Friday, August 26, 2011

Perfect Chemistry

Perfect Chemistry
Simone Elkeles @ 2008
Angelic Zaizai (Terj.)
Penerbit Terakota - 2011
451 Hal.

Brittany Ellis, tipe cewek yang dari segi fisik akan membuat iri perempuan-perempuan lain. Cantik, berambut pirang, kaya, ketua pemandu sorak. Pacarnya ‘tentu saja’ pemain football. Kaya’nya emang harus begitu ya, pemandu sorak pacarnya harus pemain football. Collin, pacarnya, menyebut mereka ‘Pasangan Emas’. Uh.. narsis banget…

Kehidupan Brittany tampak sempurna dari luar. Pakaian yang keren, mobil keren, dan Brittany harus selalu menunjukkan kesempurnaan itu di depan teman-temannya. Semua itu demi untuk menutupi ‘ketidaksempuranaan’ di dalam kehidupannya yang sebenarnya. Brittany memilik ibu yang perfeksionis, ayah yang selalu sibuk dan kakak perempuan yang mengindap penyakit celebral pansy..

Tapi kesempuraan itu pelan-pelan ‘berakhir’. Berawal dari kelas Kimia, saat Brittany harus berpasangan dengan Alejandro Fuentes atau Alex. Alex dikenal sebagai anak berandal, anggota gang yang berbahaya, tinggal di sisi kota yang berbeda dari tempat Brittany tinggal. Pokoknya, di mata orang ‘baik-baik’, pemuda seperti Alex harus dijauhi.

Bukan mau Alex untuk jadi anggota gang Latino Blood. Tapi, sebuah ‘keharusan’ demi melindungi keluarganya. Tapi, sebisa mungkin Alex menghindar dari keharusan melakukan transaksi narkoba. Namun, di sekolah, Alex dianggap trouble maker.

Brittany harus menghadapi sikap Alex yang ceplas-ceplos. Di hadapan Alex, kesempurnaan Brittany tak ada artinya. Alex terbiasa dengan kerasnya kehidupan antar gang. Bagi Alex, Brittany perempuan manja yang masalah terbesarnya hanya mencari kuteks yang sesuai dengan warna bajunya.

Lama-lama, sikap Alex yang cuek malah membuat Brittany nyaman. Berbeda dengan ketika ia bersama Collin. Dan Alex pun, melihat ada yang berbeda dari seorang Brittany. Hmm.. tapi sebenarnya, ada motif lain di balik niat Alex untuk menjadi lebih dekat dengan Brittany.

Memang sih, ceritanya klise, kisah cinta dua orang dengan latar belakang yang sangat jauh berbeda. Tapi cara berceritanya yang bikin jadi menarik. Ditambah lagi kehidupan anak SMA (di Amerika) yang kaya’nya ‘gerah’ kalau di usia 18 tahun tapi masih virgin :D

Pertama, gue suka dengan cover-nya. Bandingkan dengan cover versi aslinya yang hmm… dewasa. Kedua ternyata ceritanya cukup ok. Endingnya menurut gue cukup ‘manis’. Terus, porsi antara Alex dan Brittany juga imbang. Jadi bisa membayangkan kehidupan dari dua sisi tokoh yang berbeda.

Ternyata buku ini ada sekuelnya, yang nyeritain kehidupan adik-adik Alex – Carlos dan Luis. Tapi, lebih keren lagi, kalau ada lanjutan gimana kehidupan Alex selanjutnya. Apakah sesuai dengan keinginan Brittany atau masih di jalan yang lama?

Thursday, August 25, 2011

Anak-Anak Langit

Anak-Anak Langit
Mohd. Amin MS @ 2011
Alvabet, Cet. 1- Juli 2011
494 Hal.

Simuh, termasuk salah satu anak yang berprestasi di daerahnya. Dan ia sudah berniat untuk masuk ke sekolah favorit incarannya. Tapi orang tuanya tidak setuju, dengan alasan di sekolah itu banyak warga keturunan Cina. Maklum, di masa lampau pernah ada pertikaian antara warga setempat dengan warga keturunan Cina. Meskipun kejadian itu sudah lama, tapi masih menyisakan trauma di hati penduduk aslinya.

Simuh akhirnya diminta mendaftar ke sebuah pesantren modern binaan pemerintah di Koto Baru. Meski ogah-ogahan, demi menyenangkan orang tua, ia pun mengikuti test tersebut. Dan ternyata, Simuh lulus dan berhasil masuk ke pesantren tersebut.

Mulailah hari-hari Simuh di pesantren itu. Udara dingin menjadi salah satu ujian. Bertemu dengan teman-teman baru yang datang dari berbagai pelosok di daerah Sumatera. Kenakalan-kenakalan khas remaja, disiplin yang ketat, persaingan antar sekolah mewarnai hari-hari mereka selama di pesantren itu.

Banyak orang yang menyebut anak-anak di sekolah ini sebagai anak-anak langit, mereka punya mimpi tapi ternyata setelah lepas dari sana, banyak tak sesuai dengan mimpi mereka.

Selama membaca buku ini, hmmm.. ma’af ya, Pak Mohammad Amin, mau gak mau gue teringat buku sejenis yang udah duluan beredar. Jadi, gue gak merasa ada yang istimewa ketika membaca buku ini. Gue jadi gak semangat baca buku ini, banyak yang akhirnya gue baca dengan sekilas aja. Ma’af ya…. *peace*

Wednesday, August 24, 2011

Presiden Prawiranegara

Presiden Prawiranegara:
Kisah 207 Hari Syafruddin Prawiranegara Memimpin Indonesia

Akmal Nasery Basral
Mizan Pustaka, Cet. I – Maret 2011
370 hal.

Mungkin tak banyak yang tahu, atau menyadari, bahwa Republik Indonesia pernah dipimpin oleh seorang ‘presiden’ bernama Syafruddin Prawiranegara. Yah, jujur sih… gue aja baru nyadar sekarang.. hehehe…

November 1948, mungkin awal mula dari sejarah ini. Ketika Bung Hatta menjemput Syafruddin Prawiranegara yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, untuk segera berangkat ke Bukittinggi. Bukittinggi adalah salah satu wilayah di Indonesia yang tidak termasuk dalam negera federal. Beliau terpaksa meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil di Yogyakarta. Meskipun menjabat sebagai menteri, tapi kehidupan beliau dan keluarga begitu sederhana. Istri beliau bahkan harus berjualan sukun goreng demi menyambung hidup kala Syafruddin bertugas di Bukittinggi.

Beliau pun akhirnya ‘terjebak’ di Bukittinggi. Bulan Desember 1949, kemerdekaan Indonesia baru berumur 4 tahun. Tapi, rupanya Belanda masih aja ‘penasaran’. Terikat perjanjian yang isinya Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia, ternyata tidak membuat Belanda mundur. Ternyata mereka melakukan serangkaian serangan yang membuat Republik Indonesia kembali berada dalam keadaan genting.

Yogyakarta, kala itu yang menjadi ibukota Indonesia, sudah tidak aman. Rapat darurat diadakan. Jenderal Sudirman, dalam keadaan sakit parah, memilih untuk melakukan perang gerilya. Sampai akhirnya Bung Karno, Bung Hatta dan beberapa orang lainnya dikenakan tahanan rumah, dan kemudian diasingkan ke Bangka.

Untuk menjaga agar Indonesia ‘tetap ada’ dan jangan sampai pemerintahan lumpuh, pejabat pemerintahan di Bukittinggi akhirnya membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia, dengan Mr. Syafrudding Prawiranegara sebagai ketuanya. Keadaan yang tidak aman, memaksa anggota PDRI untuk melakukan perjalanan, berpindah-pindah tempat, melewati hutan rimba. Semua demi menjalankan roda pemerintahan Indonesia.

Kisah lain yang memberi ‘warna’ pada buku ini adalah kisah si Kamil Koto, mantan copet yang akhirnya insyaf, dan ikut dalam perjalanan Syafruddin sebagai tukang pijat. Melalui berbagai kesempatan berbincang dengan Syafruddin, Kamil menemukan banyak hal – selain mendapat jodoh - yang membuatnya menjadi manusia yang lebih b aik pada akhirnya. Tak hanya itu, lewat perbincangan ini pula, kehidupan masa kecil Syafruddin terungkap.

Tapi sayang, di masa-masa Orde Baru, justru peran Syafruddin seolah terlupakan. Ia dianggap tokoh yang berseberangan dengan pemerintah kala itu. Gue sih gak ngerti politik (dan kadang gak mau tau), tapi, ada bagusnya juga kalo para pejabat pemerintahan sekarang nih, baca buku ini.

O ya, satu bagian yang ‘mencuri perhatian’, adalah ketika Bung Karno dan Bung Syahrir ditempatkan di dalam satu rumah saat di pengasingan, Bung Syahrir marah-marah karena Bung Karno yang katanya ‘pandir’ dan ‘bodoh’.

Tuesday, August 23, 2011

Hold Me Closer, Necromancer

Hold Me Closer, Necromancer
Lish McBride @ 2010
Berliani M. Nugrahani (Terj.)
Penerbit Atria, Cet. I – Maret 2011
445 hal.

Sam, cowok dengan kehidupan yang biasa-biasa aja. Cenderung gak aneh-aneh. Bekerja di resto cepat saji sebagai kasir. Padahal dia pengen banget ditempatkan di bagian pemanggangan burger. Putus kuliah, tinggal di apartemen yang super berantakan. Tapi, dia merasa ‘asyik-asyik’ aja, bersama teman-teman rekan sejawat di Plumpy’s.

Tapi, siapa sangka kalau Sam adalah seorang necromancer, alias pembangkit mayat. Bahkan Sam sendiri gak tau soal itu. Sampai di suatu malam, serangkaian kejadian aneh menimpanya. Puncaknya adalah kiriman paket ‘istimewa’ dan ‘mengerikan’.

Sejak malam itu, terkuaklah fakta-fakta menakjubkan di balik kehidupan Sam. Ternyata, dia bukan cowok biasa-biasa aja. Kehadirannya yang ‘tiba-tiba’ ini mengusik salah satu necromancer bernama Douglas, yang gak suka akan keberadaan Sam yang akan dirasa mengganggunya. Kenapa baru sekarang Sam ini muncul? Padahal sebagai Ketua Dewan, harusnya dia tau setiap ada necromancer baru lahir. Belum lagi hilang ‘kekagetan’ akan jati dirinya, Sam malah berada dalam satu sel dengan gadis serigala atau werewolf.

Ngeliat dari endingnya, kaya’nya novel ini ‘seharus’nya ada lanjutannya. Masa’ kiprah Sam juga segitu aja, Ditambah lagi, mayat Douglas yang tidak ditemukan.

Satu lagi yang agak kurang lengkap, adalah istilah-istilah Aconite, tanaiste, taoiseach, athame atau harbinger yang gak ada penjelasannya. Yang unik adalah judul tiap bab yang diambil dari judul-judul lagu (yah.. gak semua juga sih gue tau lagu apa, hanya beberapa).

Untung penggemar fantasi, buku ini cukup oke. Horor tapi gak serem, malah cenderung kocak kalau diliat dari cara bertutur Sam dan percakapan dengan teman-temannya, bahkan dengan ‘musuh’nya.

Friday, August 19, 2011

Puteri Sirkus dan Penjual Dongeng

Puteri Sirkus dan Penjual Dongeng
Jostein Gaarder
A. Rahartati Bambang (Terj.)
Penerbit Mizan - Cet. I, Maret 2006

Petter, si Laba-Laba, adalah seorang anak laki-laki yang bisa dibilang penyendiri. Ia adalah anak yang kritis, cerdas dan unik. Petter lebih senang melihat teman-temannya bermain dibanding ikut dalam bermain bersama mereka. Dia akan menciptakan permainannya sendiri dengan imajinasinya, yang menurutnya lebih mengasyikkan. Jika teman-temannya bermain koboi-koboian, maka Petter akan menciptakan suasana jaman koboi masih berjaya lengkap dengan orang-orang Indian dan desingan peluru serta derap kaki kuda.

Sikap kritisnya ditunjukkan lagi ketika ia mendengar radio atau menonton televisi. Petter memberi masukkan program-program yang bisa membuat radio atau televisi menjadi lebih baik dan lebih menarik.

Setelah dewasa, Petter masih tetap menulis cerita yang berkelebat di kepalanya. Imajinasinya semakin berlimpah, sampai ia merasa tidak lagi bisa mengendalikannya. Tapi, Petter lebih memilih berada di ‘belakang layar’, dan dia menjual cerita-ceritanya pada penulis yang mengalamai ‘writer’s block’, hingga akhirnya terbentuklah ‘Writers’Aid’

Tapi, suatu hari, sampailah semuanya di satu titik, ketika jaring yang diciptakan Petter malah menjadi jebakan baginya. Ketika perbuatan Petter mulai tercium di kalangan perbukuan, Petter harus segera mengambil keputusan sebelum terjerat lebih jauh, di antara para penulis yang merasa popularitas mereka terancam. Dan justru di masa-masa ini, Petter menemukan sebuah titik yang menghubungkan masa kini dan masa lalunya. Tak disangka-sangka pula, salah satu dongengnya tentang Putri Sirkus, Panina Manina, membawanya menemukan sebuah teka-teki yang sempat memutuskan hubungannya dengan satu-satunya wanita yang pernah ia cintai. Cerita-cerita Petter seolah menggambarkan perjalanan hidupnya.

Seperti novel-novel sebelumnya, lagi-lagi Jostein Gaarder menampilkan sosok misterius yang menjadi teman tokoh utama, kali ini sosok misterius itu adalah Lelaki Semeter.

Jostein Gaarder menampilkan kisah dengan gaya ‘ke-aku-an’. Menggambarkan Petter yang ‘menulis kembali’ kisah hidupnya - kisah masa kecilnya, kisah cintanya, dongeng-dongeng yang menakjubkan sampai bagaimana akhirnya ia terlibat dalam dunia perbukuan. Pembaca akan digiring ke rasa ingin tahu untuk mendapatkan jawaban bagimana nasib Petter di tangan para penulis-penulis yang pernah ia ‘bantu, atau justru bagaimana nasib para penulis di tangan Petter. Jawaban yang tak terduga muncul di akhir cerita.

Jostein Gaarder kembali memadukan antara realitas dan fantasi. Filosofi hidup disajikan dengan sederhana, dengan cara yang tidak perlu membuat kening pembacanya berkerut atau bosan. Novel Jostein Gaarder kali ini rasanya lebih ringan dan lebih ‘membumi’ dibanding Dunia Sophie atau Misteri Soliter.

Yah, terus terang sih, gak semua karya Jostein Gaarder ‘sanggup’ gue nikmati – bahkan Dunia Sophie masih entah berapa kali dibaca lalu ditinggalkan, hanya bertahan beberapa halaman saja. (#promisetomyself: baca Dunia Sophie sampai tuntas!).

Thursday, August 18, 2011

Kuantar ke Gerbang

Kuantar ke Gerbang: Kisah Cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno
Ramadhan K.H
Penerbit Bentang – Cet. I, Maret 2011
431 hal.

Waktu pertama belajar sejarah, yang gue ketahui Ibu Negara, istri Bung Karno adalah Ibu Fatmawati. Baru belakangan, dari buku-buku yang gue baca, dari majalah, koran dan lain-lain, gue tahu kalau istri beliau tidak hanya Ibu Fatmawati. Dan baru kemudian lagi, gue tahu, sebelum menikah dengan Ibu Fatmawati, Bung Karno pernah dua kali menikah, dengan Ibu Utari dan Ibu Inggit. Mungkin nama Ibu Utari tidak banyak terdengar, karena pernikahan itu juga hanya seumur jagung. Berbeda dengan Ibu Inggit, meskipun jarang dibahas, tapi beliau adalah sosok yang berpengaruh dalam kehidupan Bung Karno, terutama di awal-awal perjuangan kemerdekaan. Melalu buku ini, yang judulnya menurut gue ‘sangat romantis’, gue pun mengetahui kisah cinta antara Ibu Inggit dan Bung Karno.

Pertemuan itu diawali ketika Kusno (nama kecil Bung Karno) tinggal di rumah Ibu Inggit dan suaminya, Kang Sanusi. Tujuan Bung Karno datang ke Bandung adalah untuk menyelesaikan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung. Ibu Inggit pun menerima kedatangan Bung Karno – beserta istrinya, Ibu Utari di rumah itu. Meskip

Sosok Ibu Inggit yang sederhana, penuh kasih dan lemah lembut, ternyata membuat hati Bung Karno ‘bergetar’. Tak peduli usia Ibu Inggit yang jauh lebih tua dan masih berstatus istri orang, Bung Karno ‘nekat’ melontarkan kata cinta. Ibu Inggit pun ternyata tak mampu ‘menolak’ pesona seorang Soekarno. Meskipun masih muda, tapi penuh tekad dan tegas.

Urusan rumah tangga masing-masing pun diselesaikan dengan baik-baik, dan mereka pun menikah. Dalam sosok Ibu Inggit, Bung Karno menemukan sosok seorang ibu mengemongnya dan istri yang melayani dengan setia dan juga seorang teman mau mendengar ide-ide dan pandangan-pandangannya.

Sepak terjang Bung Karno di dunia politik membawa mereka pada keadaan yang tak menentu. Belanda terus mencurigai segala pergerakan Bung Karno, sampai akhirnya beliau dan beberapa temannya dijebloskan ke penjara. Tak mudah bagi Ibu Inggit untuk menengok Bung Karno. Tapi, berkat kesabaran dan doa yang tak putus, mereka bisa bertemu kembali.

Ibu Inggit tetap setia mendampingi bung Karno meskipun harus ikut ke tempat pengasingan, pertama di Pulau Ende, Flores dan kemudian ke Bengkulu. Tak sekali pun Ibu Inggit mengeluh, yang ada justru semangat yang terus diberikan kepada Bung Karno untuk terus berjuang dan sabar. Meskipun di saat berpidato, Bung Karno bolehlah disebut ‘singa podium’, tapi di samping Ibu Inggit, beliau layaknya anak lelaki kecil yang ingin dimanja.

Namun, ternyata di Bengkulu inilah, pernikahan mereka mengalami cobaan. Bung Karno tertarik dengan seorang gadis yang pernah tinggal bersama dengan mereka di rumah – bernama Fatmawati. Bung Karno yang masih muda, ingin mempunyai keturunan sendiri, sementara Ibu Inggit tidak mampu memenuhi keinginan Bung Karno. Bung Karno tetap bersikeras menikahi Fatmawati, dan Ibu Inggit tidak mau dimadu, maka pernikahan mereka pun harus berakhir dengan perceraian.

Meski hatinya sakit dan cemburu, tapi Ibu Inggit tetap mendoakan Bung Karno agar terus selamat dan tetap berjuang untuk kemerdekaan rakyat Indonesia.

… bahwa sesungguhnya aku harus senang pula karena dengan menempuh jalan yang bukan bertabur bunga, aku telah mengantar seseorang sampai di gerbang yang amat berharga.

Hal. 415

Pertama yang menarik perhatian gue, tentu saja judulnya, tapi gue masih ragu-ragu, karena jarang gue berhasil menyelesaikan membaca buku seperti ini. Thanks to Om Tan, yang berbaik hati, merelakan buku ini ‘jalan-jalan’ sebentar ke Jakarta. Dari buku ini, gue gak hanya belajar sejarah, tapi juga ‘mengenal’ sosok seorang Inggit Ganarsih – sosok perempuan yang tak berharap apa-apa, kecuali melayani suami dengan kasih sayang yang tulus.

Buku ini ditulis berdasarkan wawancara langsung dengan Ibu Inggit Ganarsih, dibantu anak angkat Ibu Inggit dan Bung Karno – Ratna Djuami dan Kartika.

Tuesday, August 09, 2011

Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan

Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan
Tasaro GK
Penerbit Bentang – Cet. I, Maret 2010
546 hal.

Buku ini berkisah tentang perjalanan seorang penyair bernama Kasvha. ‘Pemindai Hujan’ demikian julukannya. Ia mencari seseorang yang namanya disebut-sebut dalam berbagai kitab suci, nama yang diramalkan akan membawa perubahan dan rahmat bagi alam semesta, menyejukan semua kaum, pembela yang teraniaya dan pemimpin semua umat. Nama yang disebut berbeda-beda tapi merujuk pada satu orang, yaitu Muhammad SAW.

Untuk mencari sosok itu, Kashva rela meninggalkan kuil yang selama ini jadi tempatnya bermukim, melarikan diri dari kejaran pasukan raja Khosrou yang ingin menghabisinya karena meyakini hal yang berbeda dari apa yang selama ini mereka percaya dan imani.

Perjalanan panjang dan melelahkan harus ia lalui. Emosi kadang menjadi tidak stabil, dalam keadaan tak sadar, Kasvha sering berhalusinasi, hingga akhirnya mengaburkan antara yang nyata dan khayalan.

Sementara itu, di belahan dunia lain, di tanah Arab, Muhammad tengah berperang, melawan orang-orang Quraisy yang masih tetap berpegang teguh pada ajaran menyembah berhala. Orang-orang Quraisy yang tak mau mengakui Muhammad sebagai nabi dan tak mau beriman pada ajaran yang dibawa Muhammad. Tak sedikit orang-orang yang menaruh dendam pada Muhammad, tapi pada akhirnya lebih banyak orang yang berpaling dari ajaran lama mereka dan memilih untuk menjadi pengikuti Muhammad.

Dicerca, dihina dan bahkan diusir dari Mekkah, tanah kelahirannya sendiri, Muhammad terus berjuang bersama para sahabat dan pengikutnya. Hijrah ke Madinah, menghimpun umat di sana. Sungguh sebuah pengorbanan yang besar. Tapi tak sedikit pun Muhammad mengeluh, tak sekalipun ia menaruh dendam pada musuh-musuhnya. Bahkan ketika mereka memohon perlindungan dan pengampunan dari Muhammad, beliau senantiasa mengabulkannya.

Mungkin baru sedikittttt sekali pengetahuan gue tentang sosok nabi Muhammad. Mungkin hanya sebatas sejarah ketika gue belajar agama di sekolah. Tapi membaca buku ini, gue bener-bener mendapatkan banyak hal baru, melihat sosok Muhammad tak hanya sebagai seorang Nabi, tapi juga sebagai seorang suami yang menenangkan hati kala istrinya cemburu, menjadi pendengar bagi sahabat-sahabatnya, pelindung para budak dan kaum lemah. Bahkan ketika dalam perjalanan menuju Mekkah, dengan pasukan perangnya, beliau masih sempat meminta salah satu sahabatnya untuk menjaga anjing yang sedang menyusui di tengah jalan, khawatir nanti anjing-anjing itu terganggu karena perjalanan mereka. Lalu bagaimana tegarnya Muhammad ketika pamannya yang selalu melindunginya, Abi Thalib, meninggal tapi masih belum bisa meninggalkan keyakinan lamanya. Bahkan orang-orang yang senantiasa melindungi dan mencintainya pun belum sanggup untuk berpaling dari berhala.

Ditulis dalam bentuk novel, membuat gue lebih ‘nyaman’ membacanya ketimbang kalau harus membaca buku ‘sejarah betulan’.

Membaca judulnya pun membuat gue ‘speechless’, ada kesan ‘magis’, sesuatu yang agung, yang gak bisa gue gambarkan dengan kata-kata. Bukan gue berlebihan, tapi memang itu yang gue rasakan. Kata-kata yang ditulis Tasaro GK begitu indah, terutama pada bagian-bagian yang menceritakan perjalanan Muhammad, serasa membaca sebuah puisi.

Wednesday, August 03, 2011

2

2
Donny Dhirgantoro
Grasindo - 2011
418 hal.

Melewati rak-rak buku di Gramedia beberapa waktu yang lalu, mau gak mau mata gue langsung melihat ke buku yang satu ini. Gimana enggak, covernya yang warna merah sanggup membuat gue berpaling. Judulnya yang singkat, membuat sanggup membuat gue penasaran. Simple – hanya angka ‘2’.

Berawal dari lahirnya seorang bayi perempuan. Bayi perempuan ini mempunyai ‘kelebihan’ yaitu tubuhnya yang besar, tak lazim untuk ukuran seorang bayi. Kedatangan bayi yang diberi nama Gusni ini disambut dengan gembira, tapi diikuti dengan sebuah kekhawatiran.

Gusni tumbuh jadi seperti anak-anak lainnya. Hanya saja tubuh besarnya yang membuatnya berbeda. Ia tetap ceria, tidak ada sedikit pun rasa minder, gemar makan, dan lincah. Bersahabat dengan dua teman yang juga ‘besar. Sampai suatu hari ia bertemu dengan anak laki-laki – saingannya ‘berebut’ onde-onde di kantin - yang memperkenalkannya pada apa arti cita-cita. Harry namanya, dan kebetulan berbadan oversized juga. Tapi kata Harry, “Orang yang besar, pasti hatinya juga besar.”

Gusni bercita-cita ingin jadi pemain bulutangkis, seperti kakaknya, Gita. Tujuannya hanya satu, yaitu ingin membuat orang tuanya senang.

Tak mudah bagi Gusni untuk mendapatkan izin dari orangtuanya untuk ikut bermain bulutangkis, kekhawatiran yang mengiringi perkembangan Gusni penyebabnya. Tapi Gusni bertekad bahwa ia mampu menaklukkan kekhawatiran itu, dan ia terus berjuang tanpa putus asa.

Di awal-awal, gue agak merasa bosan dengan humor-humor yang awalnya lucu, tapi karena berulang-ulang, terkesan jadi ‘lebay’. Tapi, di paruh kedua buku ini, ‘aura’-nya berubah, jadi lebih serius. Dan, jujur, gue jadi ikut terharu, gue berasa ikutan tegang, kaya’ nonton pertandingan bulutangkis beneran.

Yang menarik lagi… adalah resto bakmi-nya Harry… sebagai penggemar mie, gue pengen banget nyicipin bakmi yang dimasak dengan 3 resep rahasia itu. Hmmm… nyam…

Lagi, setelah 5cm yang sempat bikin ‘heboh’ itu, Donny Dhirgangtoro berusaha membangkitkan rasa nasionalisme kita.

Tuesday, August 02, 2011

Sebelas Patriot

Sebelas Patriot
Andrea Hirata
Penerbit Bentang – Juni 2011
125 hal.

Gue mau membuat pengakuan… bahwa inilah buku pertama Andrea Hirata yang gue baca. Gue punya sih Tetralogi Laskar Pelangi, tapi ya itu deh, bahkan Laskar Pelangi pun belum tuntas gue baca. Mumpung ada tulisan Andrea Hirata dalam versi yang pendek, jadilah gue memutuskan untuk membaca buku ini.

Berkisah tentang kenapa seorang Ikal begitu mencintai sepak bola sampai pernah ingin masuk ke dalam tim PSSI. Adalah sebuah foto buram hitam-putih yang mengusik benak Ikal. Foto seorang pria dengan piala di tangan, tapi mimik wajahnya tidak tampak gembira.

Ikal pun mencari tahu siapa sebenarnya sosok di foto itu, kenapa ibunya malah menyembunyikan foto itu ketika Ikal pertama kali melihatnya.

Maka bertanyalah Ikal pada orang-orang yang dianggapnya cukup tua di sana. Terkuaklah misteri tentang pria di foto itu. Cerita yang mengenaskan berawal ketika masa penjajahan Belanda. Sebagai penjajah, tentunya Belanda tidak mau kalah dalam segala hal, termasuk dalam olahraga. Dalam berbagai pertandingan – entah itu bulutangkis, renang, lari – setiap warga pribumi yang nyaris menang, harus ‘otomatis’ kalah menjelang garis finish.

Tapi, di cabang sepakbola, tim pribumi diperkuat oleh 3 kakak beradik yang jagoan banget. Gara-gara berhasil mengecoh tim Belanda, 3 kakak beradik itu harus rela ‘digiring’ tentara Belanda, masuk penjara dan kemudian menjalani kerja paksa. Mereka harus menerima siksaan dari tentara Belanda yang tak rela kalah dari warga pribumi.

Cerita inilah yang ‘memecut’ Ikal. Dengan sepenuh hati, ia memilih sepakbola, berlatih dengan giat, hingga terpilih untuk ikut seleksi junior PSSI di Sumatera Selatan – sampai berburu kaus bertanda tangan Luis Figo di tempat asalnya,

Semua itu dilakukan untuk membuat pria di foto itu bangga. Siapa sih beliau? Baca aja sendiri… abis nanti jadi *spoiler* :D

Tapi, yang jelas, buku ini membuat gue ingin tau lebih banyak tulisan-tulisan Andrea Hirata yang lain. Cerita-ceritanya simple aja, tapi gak gampang dilupain.

Madre

Madre
Dee (Dewi Lestari)
Penerbit Bentang – Juni 2011
162 hal.

Dee atau Dewi Lestari, adalah salah satu penulis Indonesia yang karya-karyanya selalu gue tunggu (hhmmm… sampai sekarang gue masih bertanya-tanya, kapan lanjutan Supernova akan terbit?). Gue nyaris punya dan nyari membaca semua karya Dee – cuma Rectorverso nih yang belom punya. Dan ketika Bentang Pustaka bolak-balik nge-tweet tentang Madre, gue langsung berpikir gue harus punya buku ini.

Buku ini berisi cerita pendek dan beberapa puisi karya Dee dari tahun 2006 – 2011. Buat gue, tulisan Dee selalu ‘unik’. Liat aja kisah Madre, sebuah cerita tentang (eks) took roti tua yang terkenal dengan rotinya yang khas. Tentang seorang pemuda yang tiba-tiba ‘ketiban’ wasiat setoples biang roti. Tentang took roti tua yang ‘tergeser’ karena kehadiran toko roti lain yang lebih modern. Cerita yang sempat membuat gue tersenyum-senyum.

Dari baca cerita ini, gue jadi berasa mencium bau roti yang baru matang (ups.. ini khayalan orang lagi puasa aja kaya’nya).

Tapi sayang, gue gak terlalu menikmati semua tulisan di buku ini. Hanya Madre dan Menunggu Layang-Layang yang jadi favorit gue. Sama satu puisi - Larutan Amonia (eh,.. bener gak ya judulnya?) - yang ditulis Dee ketika mengandung anak keduanya, Atisha. Gue jadi berharap andai gue bisa menulis sesuatu untuk Mika.
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang