Thursday, March 19, 2009

Cinta Andromeda

Cinta Andromeda
Tria Barmawi @ 2007
GPU – Januari 2007
336 Hal.

Indonesia tahun 2070? Wow… seperti apa ya? Yang ada dibayangan gue adalah kota Jakarta – tentunya – yang sibuk banget, kendaraan yang bersliweran, gak hanya di darat dalam hal ini mobil biasa, tapi juga mobil yang bisa terbang. Monorail, terus, apalagi ya… gue jadi inget film-nya Will Smith yang I Robot.

Jadi, dalam ‘rekaan’ Tria Barmawi, Indonesia di tahun 2070, penuh dengan berbagai kecanggihan, seperti smartphone, mobil yang bisa dioperasikan secara manual ataupun dengan mesin, dan yang paling keren adalah para robot yang semakin lama semakin mirip dengan manusia. Robot gak hanya untuk membantu pekerjaan rumah tangga, tapi juga sedang diusahakan menciptakan robot yang punya ‘perasaan’, bahkan bisa bereproduksi - yang dalam bahasa kerennya disebut Humanoid.

Vinidici sebuah perusahaan teknologi tengah mengembangkan Nunoid Project – sebuah proyek untuk menciptakan robot yang semakin menyerupai manusia dari segi fisik bahkan emosional. Terciptalah humanoid dengan nama Andromeda. Berjenis kelamin laki-laki, berwajah ganteng dan memiliki ‘sifat’ yang nyaris jadi dambaan setiap perempuan. Andromeda diprogram untuk bisa jatuh cinta, tapi program itu haruslah sealamiah mungkin. Vinidici berambisi menciptakan robot yang tercanggih yang pernah ada di abad itu.

Untuk mewujudkan ambisi itu, maka ditentukanlah target – seorang perempuan yang memiliki kriteria cowok impian yang mendekati sosok Andromeda. Pilihan itu jatuh kepada Salsabilla atau yang biasa dipanggil Salsa. Salsa, seorang konsultan keuangan, memimpikan seorang laki-laki yang gentle, dan bisa mengerti perasaan perempuan. Ketika Andromeda muncul dalam kehidupannya, semua jadi terasa sempurna. Keanehan Andromeda saat mereka bersama-sama jadi tertutup karena Salsa yang sedang jatuh cinta berat sama Andromeda.

Hanya Wina, sahabat Salsa, yang membaca keanehan Andromeda. Andro, yang tahu segalanya, data-data orang yang baru sekali ia lihat, bisa berbagai macam bahasa, kecanggihan dalam berhitung dan lain-lain, tak luput dari pengamatan Wina yang wartawan majalah mode itu. Instingnya sebagai wartawan berkata ada sesuatu yang ‘salah’ dalam diri Andromeda.

Tapi, hal itu ditampik Kika, sahabat Salsa dan Wina, yang bekerja sebagai programmer computer. Malahan Salsa berkata Wina cemburu karena Andromeda tak sedikit pun tertarik pada Wina yang biasanya selalu jadi pusat perhatian laki-laki.

Sifat ingin tahu Wina malah membuatnya celaka, sementara Vinidici malah semakin ambisi untuk membuat terobosan baru dalam diri Andromeda – yang artinya juga semakin membiarkan Salsa terjebak dalam situasi yang diciptakan orang lain untuk dirinya.

Tinggallah Kika, yang akhirnya harus memilih antara sahabatnya dan ambisinya dalam pekerjaannya.

Ide cerita yang menarik. Salsa kaya’nya emang target yang pas. Dia hidup tidak dalam keadaan yang serba canggih karena kondisi keuangan yang gak memungkinkan, berbeda dengan dua sahabatnya. Maka itu, Salsa jadi gak ngeh kalo ada yang aneh dengan Andromeda. Gue baru ngerti benang merahnya ketika di tengah-tengah ada ‘kejutan’ kecil. Tapi, yang rada gak asyik, adalah orang seambisius Harison - otak di balik Nunoid Project ini - gampang banget dibujuk sama tunangannya, padahal dia lagi di tengah-tengah 'perburuan' orang-orang yang menentangnya. Masa' sih segitu mudahnya?? Harusnya, dia lebih bisa 'bertahan' dong dengan segala rencana jahatnya di depan orang-orang yang ketakutan itu. (ups... otak 'psikopat' lagi kumat.) Terus, bagian Wina ngomel-ngomel di kantor orang gara-gara ada android seksi yang jadi resepsionis... agak berlebihan kaya'nya.

Gila ya, ambisi manusia emang gak ada abisnya. Udah tercapai target yang satu, malah mau bikin target baru… gak peduli harus gimana.

Tuesday, March 17, 2009

Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi

Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi (Beneath a Marble Sky: A Novel of the Taj Mahal)
John Shors @ 2004
Meithya Rose (Terj.)
Mizan – Cet. VII, Maret 2008
457 Hal.

Waktu baca buku ‘Mehrunissa’ dan ‘Nur Jahan’, gue tau, gimana ‘berdarah-darah’nya sejarah kesultanan Mughal di India. Gimana seorang ayah bisa demikian kejam sama anaknya, atau bahkan, anak yang rela melakukan apa pun demi mendapatkan kedudukan tertinggi sebagai Sultan Mughal, rela membunuh saudaranya sendiri untuk memuluskan jalan dengan berbagai intrik-intrik yang mengerikan.

Seperti yang diketahui, dari tiga anak Sultan Jahangir: Pangeran Khusrau, Pangeran Khuram dan Pangeran Parvis – hanya Pangeran Khuram-lah yang sejak awal dianggap berpotensi menggantikan kedudukan ayahnya.

Memang setelah berbagai pemberontakan, akhirnya, Pangeran Khuram pun naik tahta menggantikan ayahnya. Ia pun bergelar Shah Jahan. Beristrikan Arjumand, yang kemudian diberi gelar Mumtaz Mahal. Shah Jahan dan Mumtaz Mahal memiliki banyak anak – yang paling menonjol di buku ini adalah Pangeran Dara, Putri Jahanara dan Pangeran Aurangzeb. Anak-anak laki-laki yang lain tidaklah terlalu menonjol, sehingga jarang diberi tugas penting oleh ayah mereka, sementara anak-anak perempuan, lebih banyak diasuh oleh para dayang-dayang di dalam harem. Hanya Putri Jahanaralah yang mirip sekali dengan ibunya.

Dalam buku ini, Putri Jahanara membagi kisahnya kepada dua orang cucunya, Gulbadan dan Rurayya tentang sejarah keluarga yang penuh dengan rahasia dan sangat berbahaya. Di masa tuanya, Putri Jahanara harus hidup dalam penyamaran demi keselamatan dirinya dan keluarganya.

Jauh sebelum kedua cucu itu lahir, ketika Putri Jahanara masih hidup di balik Benteng Merah, ketika kakek mereka – Shah Jahan masih berkuasa dan Mumtaz Mahal masih hidup, persaingan terselubung antara Pangeran Dara dan Pangeran Aurangzeb sudah mulai terasa. Mungkin bukan Pangeran Dara yang menghendaki adanya persaingan, tapi sikap Pangeran Aurangzeb yang sangat ambisius menimbulkan percikan-percikan itu.

Pangeran Dara, lebih santun, pendiam dan lebih memilih membaca kitab-kitab sejarah, seni daripada mengasah keterampilan di medan perang. Berbeda dengan Pangeran Aurangzeb, yang dengan senang hati menunjukkan kekuasaannya di arena perang dan bangga dengan luka-luka yang ia dapat. Ia tak segan-segan membunuh dan selalu berdalih dengan mengambil ayat-ayat di kitab suci Al-Qu’ran demi membenarkan tindakannya.

Sementara Jahanara, ia adalah gadis yang cerdas, cerminan ibunya. Tapi, tetap saja, ia tak kuasa menolak ketika harus dinikahkan dengan saudagar kaya oleh ayahnya demi kepentingan kerajaan. Khondamir nama suaminya itu, adalah laki-laki yang kasar, tamak, sombong dan gemar main perempuan. Ia kerap menyalahkan Jahanara karena tak kunjung hamil dan memberinya seorang anak laki-laki.

Jahanara yang sejak kecil bermimpi agar bisa jatuh cinta seperti ayah dan ibunya harus menerima kenyataan. Tapi, Jahanara bukanlah perempuan yang mudah putus asa. Ia mencari jalan agar bisa berada sejauh mungkin dari Khondamir. Kesempatan itu datang setelah kematian ibunya karena melahirkan bayi yang hmmm… kesekian belas.

Jahanara berjanji pada Arjumand untuk selalu menjaga ayahnya. Sementara Shah Jahan yang sangat berduka karena wafatnya Arjumand, mengurung diri di dalam kamar, melupakan tanggung jawabnya sebagai sultan. Demi cintanya pada Arjumand, ia memerintahkan seorang perancang bangunan bernama Ustad Isa untuk membangun sebuah bangunan megah untuk tempat peristirahatan terakhir istrinya dan untuk mengenang cintanya pada Mumtaz Mahal. Bangunan yang harus mencerminkan kecantikan istrinya dan mencerminkan cinta kasihnya yang begitu besar.

Jahanara diperintahkan untuk mengawasi jalannya proyek itu dan mengharuskan Jahanara tinggal di dalam lingkungan Benteng Merah. Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata Jahanara dan Isa pun jatuh cinta, tapi, statusnya sebagai seorang istri, menahan dirinya untuk berbuat lebih. Namun, tak disangka-sangka, ternyata Shah Jahan, merestui hubungan itu. Hubungan cinta itu pun berlangsung sembunyi-sembunyi. Jahanara yang ingin memiliki anak, mengatur bagaimana caranya agar Khondamir berpikir bahwa Jahanara mengandung anaknya dan bukan anak dari Isa.

Arjumand - nama anak Jahanara dan Isa - lahir di tengah-tengah perselisihan keluarga yang makin meruncing. Aurangzeb makin melebarkan pengaruhnya untuk melancarkan jalannya sebagai sultan. Ia membenci Dara, membenci para seniman, membenci kaum Hindu. Ketika ayahnya jatuh sakit, kesempatan baginya untuk mengambil alih kepemimpinan. Usaha untuk menghalangi Aurangzeb gagal. Puteri Jahanara ditahan bersama ayahnya, di sebuah menara di Benteng Merah dengan pemandangan yang mengarah ke Taj Mahal. Sedangkan, Pangeran Dara pun dihukum mati.

Kalau mau dibilang ini ‘pure’ tentang kisah cintanya Shah Jahan dan Mumtaz Mahal, rasanya gak juga ya. Malah lebih banyak cerita ‘cinta terlarang’nya Jahanara yang terlalu muluk dan penuh mimpi dan bahasa yang berbunga-bunga. Belum lagi, gimana mungkin, seorang ayah yang notabene seorang sultan – penguasa tertinggi kesultanan yang sangat dihormati – mendukung anaknya untuk perselingkuh. Padahal, taruhannya kan adalah harga diri dan kehormatan para anggota keluarga kesultanan itu sendiri. Kaya’nya di dalam buku ini, gak disebut-sebut adanya pernikahan antara Jahanara dan Isa… jadi sampai tua, mereka gak nikah dong??

Masih gak kebayang gimana seorang anak bisa begitu sadis sama keluarganya sendiri. Dengan enteng, memerintahkan hukuman mati untuk saudara kandungnya sendiri, memenjarakan ayahnya. Meskipun Aurangzeb gak berani untuk menghancurkan Taj Mahal. Bahkan ia membiarkan ayahnya dimakamkan di dalam Taj Mahal, berdampingan dengan Mumtaz Mahal. Karena kalau Aurangzeb – kemudian dikenal dengan nama Sultan Alamgir – memperlakukan ayahnya dengan semena-mena, hanya akan menyulut pemberontakan dari orang-orang yang masih mencintai dan setia pada ayahnya.

Gara-gara membaca buku ini, gue jadi berangan-angan – semoga suatu saat, gue bisa membuktikan sendiri keindahan Taj Mahal… Hmmm….


-> Koboooo... minta covernya ya.. ma kasih :)

Monday, March 16, 2009

Citizen Girl

Citizen Girl
Emma McLaughlin & Nicola Kraus
Penguin Books, 2004
307 hal.

Satu kata yang bisa gue berikan untuk buku ini, ‘membosankan’. Mungkin gak pas kalo dibilang book review, karena gue gak selesai bacanya… udah keburu bosen duluan.

Ceritanya, tentang Girl, cewek yang kerja di majalah, punya boss yang aneh, yang meskipun Girl udah berusaha sebaik mungkin, sesempurna mungkin, tetap aja, salah dan Doris, bossnya, bukan termasuk orang yang suka dikasih tau kalo dia salah. Dan akhirnya, Girl pun dipecat.

Girl jadi pengangguran, yang kerjanya cuma tidur-tiduran aja di apartementnya. Someday, Jack, adiknya Girl, datang dan atas ‘perintah’ ibunya, ngajak Girl ke ‘Career Days’. Tadinya, Girl udah pesimis bakal dapet kerjaan dengan cara kaya’ gitu. Di sana dia bahkan kenal sama cowok namanya Buster, yang seneng banget sama YGames.

Terus, Girl ketemu sama Guy, pemilik My Company, website yang membahas tentang isu-isu perempuan. Setelah, melewati test, Girl keterima di My Company. Girl dipercaya untuk menangani ‘anak’ My Company, MsMagazine Jadilah, dia mengundang aktivis perempuan, dan pemimpin majalah perempuan termasuk Doris.

Udah.. sampai sini, gue males nerusinnya. Gak tau deh, cara ceritanya rada ngebosenin. Sempet bingung, sebenernya Buster sama Girl itu pacaran gak sih.

Mungkin karena abis baca Bergdorf Blonde yang lucu, begitu baca ini, koq jadi datar banget.

05.08.01

Ungu Violet - The Novel

Ungu Violet - The Novel
Miranda
Gagas Media - Cet. I, 2005
256 Hal.


Tadinya aku udah gak mau beli buku ini, karena aku pikir, toh kita juga mau nonton. Dari yang udah-udah, adaptasi novel dari scenario film biasanya cenderung sama dengan apa yang ada di film. Tapi.. untung aku beli buku ini… karena ternyata ada bedanya.

Karena aku udah nonton filmnya duluan, baru baca bukunya, jadinya aku berasa buku ini kurang ‘nendang’. Mungkin akan berasa sebaliknya, kalo aku baca bukunya dulu.

Buku ini bagus, sama seperti filmnya. Hanya kalo di film, kita langsung bisa ngeliat ekspresi Kalin & Lando, di buku, kita bisa tau apa sih kata hati mereka, apa yang ada di benak mereka. Covernya, adegan waktu Lando meluk Kalin di rumah sakit.

Banyak bagian yang ada di buku ini, tapi gak ada di film atau bahkan beda sama sekali. Misalnya, di film, setelah Rara ngucapin selamat tinggal via handycam, Lando & Rara gak pernah ketemu lagi, tapi di buku, waktu Lando lagi belanja di supermarket, dia ketemu sama Rara & cowok barunya.

Terus, ada lagi, kalo di film, untuk ngucapin terima kasih, Kalin belanja makanan dan minuman untuk Lando terus langsung dianter sendiri ke apartemen Lando, kalo di buku, Kalin dan Lando belanja bareng ke supermarket terus mereka ‘party’ di apartemen Lando.

Kalo di buku, diceritain juga, sebelum ke agency yang besar, Kalin sempet ikut audisi di agency yang gak jelas alias agency ‘ecek-ecek’. Terus, di buku dibilang kalo Lando beliin Kalin baju untuk audisi di agency yang lebih besar.

Kalo buat aku, ‘keromantisan’ cerita di buku baru berasa di akhir buku ini. Waktu Kalin membaca surat yang tertinggal di baju Lando.

Dan… hehehe.. dengan baca buku ini, jadi ketauan deh… siapa yang donor mata untuk Kalin, dan apakah Lando akhirnya meninggal atau nggak…

Buku gue baca dalam waktu satu hari saja… rekor… karena udah lama aku gak baca buku yang selesai dalam satu hari….

Lagi-lagi… jadi pengen nonton filmnya lagi….

05.06.27

Bergdorf Blondes

Bergdorf Blondes
Plum Sykes
Penguin Books, 2004
312 hal

Buku ini menurutku sih, lumayan lucu. Yup, another chick-lit. Cerita tentang kehidupan kaum ‘jet-set’ di Manhattan. Di awal buku ini, disebutkan, “Bergdorf Blondes are a things, you know, a New York craze. Absolutely everyone wants to be one, but it’s actually trés difficult. You wouldn’t believe the dedication it takes tp be a gorgeous, flaxen-haired, dermatologically perfect New York girl wit a life that’s fabulous beyond beliefe. Honestly, it all requires a level of commitment comparable to, say, learning Hebrew or quitting cigarettes. (page 1).

Tokoh utamanya, seorang cewek yang gak disebutin namanya, cuma dia selalu menyebut Moi. Si Moi ini punya sahabat namanya Julie Bergdorf, cewek blonde yang tajir banget, dia selalu bisa ‘membeli’ apa aja yang dia mau. Kakeknya Julie ini pemilik department store Bergdorf. Tapi, anehnya, meskipun dia bisa beli segalanya yang dia mau, Julie punya penyakit ‘klepto’ di ‘toko’nya sendiri.

Moi sendiri, sebelum ke Manhattan, dia tinggal di Inggris bareng ortunya. Ayahnya orang Inggris, tapi Ibunya, perempuan Amerika yang pengen banget dibilang orang Inggris. Ibunya pengen banget ngejodohin Moi sama tetangga sebelah rumah mereka yang sering disebut-sebut ‘Little Earl’.

Cerita dimulai, waktu si Moi cerita ke Julie kalau ada salah satu teman mereka yang baru aja tunangan dan saling memamerkan cincin pertunangan mereka. Langsung aja Julie bilang, “E-mail me the whole things, lie everyone but me having a fiancé. It’s so unfair.” (page 16). Sepertinya Julie gak mau ketinggalan ‘trend’ tunangan di antara teman-temannya, dia bilang, “Fiancés are so glam!” (page 18)

Akhirnya, mereka berdua (dengan Julie sebagai ‘penggagas’ utama), datang ke pesta demi mencara ‘Potential Husband’. Pokoknya buat Julie, asal cowok itu ‘tidak terlalu kreatif’, maka si cowok bisa dikategorikan sebagai Potential Husband. EO pesta itu temen mereka berdua, yang sering banget ngadain pesta dengan tema ‘Saving bla… bla.. bla…’ Diaturlah supaya mereka berdua bisa duduk di antara cowok-cowok keren dan kaya. Moi ini dari awal udah gak terlalu antusias pergi ke dinner party itu, karena bosan, Moi jalan-jalan keliling ruang pesta, sampai akhirnya ketemulah dia dengan seorang fotografer nge-top, Zach. Bisa ketebak, akhirnya Moi jatuh cinta and pacaran sama Zach, bahkan akhirnya mereka bertunangan. Julie yang punya ide, malah belum dapat PH yang dia impikan itu.

Tapi, ternyata Zach, yang romantis di awal-awal pacaran mereka, malah berubah justru di saat-saat menjelang pesta pertunangan, bahkan akhirnya pertunangan mereka pun bubar. Di pesta pertunangan, Moi sempat berkenalan dengan seorang sutradara muda yang lagi naik daun, Charlie. Charlie sempat digambarkan tertarik sama Moi, tapi Moi malah menjodohkan dia sama Julie.

Kalut karena putus sama Zach, sempat membuat Moi ingin bunuh diri. Tapi di detik-detik terakhir, justru Charlie datang menyelamatkannya.

Moi sempat menjalin hubungan dengan beberapa pria kaya, tapi selalu aja gak mulus. Misalnya, ketika berhubungan dengan Eduardo, seorang ‘bangsawan’ Spanyol, ternyata dia sudah berkeluarga. Terus, coba-coba dekat dengan Patrick Saxton, taunya malah diancam sama istrinya yang rada ‘psikopat’.

Dan, Charlie selalu menjadi ‘penyelamat’ Moi di setiap dia dalam kesulitan, yang malah sempat membuat Moi sebal banget sama Charlie.

Tapi, toh, akhirnya Moi menemukan juga cowok idamannya, the Potential Husband, seperti kata Julie, yang gak lain adalah the ‘Little Earl’. Siapa sih Little Earl ini sebenarnya?

Di buku ini ‘bertebaran’ merk-merk terkenal. Julie bisa dibilang ‘berteman dekat’ sama Emanuel Ungaro, Vera Wang – bahkan Vera Wang ini, waktu Julie mau tunangan, katanya bakalan ‘resign’ kalau Julie gak pakai gaun pengantin rancangannya. Kekonyolan juga ada, misalnya, waktu Julie mau ngadain ‘book club’, tujuannya biar teman-temannya gak hanya tau tentang fashion tapi juga tentang dunia sastra.

Kalau ngebayangin tokoh Julie, yang muncul adalah Paris Hilton, cocok banget kaya’nya sama sosok seorang Julie yang blonde, keturunan keluarga kaya’, rada manja dan centil.

05.07.26



=> 'Bergdorf Blondes' ini udah diterjemahin ke dalam bahasa Indonesia dengan judul "Cewek-Cewek Bergdorf ", tapi sayang... cover-nya, koq gak ceria banget. Gak sesuai dengan betapa 'centil'nya isi buku ini.

Buku-Buku di Blog Lama

Sepertinya, gara-gara Facebook yang gak bisa dibuka lagi di kantor (entah untuk sementara atau for good), waktu gue jadi untuk menguntak-atik blog gue jadi lumayan banyak (hmm.. di sela-sela pekerjaan kantor tentunya). Tiba-tiba gue terpikir, untuk mengumpulkan buku-buku yang pernah gue baca yang ceritanya gue 'review' di blog gue yang lama. Jadi nih, di beberapa postingan ke depan, bakalan ada re-post dari blog ceritaceritaku. Hehehe... akibat 'mati gaya', gak tau mau ngapain kalo lagi bosen di kantor nih. Sempet kemarin nyari-nyari template baru... tapi.. aduh, kenapa ya, gue koq masih blom bisa mencari 'pengganti' si burung gendut ini?

Wednesday, March 11, 2009

Eclipse

Eclipse
Stephanie Meyer
Monica Dwi Chresnayani (Terj.)
GPU – Cet. 1, September 2008
688 Hal.

Sebenernya buku ini udah lama selesai gue baca. Tapi, entah kenapa, waktu itu gue males banget nulis di blog ini. Mungkin karena udah cukup dibuat bosan dengan cerita yang makin lama makin panjang dan koq jadi rada bertele-tele. Sekarang, akhirnya gue buat juga karena bentar lagi bakal ‘tayang’ Breaking Dawn yang akhirnya juga setelah berbulan-bulan sudah mendekati lembar-lembar terakhir.

Jadi, buku ini diawali dengan gaya pacaran ‘kucing-kucingan’-nya Bella dan Edward. Charlie marah besar karena Bella lagi-lagi kabur demi Edward. Charlie tentu saja khawatir sama keselamatan Bella.

Setelah mengetahui ‘identitas’ baru Jacob dan ternyata ada perasaan khusus Jacob kepada Bella, terjadi perang dingin antara Jacob dan Edward. Karena, permusuhan yang ada sejak jaman dahulu kala antara kaum vampire dan kaum werewolf.
Di buku ini juga, adalah saat-saat di mana Bella harus membuat pilihan antara menjadi vampire atau tetap menjadi manusia. Banyak pihak vampire yang menginginkan Bella segera menjadi bagian dari mereka – seperti Victoria yang ingin membalaskan dendamnya atas kematian James atau klan Volturri yang ada di Italia.

Untuk itu, mereka berdua – meskipun Edward masih sangat berat menjadikan Bella sebagai vampire – merancang skenario dengan cermat agar nantinya Charlie tidak curiga terhadap perubahan Bella. Mereka berdua akan segera melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, pilihan mereka jatuh pada perguruan tinggi di Alaska – tempat yang cocok bagi kaum vampire dan juga jauh dari kontrol Charlie maupun Renee.

Sementara itu, di Seattle, terjadi pembunuhan misterius – yang menurut Edward disebabkan oleh adanya vampire-vampire baru. Pergerakan para vampire itu mengarah ke Forks – segera saja Edward berkesimpulan bahwa semua itu akan segera mengarah ke Bella sebagai sasaran utama.

Penjagaan terhadap Bella segera diperketat. Karena pelaku utamanya sudah diduga dengan pasti. Demi Bella, keluarga Cullen – khususnya Edward, harus menekan egonya dan meminta bantuan kaum werewolf untuk melawan para vampire. Bella ‘diungiskan’ ke sebuah tempat yang dingin, selain untuk keamanan Bella, juga untuk memancing Victoria keluar dari persembunyiannya.

Selain usaha untuk membantu memusnahkan para vampire, Jacob juga masih usaha untuk mendekati Bella, mencoba membuat Bella berubah pikiran dan tetap jadi manusia. Jacob juga gak segan-segan menyatakan cintanya secara langsung kepada Bella. Tapi, Bella tentu saja gak bisa memilih antara Jacob dan Edward, karena dia menyayangi keduanya dengan cara yang berbeda.

Tenang... di buku ini, Bella belum jadi vampire, meskipun keputusannya sudah bulat. Tapi, ya, lagi-lagi Bella masih belum berubah, masih nyaris seperti anak manja yang ngerepotin semua orang. Makin tebal buku ini, makin cape’ baca romance antara Bella dan Edward (hahaha.. tapi tetap aja dibaca terus…)

Tuesday, March 10, 2009

You Need a Good Lawyer to Set You Free form the Jail of Your Heart

You Need a Good Lawyer to Set You Free form the Jail of Your Heart
(Kumpulan Cerita Hukum)

Zara Zettira ZR & Blogger Indonesia
Rose Heart Publishing, Januari 2009
305 Hal.

Gue baru menyadari betapa panjang judul kumpulan cerita ini waktu udah di rumah. Yang membuat gue tertarik membeli buku ini adalah karena nama seorang Zara Zettira yang pernah jadi penulis favorit gue waktu masih baca majalah Gadis, lalu, kedua, hmmm… niatnya sih gue pengen ‘godain’ temen-temen gue yang jadi lawyer, karena kebetulan juga gue kerja di konsultan hukum.

Ada 18 cerita pendek dalam buku ini – yang kasusnya beragam, begitu pula dengan penyelesaiannya. Ada tentang pelecehan seksual, narkoba, pembunuhan, KDRT, penolakan terhadap perempuan PSK, dan lain-lain.

Ya, jujur gue gak terlalu bisa menulis komentar tentang kumpulan cerpen. Tapi secara keseluruhan, gue gak terlalu terkesan dengan kum-cer ini. Di buku ini, sebagian besar pengacara (yang rata-tara perempuan) adalah pengacara yang berhasil, kerja di kantor hukum ternama, kehidupannya udah mapan, dan aduh… kalo ngomong, kaya’nya susah banget ya, pake bahasa Indonesia. Terus, selalu menang dalam setiap kasus. Gue malah pengen menemukan sebuah cerita di mana si pengacara adalah pengacara baru, dari kantor hukum yang biasa-biasa aja, terus berjuang demi mendapat pengakuan dari orang-orang yang pernah mandang dia sebelan mata. Atau, pengacara yang ‘tersandung’ sedikit. Soalnya di buku ini, lawyer-nya rata-rata ‘lurus’ semua. Gimana ya, seandainya dibuat cerita pengacara yang idealis, tapi ternyata harus ‘tersandung’ masalah suap-menyuap? Hmmm… gue gak pinter nulis, jadinya gue hanya bisa kasih ide…

Zara Zettira-nya hanya menyumbang satu cerita. Cerita-cerita di sini juga banyak berakhir dengan buru-buru, terkadang juga rada bertele-tele. Gue malah gak sabar pengen menuntaskan buku ini. Gue berharap menemukan satu cerita yang special, tapi ternyata gak.

Udah ah.. gue koq jadi nyela melulu ya? Hehehe… Ma’ap…

Friday, March 06, 2009

Kira-Kira

Kira-Kira
Cynthia Kadohata
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU, Februari 2009
200 Hal.

Katie Takeshima, anak perempuan keturunan Jepang yang tinggal di Amerika Serikat. Bersetting masa sesudah perang dunia ke 2, tahun 1950-an, warga keturunan Jepang menjadi warga minoritas yang dipandang sebelah mata oleh warga asli Amerika.

Bersama keluarganya – ayah, ibu dan kakaknya Lynn – awalnya Katie tinggal di Iowa, di mana ayah dan ibunya membuka toko kelontong, dengan harapan akan mendapat untung dengan berjualan barang kebutuhan bagi sesama warga Jepang. Tapi, ternyata, usaha itu tidak kunjung berhasil. Keluarga itu pun memutuskan untuk pindah ke Georgia. Di sana ada paman Katie, Paman Katsuhisa yang sudah lebih dulu mencoba peruntungannya.

Tapi, toh, tak banyak pilihan yang bisa diambil oleh orang tua Katie. Di Georgia, mereka bekerja lebih keras di sebuah perusahaan pengolahan ayam. Katie pun hanya tinggal ditemani Lynn. Sebagai adik, Katie sangat bergantung dengan Lynn, ditambah lagi memang sikap Lynn yang protektif terhadap adiknya. Lynn yang selalu mengajari Katie kata-kata baru – kata favoritnya adalah ‘Kira-Kira’ yang artinya ‘gemerlap’.

Keadaan tak banyak berubah, mereka masih tetap miskin. Katie dan Lynn menabung untuk membantu orang tua mereka mewujudkan mimpi mereka memiliki rumah sendiri. Seorang anggota keluarga baru pun hadir, adik laki-laki yang dipanggil Sammy.

Berbeda dengan Katie, Lynn adalah anak yang cerdas. Di sekolah, ia selalu mendapatkan nilai yang bagus. Pujian selalu datang untuk Lynn. Katie juga sempat cemburu ketika Lynn mempunyai teman bernama Amber. Sikap Lynn jadi berubah, sok dewasa dan membuat Katie selalu dianggap seperti anak kecil.

Tapi, Lynn tetaplah kakak kesayangan Katie. Ketika Lynn tiba-tiba menjadi sakit-sakitan, Katie selalu setia mendampingi Lynn, meskipun terkadang kesabarannya diuji saat Lynn sering berubah-ubah mood.

Dan, Katie harus jadi gadis kecil yang tabah, ketika tiba saatnya Lynn untuk pergi. Tapi, Lynn selalu mengajarkan bahwa selalu ada sesuatu yang ‘gemerlap’ – kira-kira – di balik semua yang terjadi.

Cerita di novel ini sederhana banget, tapi menyentuh. Gak bisa banyak-banyak comment, karena ‘gak terlalu berbekas’ dalam hati gue. Lewat novel ini, Cynthia Kadohata memperoleh penghargaan Newberry Medal.
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang