang ‘prima’. Biar gak terjebak dalam kebingungan, tak tentu arah baca kisahnya, atau merasa bosan setengah mati. Bahkan untuk buku yang tipis ini. Adakalanya, ketika lagi berusaha keras menyimak buku ini, terbawa alur yang lambat, bikin jadi ikutan ngelamun, lalu kehilangan arah dan akhirnya harus balik lagi beberapa kalimat, atau bahkan membuka lembar sebelumnya biar balik lagi ke jalur yang benar.

Gak ada kejutan yang bikin kita ‘terlonjak’ saat membacanya. Bagi pembaca kaya’ gue yang kadang maunya cepet atau ada yang bikin penasaran, ya harus sabar. Bener-bener kaya’ lagi berangin-angin… tenang tapi kadang menghanyutkan. Tapi dibandingkan dengan Kafka on Shore atau After Dark, novel yang satu ini lebih ‘nyata’, gak ada hal-hal yang absurd atau aneh.

Dari beberapa novel Haruki Murakami yang gue baca, selalu ada musik-musik di dalam bukunya. Gak heran sih, ternyata Murakami pernah memiliki sebuah jazz bar yang dikelola bersama istrinya.

Wishful Wednesday 43




Sebenernya sih, untuk buku yang satu ini, udah pernah gue baca… belum lama malahan. Tapi, ya, ampun… Visi Media mengeluarkan buku ini dengan cover yang berbeda. Yang buat gue lebih keren dari cover versi penerbit lain.

Jadi, yah… gak pa-pa lah, untuk berandai-andai… pengen punya buku ini lagi. Ayooo… yang merasa fans berat Agatha Christie, koleksi lagi dong yang cover  baru ini.. hehehe…


Berikut sinopsisnya:

Arthur Hasting tidak sengaja bertemu dengan detektif polisi Belgia, Hercule Poirot, laki-laki dengan tinggi tidak lebih dari 160 cm. Lalu, mereka bekerja sama untuk pertama kalinya untuk mengungkap kasus pembunuhan seorang nyonya besar di perdesaan Inggris. Mampukah Poirot menyusun bukti dan menyeret pembunuh sang nyonya besar? Nikmati karya detektif pertama dari novelis detektif Agatha Christie, "The First Case of Poirot" . Ditambah Laporan investigasi "Misteri 11 Hari Hilangnya Agatha Christie


Mau berkhayal juga, mari ikutan Wishful Wednesday dulu, liat rules-nya dulu ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Thursday, August 15, 2013

Harry Potter and The Deathly Hallows




Harry Potter and The Deathly Hallows (Harry Potter dan Relikui Kematian)
JK Rowling @ 2007
Listiana Srisanti (Terj.)
GPU – Januari 2008
1008 Hal
Untuk anak 12 tahun ke atas
(via Yuni Zai)

Bingung mau nulis apa tentang buku ini. Buku pamungkas dari seri Harry Potter. Buku yang paling menguras energi karena tebal, menguras emosi karena di dalamnya begitu banyak bagian-bagian yang mencekam, yang bikin haru dan sedih.

Dari awal sudah beraura gelap. Voldemort dan abdi-abdi setianya, para Pelahap Maut semakin merajalela, Kementerian Sihir mereka kuasai, mereka memburu para keturuan Muggle, memata-matai orang-orang yang menentang Voldemort. Harry Potter, Ron dan Hermione memutuskan untuk tidak kembali ke Hogwarts, mereka lebih memilih mencari sisa horcrux untuk menghancurkan Voldemort.

Puncaknya adalah pertempuran di Hogwarts yang melibatkan para guru dan murid, melawan Pelahap Maut. Dan tentu saja bagian puncak yang sangat menegangkan.

Isi buku ini gak melulu penuh adegan kejar-kejaran antara ketiga sahabat ini dengan Pelahat Maut. Ada bagian di mana, kita diajak menelusuri masa lalu Dumbledore – seperti Harry Potter, yang antara percaya dan gak percaya membaca kisah yang ditulis Rita Skeeter. Banyak kebenaran yang terungkap, termasuk siapa Profesor Snape sebenarnya.

Berat banget jadi Harry Potter. Semua bertarung melawan Voldemort, banyak yang mengorbankan nyawa – hiks… teringat beberapa tokoh – guru yang nyentrik, pasangan yang sehidup semati, juga seseorang yang baik hati, lucu dan ceria yang turut jadi korban. Kalau mau sinis, siapa dia Harry Potter ini? Dia kan ‘cuma’ anak kecil yang kebetulan selamat dari kutukan Voldemort, dan seluruh negeri rela mati untuk menyelamatkannya. Tapi, Harry Potter bukanlah sosok hebat dan pintar seperti Hermione. Untung aja dulu dia dititipkan di rumah Uncle Vernon, hingga ia jadi orang yang rendah hati. Andaikata ia ada di lingkungan penyihir, bukan gak mungkin ia bakal jadi orang yang sombong.

Tapi udah ah, gue ‘cinta’ Harry Potter koq… itu hanya sekilas pikiran aja. Harry Potter masih menjadi serial buku favorit gue, yang udah beberapa kali gue baca, tetap gak ada bosennya. Berkali-kali nonton, malah bikin gue bernostalgia… berasa ‘mengikuti’ perjalanan hidup para pemeran Harry Potter, Ron dan Hermione… dari anak-anak culun jadi remaja yang ganteng dan cantik.

Kalo mau ditulis banyak banget yang berkesan – berkesan senang dan juga sebel … bagian 7 Harry Potter, ngebayangin Bellatrix yang ‘sinting’, atau tas doraemon Hermione – gila ya, sampe tenda aja muat dalem tas itu.. kenapa Harry gak ngumpet di sana aja ya? Heheheh… marahannya Hermione sama Ron, sampai di saat genting eh sempet-sempetnya ‘kissing’…. Tapi… kalo inget pemeran Ginny, kenapa gue gak rela banget ya Harry sama Ginny… kenapa Harry gak naksir Hermione?

Penasaran nih sebenernya, selama rentang tahun 19 tahun itu, Harry Potter ngapain aja? Kerjanya apa? Dan gimana kehidupan Hogwarts setelah pertempuran akbar itu? 

Rasanya gue jadi pengen mengarang-ngarang sendiri …


Tulisan ini dibuat untuk event:


Evergreen






Evergreen
Grasindo - 2013
203 Hal.

Dipecat dari Sekai Publishing, membuat Rachel merasa jadi orang paling menderita sedunia. Putus asa, gak mau keluar dari kamar, kerjanya hanya mecahin gelas. Sahabat-sahabatnya mulai bosan dan lelah menerima telepon Rachel yang curhat, keluhan dan minta dikasihani. Pelan-pelan mereka mulai menjauhi Rachel. Rachel menyalahkan Sekai Publishing, membenci sajabatnya, malu sama keluarga karena selama ini begitu begitu sombong karena jadi editor di penerbit yang top, sampai-sampai Rachel kepikiran untuk bunuh diri.

Suatu hari, Rachel mampir ke sebuah kafe yang sebenarnya berlokasi tak jauh dari apartemennya, bernama Evergreen. Kafe ini menyajikan es krim dan kue-kue manis lainnya. Ketika mencicipi es krim pertamanya, Rachel langsung jatuh cinta dan datang lagi dan lagi ke Evergreen.

Ia pun berkenalan dengan pegawai Evergreen – Yupa, Gamma, Fumio dan Kari. Bahkan akhirnya, Yupa menawarinya untuk bekerja di Evergreen. Meskipun awalnya gengsi, Rachel pun bekerja di sana. Yah… gak gampang untuk seorang Rachel ‘musuhan’ sama dapur untuk bekerja di kafe.

Melihat ketulusan Yupa, Gamma, Fumio, dan Kari, Rachel pelan-pelan menyadari betapa dirinya dulu sangat egois, hanya ingin diperhatikan tapi tak peduli dengan masalah orang lain. Rachel kembali belajar untuk tersenyum dengan tulus, lebih empati dan melihat bahwa banyak orang yang punya masalah lebih berat dari dirinya.

Membaca novelnya Prisca Primasari, selalu aja menyisakan rasa manis dan hangat. Contoh aja Éclair, Paris atau Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa. Manis - karena tokoh-tokohnya menyenangkan, ditambah lagi dengan manisnya es krim di Evergreen. Ngebayangin interior Evergreen yang manis, dihiasi gordyn berhias boneka beruang, ada hiasan wadah es krim, lalu sayup-sayup terdengar ‘soundtrack’ lagu-lagu The Beatles…. Tapi… siapa sangka pemiliknya adalah cowok sok keren, sok cool, berpenampilan berantakan dan takut bebek??

Dan rasa hangat karena cerita tentang tokoh yang saling mendukung satu sama lain, kedekatan mereka, cerita duka dan suka yang bikin haru. Tokoh-tokoh seperti Yupa yang jail, kocak, seneng baca manga, Gamma – yang lebih tenang, Fumio – kakak yang sangat menyayangi adiknya, yang berusaha menyimpan tangisnya sendiri, Kari yang sok galak, Rachel yang dulunya egois dan selalu pengen jadi pusat perhatian, pelan-pelan berubah, jadi bisa senyum dan gak tegang, lalu ada Toshi, yang polos, di balik sakitnya tetap berusaha kuat. Di balik sosok-sosok yang penuh senyum dan kejailan itu, mereka justru mereka menyimpan luka dari masa lalu. Semua tokoh punya cerita masing-masing, tapi gak saling tumpang tindih.

Satu hal yang rada mengganggu dari novel ini adalah font-nya yang kecil itu. Coba diperbesar sedikit, bakal lebih nyaman bacanya, terutama untuk gue yang bermata minus ini.

Wednesday, August 14, 2013

Wishful Wednesday 42





Senangnya begitu masuk kantor abis cuti lebaran… bikin Wishful Wednesday yang ada giveaway-nya…. *semoga kali ini beruntung* .. O ya, met lebaran ya teman-teman pembaca blogger-ku.. mohon ma’af lahir dan batin.

Untuk edisi kali ini, kaya’nya pengen melengkapi Trilogi The Cemetery of Unforgotten Books, yang judulnya The Prisoner of Heaven. Yah, meskipun nih, buku pertama belum gue baca, buku kedua udah punya… jadi ya, boleh lah, biar lengkap sekalian. Semoga dengan buku yang lengkap, jadi semangat untuk mulai baca yang pertama

Buku ini sih udah beredar di Indonesia, bisa di periplus, atau di books and beyond juga ada.

Berikut sinopsisnya:


Once again, internationally acclaimed, New York Times bestselling author Carlos Ruiz Zafón creates a rich, labyrinthine tale of love, literature, passion, and revenge, set in a dark, gothic Barcelona, in which the heroes of The Shadow of the Wind and The Angel's Game must contend with a nemesis that threatens to destroy them.

Barcelona,1957. It is Christmas, and Daniel Sempere and his wife Bea have much to celebrate. They have a beautiful new baby son named Julian, and their close friend Fermín Romero de Torres is about to be wed. But their joy is eclipsed when a mysterious stranger visits the Sempere bookshop and threatens to divulge a terrible secret that has been buried for two decades in the city's dark past. His appearance plunges Fermín and Daniel into a dangerous adventure that will take them back to the 1940's and the dark early days of Franco's dictatorship. The terrifying events of that time launch them on a journey fraught with jealousy, suspicion, vengeance, and lies, a search for the truth that will put into peril everything they love and ultimately transform their lives.

Full of intrigue and emotion, The Prisoner of Heaven is a majestic novel in which the threads of The Shadow of the Wind and The Angel's Game converge under the spell of literature and bring us toward the enigma of the mystery hidden at the heart of the Cemetery of Forgotten Books, a collection of lost treasures known only to its few initiates and the very core of Carlos Ruiz Zafón's enchanting fictional world.

“Gabriel GarcÍa Marquez meets Umberto Eco meets Jorge Luis Borges for a sprawling magic show." —New York Times Book Review on Shadow of the Wind

*thank you, Astrid, udah bikin giveaway lagi… semoga.. semoga.. kali ini gue beruntung…

Mau ikutan giveaway juga, ikutan Wishful Wednesday dulu, liat rules-nya dulu ya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Bangkok: The Journal




Bangkok: The Journal
Moemoe Rizal
Gagas Media – Cet. I, 2013
436 Hal.
(hadiah #unforgotTEN)

Harta sering kali membuat keluarga jadi terpecah  belah ... seperti Edvan, yang setelah ayahnya meninggal, jadi sering bertengkar dengan ibunya dan memilih pergi dari rumah, tinggal di Singapura, menjadi arsitek muda yang cukup diperhitungkan. Tapi, ada kalanya, seseorang tetap harus pulang, terlebih ketika sang ibu meninggal dunia dan menitipkan sebuah catatan harian, sebuah jurnal yang harus ia telusuri ke belakang, agar tau jawabanya.

Demi mencari awal mula jurnal itu, Edvan pun terbang ke Bangkok, tempat di mana ibunya pernah menghabiskan waktu yang cukup lama dan bertemu dengan ayahnya. Selama pergi dari rumah, banyak yang berubah, terutama di diri adiknya, Edvin. Suka atau tidak, Edvan harus menerima perubahan yang sangat drastis itu.

Jurnal Artika, ibu Edvan, tertulis tahun 1980. Yang diberikan Edvin kepada Edvan adalah lembaran jurnal terakhir. Inilah warisan Artika untuk Edvan. Dan di setiap akhir dari lembaran sebuah jurnal, tertulis nama dan tempat di mana Edvan harus menemukan jurnal selanjutnya. Tentu saja, bukan hal yang mudah. Bangkok tahun 1980an tentu sudah jauh berbeda dengan Bangkok di tahun 2000an. Perkara mencari orang yang dimaksud, yang belum tentu masih hidup.

Edvan dibantu oleh Charm, seorang gadis warga Bangkok – yang misterius dan penuh rahasia. Yah, lama-lama sih, Edvan jadi suka sama Charm, meskipun ternyata Charm ini membenci banyak hal yang secara langsung atau gak,  berhubungan dengan Edvan.

Sembari diajak penasaran apa maksud dan tujuan dari jurnal-jurnal itu, pembaca diajak menelusuri kota Bangkok, untuk mencari keberadaan lembaran jurnal yang ditulis dibalik potongan kalender.

Bagi Edvan, hal ini tak hanya membuat pandangannya terhadap ibunya berbeda, tapi juga merubah pribadi Edvan sendiri.

Membaca buku Bangkok: The Journal, gue merasa rada beda aja dengan seri STPC lainnya. Entah karena mungkin fokusnya justru bukan di masalah romansa cinta antara Edvan dan Charm, tapi justru ke hubungan antara ibu-kakak-adik.

Ceritanya juga ada bagian serius, haru, sedih, bahagia bahkan kocak. Apalagi dengan keberadaan Max, adiknya Charm, yang pengen banget jadi juara dunia muaythai, yang suka asal dan bikin Edvan kesel.

O ya, kalo iseng-iseng pengen membayangkan seperti apa sosok Edvan, coba search Chaiwat Thongsaeng, bintang film Thailand, yang kata Max mirip Edvan... (Tadinya mau pasang fotonya di sini.. tapi astaga... gak baik untuk anak-anak di bawah umur.. :D)

Untuk penggambaran suasana kota Bangkok sendiri, buat gue cukup detail. Hampir setiap tempat-tempat wisata yang gue pernah dengar atau lihat, tergambar di sini – sebut saja Golden Palace, Reclining Budha di Wat Pho, sungai Chao Phraya, Thonburi, floating market, bahkan berkunjung ke club ladyboy, naik tuk-tuk dan ikutan latihan muaythai, ow… tentunya gak ketinggalan kuliner yang asam-asam pedas itu… #ngiler Tom Yam Gung…

Millie’s Fling






Millie’s Fling
Jill Mansel @ 2001
Tjiong Fei Fang (Terj.)
Elex Media Komputindo – Cet. I, 2013
538 Hal.
(buntelan dari Gramedia)

Putus dari pacar yang menyebalkan, malah membawa banyak hal baru bagi Millie Brady. Mungkin sebuah kebetulan yang menyenangkan ketika Millie yang sedang dirayu pacarnya itu, melihat Orla Hart yang sedang berdiri di pinggir tebing. Orla Hart adalah seorang penulis novel terkenal, dan tentunya ia tidak sedang menikmati pemandangan ketika itu. Untung saja, Millie melihat ada kejanggalan dan ia berhasil mengurungkan niat Orla untuk bunuh diri. Dua kejadian membuat Orla down, suami yang selingkuh dan buku terakhir yang diulas dengan nada negatif yang sangat kejam.

Bertemu Millie memberi ide baru bagi Orla. Ia membayar Millie untuk menceritakan kehidupannya sedetail mungkin sebagai bahan novel terbarunya, yang ia jamin akan berbeda dari novel-novelnya yang sebelumnya. Selain juga karena Orla ingin membalas budi Milie. Nah, kebetulan Millie sedang jobless, jadilah ia menerima tawaran dari Orla.

Orla tidak hanya tertarik dengan kehidupan sehari-hari Millie, tapi juga keluarga, teman-teman dan bahkan mencoba jadi mak comblang bagi Millie. Tapi, tanpa sepengetahuan Orla, Millie sudah tertarik pada seorang duda lewat perkenalan yang diawali dengan cara yang kurang menyenangkan.

Penggemar novel chicklit, romance yang ringan, tentu akan mudah menyukai buku Jill Mansel ini. Cover yang manis berwarna merah jambu, tokoh yang loveable, dan cerita yang ringan dan renyah. Penuh humor, yang bahkan disajikan dengan menarik pada saat sang tokoh sedang sedih.

Karakter di buku ini menyenangkan, ada Millie yang santai, lucu tapi gak konyol. Meskipun lagi down atau sedih, Millie tetap menghadapinya dengan santai.  Hugh Emerson, sang duda yang berjanji gak mau terlibat cinta begitu cepat, yang berkepribadian hangat. Lucas Kemp, si cowok sok macho dan sok playboy, Orla Hart yang begitu glamour, serta orang tua Millie yang ajaib, dan juga sahabatnya, Hester.

Mungkin nih, Orla dalam kehidupan nyata mirip seperti Barbara Cartland, ada Joan Collins mungkin, yang dalam novelnya berkisah tentang cinta para selebritis atau sosialita, yang lama-lama kehilangan sentuhan dan bikin orang bosen.

Cinta emang gak kenal tempat dan waktu, ketika gak dicari, tau-tau muncul aja gitu dengan cara yang tak terduga seperti Millie.

Buku pertama Jill Mansel yang gue baca, dan rasanya, gue pengen baca lagi buku-bukunya yang lain, kaya’nya pas buat weekend.
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang