Monday, June 29, 2009

Perempuan Lain

Perempuan Lain
Kristy Nelwan @ 2007
Grasindo – Cet. II, Maret 2009
362 Hal.

Maya marah berat ketika Fauzan, tunangan sahabatnya, Hesti, ketauan berselingkuh dengan perempuan yang ya… ma’af-ma’af, rada kecentilan dan gak sebanding banget dengan Hesti. Maya nekad melabrak Cindy, si WIL itu, ketika dengan santainya dia datang menggantikan Fauzan yang gak bisa dateng ke ulang tahunnya Cindy.

Masalah ‘perempuan lain’ bukan hanya dialami Cindy, tapi juga Tiara, kakak Maya sendiri. Parahnya, Tiara-lah yang jadi perempuan lain dalam pernikahan orang lain. Bahkan dia hamil, tapi, karena tak mau karirnya terancam, Tiara nekat melakukan aborsi.

Tapi, siapa sangka, Maya sendiri akhirnya terjebak menjadi si ‘perempuan lain’ itu. Tak ada niat atau bahkan kepikiran sama sekali dalam benak Maya untuk mendapatkan predikat pengganggu kekasih orang. Ketika, Maya ketemu Sandi di restoran makanan Menado, Maya hanya iseng memperhatikan sosok ganteng itu. Mana dia tahu kalo Sandi itu GM sebuah produk ponsel ternama yang meng-hire kantor Maya sebagai EO untuk launching produk terbaru mereka. Dan kebetulan Maya adalah PO dari project baru itu.

Maya yang sudah lama gak jatuh cinta, gak bisa melupakan begitu saja sosok Sandi. Sandi yang perhatian, yang hangat dan yang kocak, mampu ‘melumerkan’ hati Maya. Tapi, ternyata, gak disangka-sangka, ternyata Sandi sudah punya tunangan.

Maya hancur. Ia jadi kerja gila-gilaan, makan gak teratur, apalagi tidur. Sampai-sampai, bossnya, mengirim dia berlibur ke Lombok, tempat Maya akhirnya bertemu dengan kekasih masa lalunya dan bisa kembali tersenyum

Ketika Maya mencoba bangkit, Sandi malah gak mau melepaskannya. Maya pun menjalani hubungan ini dengan diam-diam, menyembunyikan ini dari sahabat-sahabatnya sendiri. Meskipun Maya sudah mencoba untuk menjalin hubungan dengan pria lain, Sandi tetap tak tergantikan.

Tapi, ketika Sandi datang lagi kepadanya, dan Maya justru gak mampu untuk menerimanya. Kenapa?? Karena ternyata… sosok dalam mimpi Maya selama ini bukanlah Sandi (upppss… apakah ini spoiler?)

Dibanding novel ‘L’, gue lebih suka yang ini. Emang sih, tokoh perempuannya, sama-sama galak (apakah ini menggambarkan sosok Kristy Nelwan?), terus, sama-sama perokok berat, galak, susah ‘mencari cinta’, dan sama-sama pekerja keras. Tapi, buat gue, tema-nya lebih ‘membumi’, dibanding tema nyari cowok berdasarkan abjad. Sifat idealis seseorang yang harus diuji ketika dia sendiri melanggar apa yang dia ‘haramkan’. Dan, kadang, kita juga gak sadar, sosok yang selama ini kita cari, ada pada seseorang yang selalu hadir di depan mata kita.

Meskipun ini, banyak ‘keseleo’nya nih, banyak salah tulis… Adiel Peterband beberapa kali keseleo jadi Ariel Peterpan, yang memang tampaknya berasal dari nama itu.

Friday, June 26, 2009

Ingo

Ingo
Helen Dunmore @ 2005
Rosemary Kesauli (Terj.)
GPU – Juni 2009
312 Hal.

Buku ini berkisah tentang legenda Putri Duyung. Kalo dalam dongeng-dongeng anak-anak a la Walt Disney, Putri Duyung (dan juga makhluk-makhluk bawah air lainnya), selalu digambarkan sebagai makhluk yang ramah, cantik dan baik. Tapi, coba liat atau baca Harry Potter. Putri Duyung di dalam cerita itu, digambarin berwajah menyeramkan (meskipun awalnya sempet ‘cantik’), terus, penggoda.

Di buku ini juga gitu. Legenda Putri Duyung yang jatuh cinta dengan manusia darat. Laut tempat si putri duyung tinggal terus memanggil-manggil pemuda yang bernama Matthew Trewhella. Karena selama mereka masih tinggal di dua dunia yang berbeda, mereka tidak akan pernah bisa bersatu. Matthew pun memilih ‘pindah’ ke tempat pujaan hatinya dan meninggalkan dunia yang selama ini ia kenal. Jika sudah masuk ke dalam dunia bawah laut, akan laut akan terus menarik dan memisahkan manusia dari tempat tinggalnya sebelumnya.

Legenda itu sering didengar Sapphire. Ayahnya yang ‘kebetulan’ bernama Matthew Trewhella sering menceritakan kisah itu kepadanya. Sapphire, ayahnya, ibunya dan kakaknya, Connor, tinggal di pesisir pantai yang dingin (bahkan saat musim panas pun, gue mendapatkan kesan yang tetap dingin). Lautnya begitu misterius, sampai-sampai ibu Sapphire membencinya. Tapi, Sapphire, seperti ayahnya mencintai laut.

Suatu malam, ayah Sapphire pergi dan tak pernah kembali lagi. Semua orang menganggap ia sudah mati tenggelam. Tapi, Sapphire dan Connor tak percaya. Mereka yakin, entah bagaimana dan di mana, ayah mereka masih hidup.

Sepeninggal Matthew, ibu mereka, Jannie, terpaksa bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran yang letaknya cukup jauh dari rumah, sehingga mereka kerap ditinggal sendiri di rumah. Suatu hari di musim panas, Connor pergi, tanpa pamit. Sehingga Sapphire panik. Sapphire mencarinya ke pantai, dan menemukan Connor sedang berbicara dengan seorang gadis yang berpakaian mirip penyelam. Tapi, Connor tidak mau mengakui siapa yang ia temui.

Sapphire yang penasaran mencoba mengikuti Connor, dia malah bertemu dengan Faro, laki-laki ‘setengah’ anjiing laut. Sapphire pun diajak ke dunia bawah laut yang menakjubkan, yang disebut Ingo, tempat yang membuatnya ingin kembali lagi karena daya tariknya yang begitu kuat.

Misteri Ingo seolah mengikuti misteri hilangnya ayah Sapphire. Sebagai anak paling kecil dan yang paling dekat dengan ayahnya, Sapphire tidak rela ketika posisi ayahnya nyaris tergantikan oleh pria lain. Ia merasa diabaikan, ia merasa bukan di ‘Udara’ – begitu kaum Mer menyebut dunia darat – tempatnya seharusnya berada. Sapphire ingin kembali dan kembali lagi ke Ingo. Meskipun Connor terus mencegahnya untuk memikirkan Ingo.

Biasanya gue gak terlalu suka misteri kaya’ begini, tapi koq gue jadi ikutan ‘terpesona’ dengan Ingo. Gue ikutan penasaran, apa sebenarnya yang ada di Ingo, terus, apa memang ayah Sapphire masih hidup? Kalau memang masih hidup, ke mana dong Matthew pergi dan berada sekarang? Dan hal ini, benar-benar jadi misteri sampai akhir cerita.

Helen Dunmore gak membiarkan pembacanya mengambil kesimpulan sendiri. Pembacanya diajak ‘berfantasi’ dengan dunia Ingo dan mencari jawaban sendiri. Dan, ternyata, Ingo ini ada sequelnya. Semoga aja segera terbit juga terjemahannya.

Tuesday, June 23, 2009

The Bed and Breakfast Star

The Bed and Breakfast Star (Bintang Kelarga)
Jacqueline Wilson @ 1994
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – Juni 2009
216 Hal.

Elsa, gadis kecil berusia 10 tahun, berambut ‘jigrak’ seperti surai singa. Namanya sendiri diambil dari seekor singa yang terkenal. Sejak lahir, Elsa memiliki rambut yang lebat dan sengaja disisir oleh ibunya ke atas. Elsa, suka sekali membuat lelucon, ia bercita-cita jadi komedian terkenal. Tapi, sayang, tak semua orang mengerti dan tertawa dengan lelucon Elsa.

Kisah Elsa berawal dari tempat tidur. Ia menghitung dan membandingkan setiap tempat tidur yang pernah ia miliki. Elsa tinggal bersama ibunya, ayah tirinya- Mack dan dua adik tirinya. Mack adalah laki-laki yang pemarah. Biar begitu, ia tetap menyayangi adik tirinya.

Keluarga Elsa terpaksa pindah dari rumah mereka karena rumah mereka disita oleh para penagih hutang. Mack tidak punya pekerjaan. Mereka pun terpaksa tinggal di sebuah ‘hotel’ kecil yang sangat buruk pelayanannya, sebuah hotel ‘bed and breakfast’, di mana mereka harus tinggal berhimpit-himpitan.

Elsa berkenalan dengan teman-teman baru, ada yang baik seperti Naomi, atau gerombolan anak laki-laki nakal yang suka menuliskan kata-kata jorok.

Karena sifatnya polosnya juga, Elsa sering jadi sasaran kemarahan Mack. Ibunya sendiri kadang pasrah aja, karena sudah terlalu sedih dan ‘hopeless’ dengan keadaan mereka. Meskipun menurut gue, mereka cukup ‘beruntung’ karena gak jadi ‘gelandangan’.

Meski kadang sedih dipadang sebelah mata sebagai anak dari ‘bed and breakfast’. Elsa tetap ceria. Ia selalu melontarkan lelucon-lelucon konyolnya, berharap orang lain juga mengerti kelucuannya. Tapi, dasar orang dewasa, kadang terlalu sibuk dengan masalahnya sendiri, hingga lupa caranya tertawa.

Siapa sangka, lewat 'auman'-nya, Elsa jadi pahlawan dan kebanggaan Mack si Skot.

Gue suka sama cover buku-bukunya Jacqueline Wilson, meskipun ini baru buku keduanya yang gue baca setelah Lola Rose. Dari dua tokoh yang gue baca, gue melihat karakter seorang anak kecil yang meskipun susah, tapi tetap bisa gembira dan tersenyum. Sampai akhirnya, ia malah jadi kesayangan banyak orang.

Monday, June 15, 2009

Burning Sea

Burning Sea: Bara Cinta di Tengah Deru Perang
(Beside a Burning Sea)
John Shors @ 2008
Maria M. Lubis (Terj.)
Qanita – Cet. I, Mei 2009
692 Hal.

Benevolence – kapal rumah sakit milik Amerika Serikat, sedang berlayar dengan tenang di perairan di sekitar Kepulauan Solomon. Sesuai dengan fungsinya, kapal itu membawa para korban Perang Dunia II - tidak hanya korban dari pihak Amerika, tapi juga dari pihak Jepang. Kapal itu dinakhodai oleh Joshua. Sementara Joshua sedang memeriksa segala tetek-bengek untuk kapal, istrinya, Isabelle sedang bekerja merawat pasien bersama adiknya, Annie.

Tak ada yang menduga bahwa kapal dengan lambing palang merah besar itu akan terkena hantaman torpedo. Tapi itulah yang terjadi. Seorang pengkhianat memberi tahu pihak musuh bahwa kapal itu milik Amerika. Hantaman torpedo itu berasal dari pesawat pengebom Jepang.

Hanya 9 orang yang selamat, terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Kesembilan orang itu adalah Joshua, Isabelle, Annie, Scarlett – seorang pesawat, awak kapal: Jake, Nathan dan Roger, seorang bocah asal Fiji yang menjadi penyelundup di kapal itu bernama Ratu, dan seorang pasien berkebangsaan Jepang bernama Akira.

Belum habis rasa shock mereka akibat kecelakaan yang mereka alami, mereka harus mencari cara untuk bertahan di pulau itu. Beruntung ada Joshua yang memimpin mereka, sehingga mereka bisa saling menguatkan satu sama lain. Meskipun sempat ada perdebatan apa yang akan mereka lakukan terhadap Akira. Tapi, karena Akira menderita luka di kaki yang cukup parah, pelan-pelan kekhawatiran mereka sirna.

Tapi, salah satu di antara mereka adalah si pengkhianat, yang dengan persiapan cermat terus-menerus menghubungi pihak musuh.

Di sela-sela kehidupan baru mereka, ada rasa saling tertarik antara Akira dan Annie. Akira, di ‘kehidupan’ sebelumnya adalah seorang guru bahasa. Ia pintar membuat haiku, sajak dalam bahasa Jepang. Meskipun Akira dan Annie dalam perang berada di pihak yang berlawanan, sifat Akira yang lembut dan Annie yang penuh perhatian mampu meredam berbagai perbedaan.

Hari-hari para penumpang Benevolence yang selamat dilewati dengan berjalan-jalan di pulau yang indah itu – Ratu dan Jake bagian menangkap ikan untuk persediaan makanan mereka, Scarlett mengawasi keadaan dari atas bukit, Isabelle dan Joshua mencoba menata kehidupan pernikahan mereka kembali, Roger sibuk dengan misi tersembunyinya, Annie dan Akira yang saling jatuh cinta. Sedangkan Nathan, gak terlalu banyak perannya.

Serasa kehidupan damai banget, padahal ada musuh yang mengintai, dan mereka harus siap setiap saat apa bila ada kapal musuh yang datang. Akira sebagai satu-satunya Jepang di antara mereka, juga selalu siap siaga menghadapi Roger yang senantiasa mengincarnya, yang selalu berharap agar bisa 'mematikannya'.

Karakter Roger emang bikin geram. Kata-katanya kasar, sikapnya yang licik, kejam dan penuh kebencian dibentuk oleh masa kecilnya. Sementara Joshua, dipenuhi rasa bersalah karena tidak berhasil menyelamatkan penumpang kapal Benevolence. Annie, berusaha setia pada tunangannya, Ted, tapi tak bisa dipungkiri kalau ia jatuh cinta pada Akira. Lalu, ada Ratu yang mencari ayahnya, rela nyaris digigit ikan hiu, demi mendapatkan taring hiu untuk keberuntungan. Ia bersahabat dengan Jake, yang menyembunyikannya selama ia berada di kapal.

Semua punya latar belakang masing-masing, tapi yang pasti, tujuan dan harapan mereka (nyaris)sama - keluar dari pulau itu dengan selamat, dan kembali ke keluarga mereka masing-masing.

Untuk cerita dengan latar belakang peperangan, novel ini mungkin terhitung datar. Karena fokusnya tentu saja di masalah percintaan. Ketegangan hanya muncul sekilas-sekilas, misalnya ketika terjadi pertentangan antara si pengkhianat dan orang-orang yang lain. Mereka jadi lebih mirip sekelompok orang-orang yang lagi ‘liburan’, tapi dengan tingkat stres yang tinggi. Hehehe… Di setiap awal bab, ada baris-baris haiku seperti yang diciptakan oleh Akira.

Wednesday, June 10, 2009

Marriage Most Scandalous (Terjerat Cinta Pura-Pura)

Marriage Most Scandalous (Terjerat Cinta Pura-Pura)
Johanna Lindsey @ 2005
Isma Badrawati (Terj.)
Gagas Media – Cet. I, 2009
452 Hal.

‘Batu Duel’ – tempat para lelaki mempertahankan harga dirinya, tempat mereka bertarung agar mereka yakin mereka lelaki sejati. Tempat itu mempertaruhkan banyak hal – harta, kehormatan dan juga persahabatan.

Sebastian dan Giles sering melewati tempat itu sepanjang umur mereka. Tak ada yang menyangka persahabatan mereka harus berakhir di tempat itu. Sebagai pemuda tampan, kaya raya, dan seorang bangsawan, Sebastian tentu saja digilai banyak wanita. Demikian juga dengan Giles. Tapi, ketika Sebastian tergoda – atau lebih tepatnya digoda – oleh wanita yang ternyata adalah istri Giles, Giles marah dan akhirnya menantang Sebastian di Batu Duel.

Tadinya – meskipun sama-sama marah – tak ada yang menginginkan duel yang sebenarnya terjadi. Mereka sama-sama tak ingin kehilangan persahabatan mereka. Tapi, gengsi dan harga diri mengharuskan Sebastian memenuhi tantangan itu. Mereka sudah sama-sama mengatur strategi secara diam-diam agar tidak saling melukai. Namun… kenyataan berkata lain. Secara tidak sengaja, Sebastian yang kaget malah menembak Giles. Buntutnya, keluarga Giles dan keluarga Sebastian terluka. Sebastian diusir oleh ayahnya, tidak diakui lagi sebagai anak dan dilarang menginjakkan kaki lagi di Inggris.

Sebastian yang juga sakit hati dan sedih bersumpah tidak akan pernah datang lagi ke Inggris. Bersama pelayan setianya, ia mengembara berkeliling Eropa. Ia kemudian dikenal sebagai The Raven, lelaki bengis dan keras yang bersedia melakukan pekerjaan apa pun. Ia dikenal bisa menemukan orang-orang yang hilang, sebagai penyelidik yang dibayar mahal dan nyaris tidak pernah gagal.

Suatu hari datanglah seorang wanita bernama Margaret yang ingin minta bantuannya untuk menyelidiki penyebab kecelakaan yang dialami ayah angkatnya. Tak disangka-sangka, Margaret bukan orang asing bagi Sebastian. Sebelum kejadian itu, Margaret kecil diam-diam menyukai Sebastian, dan ayah angkatnya tak lain adalah ayah Sebastian sendiri.

Awalnya, Margaret pesimis Sebastian mau kembali ke Inggris. Tapi, dengan persyaratan yang sebenarnya Margaret sendiri tak yakin bisa memenuhinya, Sebastian menerima ‘pekerjaan’ dari Margaret. Syarat itu, selain bayaran amat sangat tinggi, Margaret bilang mereka harus berpura-pura menikah, supaya orang-orang di sana mau menerima Sebastian kembali.

Di Inggris, Sebastian memulai penyelidikannya. Sementara Margaret harus ‘berperang’ melawan perasaannya sendiri. Pastinya akhirnya mereka jatuh cinta beneran.

Buat gue, buku yang lumayan tebal ini, memberi kejutan yang ‘nanggung’, yang kaya’nya justru lebih seru dan ‘normal’ kalau itu gak ada. Alasan-alasan di balik duel Sebastian dan Giles juga kaya’nya kurang ‘kuat’.

Dengan setting Inggris di abad mungkin hmmm… 17? Or 18? – yang terbayang di benak gue, hanyalah wanita dengan baju-baju gaun berbawahan lebar dan bagian atas yang menyesakkan karena pake korset, lalu pria dengan setelah jas ber-rimple, lalu pesta dansa, makan malam resmi yang penuh basa-basi. Ditambah lagi, tentu saja gak ketinggalan ‘bagian percintaan’ antara Margaret – Sebastian yang gak perlu tebak-tebakan untuk mengetahui apakah bakalan terjadi beneran atau gak.

Tuesday, June 02, 2009

Botchan

Botchan
Natsume Soseki @ 1906
Intan Santi Pratidina (Terj.)
GPU – April 2009
224 Hal.

Cover-nya yang cerah dan unik menjadi salah satu daya tarik kenapa gue memasukkan buku ini ke kantong belanja gue. Alasan lain adalah karena gue mencoba mencari ‘pesona’ yang sama ketika gue membaca buku Toto-chan bertahun-tahun yang lalu. Buku ini ditulis udah lama banget oleh Natsume Soseki, dan ternyata masih tetap enak untuk dibaca ceritanya.

Cerita tentang seorang pemuda yang kerap dipanggil Botchan oleh pengurus rumah tangga keluarganya, seorang perempuan tua bernama Kiyo. Botchan sendiri bisa diartikan sebagai ‘tuan muda’ dan memang, dari awal sampai akhir, kita tidak diberi tahu siapa nama Botchan sesungguhnya.

Dari kecil, Botchan sudah mulai menampakkan ciri-ciri sebagai anak pemberontak, nakal dan iseng. Orang tuanya bahkan tidak pernah memujinya, justru kakak Botchan yang selalu jadi tumpuan harapan mereka. Hanya Kiyo yang tetap memujinya, selalu memberinya hadiah dan tidak pernah mengatakan kalau Botchan itu salah. Apa pun yang dilakukan Botchan, Kiyo selalu melihat sisi positifnya.

Ibu Botchan meninggal dunia ketika Botchan masih kecil. Beberapa tahun kemudian, ayah Botchan pun menyusul. Semua diatur oleh kakak Botchan, sehingga ketika rumah mereka dijual, Botchan diberi bagian untuk memulai hidup baru dan berpisah dengan kakaknya. Botchan sempat bingung, karena tidak mungkin ia tinggal di rumah sewaan bersama Kiyo. Untung Kiyo masih memiliki keponakan yang siap menampungnya. Kiyo masih tetap berharap suatu hari nanti Botchan akan datang menjemputnya dan mengajaknya tinggal bersama.

Selanjutnya, kehidupan Botchan pun berubah. Ia mencoba sekolah di sekolah kejuruan ilmu pasti. Dan ketika ada lowongan menjadi guru di sebuah desa, ia pun menerima. Sebuah kebetulan dan pertanda yang katanya kemudian hari akan jadi sebuah hal yang buruk.

Di sekolah di desa kecil itu, Botchan mengajar matematika. Sebagai guru baru, ia harus memperkenalkan diri kepada setiap guru lama. Sebuah kebiasaan yang menurut Botchan sia-sia. Segera saja Botchan memberi julukan kepada orang-orang baru yang ia temui, ada si Kemeja Merah yang menurutnya bermuka dua, Yoshikawa yang kemayu, Hotta, guru matematika lain dan Koga si Labu.

Namanya guru baru juga tak luput dari keisengan para murid. Ketika Botchan mendapat giliran jaga malam, murid-murid yang tinggal di asrama, memasukkan kecoak di alas tidur Botchan. Tentu saja Botchan marah besar dan menimbulkan keributan di sekolah itu.

Botchan menganggap guru-guru di sana terlalu lembek dalam menghadapi anak-anak, sehingga mereka berani bersikap kurang aja.

Sikap Botchan yang cenderung menentang apa yang sudah lama berlaku sempat menimbulkan masalah. Apalagi ada guru-guru seperti si Kemeja Merah yang pintar bersilat lidah dan bermuka dua, sehingga kalau kita tidak hati-hati, kita tidak tahu apakah maksud dia sebenarnya.

Botchan – gambaran pemuda yang idealis, tapi juga kadang terlalu cepat emosi. Ia berani mengambil keputusan atas apa yang ia yakini benar.
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang