Tuesday, July 27, 2010

Shinjū

Shinjū
Laura Joh Rowland @ 1994
Reni Indardini (Terj.)
Hikmah - Cet. I, Januari 2010
532 Hal.

Sano Ichiro, diangkat sebagai seorang yoriki karena unsur balas budi. Seseorang yang sudah ditolong oleh ayah Ichiro di masa lalu ingin segera ‘menuntaskan’ rasa utang budinya kepada ayah Ichiro. Padahal, Ichiro tidak punya latar sebagai seorang ‘penegak hukum’, ia hanyalah seorang pengajar bela diri.

Dengan kedudukan barunya, orang mulai memandang segan padanya. Tapi tidak demikian dengan rekan-rekan sejawatnya yang tahu bagaimana latar belakang Ichiro sebenarnya. Rasa idealisme yang tinggi juga membuatnya dijauhkan dari lingkungan pergaulan sesama yoriki.

Munculah kasus kematian dua orang muda yang berbeda ‘derajat’. Niu Yukiko, seorang gadis dari keluarga ningrat dan Noriyoshi, seorang pemuda, seniman miskin. Mereka diyakini melakukan Shinjū, atau bunuh diri karena cinta terlarang. Atasan Ichiro, Hakim Ogyu, meminta Ichiro menulis laporan seperti yang sudah ‘diperintahkan’. Tapi, naluri Ichiro yang masih ‘polos’ berkata lain. Ia yakin ada sesuatu yang salah di balik kematian Yukiko dan Noriyoshi.

Ichiro pun mulai melakukan penyelidikan. Ia pergi ke kediaman keluarga Niu dan mendapat sambutan yang dingin dari Nyonya Besar Niu yang enggan kematian anak (tirinya) diungkit-ungkit. Lalu Ichiro pergi ke tempat di mana biasa Noriyoshi bekerja dan bertemu dengan orang-orang yang dianggap berpotensi mengingikan kematian seorang Noriyoshi.

Penyelidikan ini membuat pihak-pihak tertentu gerah, yang tidak ingin apa yang sebenarnya terjadi terungkap. Hakim Ogyu mulai ‘menekan’ Ichiro, beberapa orang jadi celaka. Tapi, Ichiro tetap maju, ia ingin keadilan ditegakkan.

Rumit sistem pemerintahan, peradilan di Jepang jaman dahulu kala. Di mana yang berkuasa senantiasa menekan anak buahnya dan jika tidak dipatuhi, kematian akan jadi akhir. Yang kaya selalu berusaha disembunyikan semua aibnya, sementara jika warga miskin, harus diungkap apa pun kejelekannya.

Yang membuat cerita ini menarik mungkin karena latar belakang cerita. Gue terlalu sering membaca cerita detektif dalam versi modern, jadinya buat gue apa yang ada dalam buku ini ‘menimbulkan rasa baru’. Meskipun nihhhh… gak terlalu membuat gue penasaran. Ending cerita juga gak terlalu dramatis. Tentu saja, Ichiro jadi pahlawan dan dapat kedudukan yang lebih tinggi dibanding jadi seorang yoriki.

Masih ada seri-seri Sano Ichiro selanjutnya, yang rasanya gak akan jauh-jauh dari misteri pembunuhan.

Tuesday, July 20, 2010

Baby Proof

Baby Proof
Emily Giffin @ 2006
St. Martin’s Griffin - 2007
348 hal.

Buat Claudia, menikah adalah karena ia ingin bersama orang yang ia cintai. Tujuannya menikah, bukan untuk memiliki anak atau keturunan. Beruntung ia bertemu Ben yang punya misi dan visi sama. Mereka pun akhirnya menikah.

Tapi, ketika di sekeliling mereka, teman-teman mereka mulai merencakan masa depan dengan ‘anak’, tak urung, Ben pun terpengaruh. Ia mulai meminta Claudia untuk memikirkan kembali pandangannya tentang ‘tidak mau punya anak’. Claudia keukeuh dengan pilihannya. Dan mereka akhirnya memilih untuk berpisah karena kecewa dengan pilihan pasangan mereka.

Wow… ternyata cinta gak bisa menyatukan pandangan mereka, sampai akhirnya mereka lebih memilih untuk berpisah.

Dan setelah perpisahan pun, Claudia tidak bisa benar-benar lepas dari isu seputar ‘anak’. Ada Daphne, adiknya yang sangat ingin punya anak setelah bertahun-tahun menikah, ada Maura, adik/kakak Claudia yang lain, yang punya tiga anak tapi suaminya berselingkuh. Lalu, ada Jess, yang menjalin hubungan dengan pria beristri (yang katanya nih janji mau ninggalin istrinya), yang nekat mau hamil dari pria itu.

Well, ternyata gak setiap orang ingin menikah karena pengen punya anak. Ide cerita yang ‘berat’, tapi jadi ringan di dalam buku ini. Meskipun gue agak kurang ‘merasakan’ chemistry Claudia dan Ben. Apalagi pas di ending cerita (ups… apakah ini sebuah spoiler?)

Ini buku Emily Giffin pertama yang gue baca. Satu lagi hasil bookmooch di tahun 2007 (!). Sebenernya ini yang ketiga kalinya gue baca buku ini. Bukan karena gue suka banget, tapi, di dua kali yang pertama, gue hanya baca sekitar sepertiga buku aja. Baru yang ketiga ini, gue berhasil membaca sampai selesai.

Wednesday, July 14, 2010

The Leap

The Leap
Jonathan Stroud @ 2001
Hyperion/Miramax Books - 2004
240 Hal.


Charlie tidak percaya kalau sahabatnya, Max, sudah meninggal. Max meninggal karena tercebur ke dalam kolam di sebuah pabrik. Charlie yakin kalau Max masih hidup, tapi Max hanya terjebak di alam lain, dan Charlie merasa ia harus mencari Max.

Semua orang beranggapan Charlie depresi karena kehilangan sahabatnya. Tidak ada yang percaya dengan cerita Charlie. Bahkan Charlie sampai dibawa ke seorang psikiater, agar Charlie mau bicara dan keluar dari rasa kehilangan. Charlie jadi sosok yang menjauh dari keluarganya. Ia memilih berdiam diri karena jika ia bicara orang akan beranggapan ia mulai gila.

Charlie seolah mendapat ‘titik terang’ untuk bertemu Max kembali, ketika ia sadar dalam tidurnya ia bermimpi ada sebuah tempat dan melihat ada sosok Max. Charlie yakin ia bisa bertemu Max lagi. Dan sejak itulah, Charlie melakukan berbagai aktivitas yang melelahkan agar ia bisa tidur cepat dan kembali bermimpi.

Ibunya bahkan psikiaternya merasa kembalinya Charlie beraktivitas adalah hal yang positif. Hanya, James, kakaknya, yang merasa tetap ada sesuatu yang aneh dari diri Charlie. Ia yakin, Charlie menyembunyikan sesuatu.

Mimpi-mimpi Charlie semakin panjang dan tampak mulai ‘nyata’. Charlie kerap menuliskan mimpinya ke dalam buku hariannya. Di mimpinya, Charlie bertemu dengan ‘seseorang’ yang menjadi penunjuk jalan untuk bertemu Max. Charlie jadi semakin aneh. Ia akan marah kalau James membangunkannya.

Charlie semakin masuk ke dalam mimpinya dan makin lama, malah makin jauh dari dunia nyata. James merasa ia harus menyelamatkan Charlie dari apa pun itu.

Gue mendapatkan buku ini dari hasil bookmooch. Udah lama banget, mungkin dari sekitar tahun 2008. Gue me-mooch buku ini pas lagi ‘tergila-gila’ sama The Bartimaeus Trilogy. So far, masih ada 2 buku Jonathan Stroud lagi yang menanti untuk dibaca.

Gue nyaris gak menyelesaikan buku ini. Karena bikin ngantuk. Bukunya ‘sepi’ banget. Gue merasa jadi ikut melayang-layang dalam mimpinya Charlie. Ikut berjalan jauh tapi gak tau di mana tujuan akhirnya. Hanya kalo ada giliran James yang cerita gue jadi merasa ada selingan. Dan hanya di bagian akhir gue jadi ikut-ikutan ‘terburu-buru’, bisa karena gue keburu-buru ‘ngikutin’ James, atau terburu-buru karena pengen cepet selesai.

Wednesday, July 07, 2010

Nobody’s Boy

Nobody’s Boy (Sebatang Kara)
Hector Malot @ 1878
Tanti Lesmana (Terj.)
GPU – April 2010
384 Hal.

Remi, bocah kecil yang ketika masih bayi diculik dan ditinggalkan begitu saja di sebuah jalan di Paris. Ia diasuh oleh pemotong batu yang berharap suatu saat Remi akan dicari oleh orang tua kandungnya dan ia akan diberi imbalan karena sudah berbaik hati mengurus Remi.

Remi sangat menyayangi ibu angkatnya, berbeda dengan ayah angkatnya yang akhirnya menjual Remi ke pemusik jalanan bernama Signor Vitalis. Dengan Signor Vitalis-lah, petulangan hidup Remi dimulai. Berkeliling Perancis bersama rombongan Signor Vitalis yang anggota lainnya adalah Pretty Heart si monyet kecil dan 3 ekor anjing. Singor Vitalis mengajarkan Remi tak hanya bermain musik, tapi juga membaca.

Hidup di jalanan memang keras. Tak hanya karena masalah cuaca, tapi tentu saja uang. Pertunjukkan mereka tidak selalu sukses dan menghasilkan uang. Malah, harus berurusan dengan polisi.

Suka duka menerpa Remi. Tapi, Remi tetap kuat. Ia bertemu dengan teman-teman baru yang baik hati. Meskipun cobaan datang silih berganti, seperti kata Mattia – salah satu teman barunya, Remi selalu tabah.

Kisah klasik, yang tiba-tiba, nih, pas gue baca sampul bagian belakang, gue baru ngeh, kalo cerita ini pernah ada kartunnya di RCTI. Samar-samar gue mengingat jalan ceritanya dan berusaha ‘mengingat’ soundtracknya. Cerita yang menurut gue, ampunnnn… sedih banget… bahkan ketika baca novelnya lagi, gue berasa sedih, meskipun gue udah tau ceritanya.

Yang gue suka nih, dari Remi, meskipun kena hujan, badai, ditangkep polisi, dijual, ‘terlunta-lunta’, tapi, tetap aja ceria dan banyak akal.

Cerita yang bener-bener happily ever after… dan mungkin kalo dipikir, klise banget…

Thursday, July 01, 2010

Harry and the Treasure of Eddie Carver

Harry and the Treasure of Eddie Carver (Harry dan Geng Keriput Berburu Harta Karun)
Alan Temperley @ 1997
Hidayat Saleh (Terj.)
GPU – Agustus 2008
512 Hal.

Well… meskipun Percy Pops alias Kolonel Priestly sudah tertangkap dan dipenjara di Penjara Bukit Cony. Tampaknya Harry dan Geng Keriput belum bisa tenang. Ternyata Gestapo Lil justru masih bebas dan masih ada di Fellon Grange. Malahan komplotan mereka bertambah satu orang, yaitu Mad Ruby yang tak lain adalah ibu dari Percy Pops! Wah, urusan jadi tambah kacau, mengingat mereka menyimpan dendam pada Harry dan Geng Keriput.

Sementara itu, Geng Keriput merencanakan sebuah misi mulia, yaitu mencari dana untuk disumbangkan ke Afrika. Untuk itu tentu saja butuh dana besar. Kebetulannnn… Geng Keriput mendengar bahwa ada seorang narapidana bernama Eddie Carver yang menyimpan harta jarahannya di sebuah tempat yang tidak seorang pun mengetahuinya.

Dicarilah jalan untuk mendekati Eddie Carver. Tapi, Komplotan Percy Priestly juga mengincar harta itu. Dan, kebetulan lagi, Eddie Carver meninggal dalam sebuah kecelakaan ‘misterius’ di dalam penjara. Tak lama kemudian, Percy Priestly kabur dari penjara.

Kaburnya Percy Pops tentu saja jadi mimpi buruk untuk Harry dan Geng Keriput. Geng Keriput yang masih terus mencari di mana lokasi harta karun itu berada. Dengan segala riset dan penyelidikan, membawa mereka ke Skotlandia, ke sebuah pulau, di mana diyakini harta itu ada.

Sayang, Kompoltan Percy Pops juga tidak tinggal diam. Dengan segala cara, mereka juga berusaha mengambil harta karun itu. Mulai dari menyandera Harry sampai menyusul ke Skotlandia. Tapi, tetap aja, Harry lebih cerdik dari mereka.

Harry sempat ‘terjebak’ dilema, dan bertanya-tanya, apakah yang dilakukan bibinya dan teman-temannya ini salah apa betul? Mereka ‘mengambil’ sebagian harta orang kaya demi membantu orang-orang miskin. Hmmm… tapi, ternyata Harry menikmati juga tuh, aksinya bersama The Wrinklies…

Buku kedua makin kocak. Gue jadi ngebayangin film komedi kaya’ Home Alone, yang penjahatnya meskipun udah amburadul, berantakan, babak belur, tapi tetap aja bisa beraksi dan bikin ulah baru. Coba ada ilustrasinya, pasti buku ini makin seru dan kocak.
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang